Upaya Pengendalian Konflik KONFLIK UMAT BERAGAMA DAN BUDAYA LOKAL

35 konflik yang memposisikan diri sebagai pendukung kelompok Kristiani atau setidak- tidaknya berposisi berhadapan dengan kelompok Islam pendukung SKB 2 dan 3 Manteri adalah 4 beberapa aparat desapedusunan yang beragama Kristen dan Islam, serta beberapa umat Islam yang tergabung dalam persatuan ojek yang dikoordinir oleh oknum aparat desa. Khusus kelompok yang dapat dinamakan dengan pendukung pihak Kristen ini sebenarnya keterlibatannya lebih fokus pada penolakan keluarga siswai muslim dari SMK Bopkri dan pendirian SMKN di Samigaluh. Hal ini terjadi karena adanya pergeseran issu dari penolakan YPPK Kristen dalam memberikan pendidikan agama Islam terhadap siswa muslim kepada kedua issu tersebut tersebut. Penolakan ini terutama karena pemerintah desa merasa dilangkahi oleh kelompok Islam dan pemerintah Kabupaten Kulonprogo, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang mengeluhkan siswai muslim dan memindahkannya ke SMKN yang akan dibuka tanpa ijin dari kelurahan selaku penanggung jawab di desa. Terjadinya pergeseran issu tersebut tentu menguntungkan bagi kelompok Kristen, sebab mereka memperoleh dukungan, baik secara langsung maupun tidak langsung dari individu dan kelompok-kelompok dalam masyarakat Islam. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa dalam proses konflik tersebut pihak Kristen lebih ’lihai’ memainkan peran, di antaranya karena pengaruhnya di aparat desa, selain karena tokoh-tokoh mereka yang memiliki pengaruh di masyarakatnya, misalnya ada yang jadi anggota DPRD Kulonprogo, dan guru.

D. Upaya Pengendalian Konflik

Tidak dapat dipungkiri bahwa, sebagaimana masyarakat di kabupaten lain di Propinsi D.I. Yogyakarta, masyarakat di Kabupaten Kulonprogo bersifat dinamis dan terus berubah. Perubahan yang terjadi memiliki 2 kemungkinan yaitu: 1 perubahan yang menuju arah yang kontruktif membangun atau positif atau 2 perubahan yang menuju arah destruktif merusak atau negatif. Perubahan pada arah positif mungkin suatu hal yang sangat menggembirakan. Hal ini ditandai dengan kehidupan yang harmonis antarindividu dan kelompok masyarakat. Kerukunan dapat terwujud dalam masyarakat sehingga ketentraman dan ketertiban masyarakat dapat terwujud. Di sisi lain, dalam suasana yang harmonis, rukun dan tenteram bukan berarti masyarakat bebas dari konflik. Justru dalam setiap keharmonisan bisa dipastikan ada benih 36 ketidakharmonisan karena sifat masyarakat yang dinamis. Untuk itu, dibutuhkan cara atau bagaimana supaya konflik yang ada dalam masyarakat tidak mengarah pada konflik yang destruktif merusak. Karena itu upaya-upaya pengendalian konflik dalam masyarakat perlu dilakukan dengan melibatkan segala komponen yang ada baik itu dari pihak pemerintah maupun dari warga masyarakat itu sendiri. Dari pemerintah dengan kewenangannya menjaga keamanan dan ketertiban dan oleh masyarakat sendiri dengan menjaga keharmonisan masyarakat dengan kearifan lokalnya. Ada dua cara pengendalian konflik yang telah dilakukan di Kabupaten Kulonprogo yaitu: a yang dilakukan oleh aparat pemerintah cara struktural, dan b yang dilakukan oleh masyarakat setempat cara kultural. Keduanya berkelindan sehingga dalam upaya pengendalian konflik peran keduanya menjadi sama-sama penting. Pertama , cara struktural, pengendalian konflik oleh pemerintah ditingkat kabupaten tergambar dari program kerja Kantor Kesbanglinmas Kabupaten Kulonprogo. Ada 2 seksi yang langsung terkait dengan upaya pengendalian, termasuk penyelesaian konflik dalam badan pemerintah ini yaitu: Seksi Hubungan Antar Lembaga, dan Seksi Kesatuan Bangsa. Seksi Hubungan AntarLembaga mempunyai peran: 1 Merumuskan dan memfasilitasi pelaksana hubungan antar lembaga. Kegiatannya meliputi: menyelenggarakan pemantapan stabilitas wilayah kecamatan dan desa, melakukan deteksi dini dan penyelesaian masalah strategis di Kabupaten Kulonprogo, melakukan kegiatan operasirazia dan pembinaan terhadap anak remaja dan pelajar BAKOPPAR; 2 Merumuskan dan memfasilitasi pelaksanana hubungan organisasi kemasyarakatan, profesi, lembaga swadaya masyarakat dan partai politik. Kegiatannya mencakup: menyelenggarakan forum komunikasi dengan Orkemas, Orsos dan LSM, menyelenggarakan forum komunikasi antara parpol, tokoh agama, dan tokoh masyarakat dengan pemerintah Kabupaten Kulonprogo, melaksanakan monotiring dan yustisi terhadap organisasi dan pendataan ulang organisasi, memberikan pelayanan perijinan dan atau rekomendasi kepada masyarakat atau instansi atau lembaga yang berkepentingan sesuai hasil telaah dan peraturan yang berlaku; 3 Mengkaji masalah strategi bidang sosial ekonomi, sosial budaya, sosial kemasyarakatan dan sosial politik; 4 Mengkaji laporan hasil pengkajian masalah sosial ekonomi, sosial budaya, sosial kemasyarakatan dan sosial politik. 37 Seksi Kesatuan Bangsa bertugas: 1 Merumuskan dan melaksanakan program kegiatan peningkatan persatuan dan kesatuan bangsa dengan kegiatan: mengadakan sarasehan Wawasan Kebangsaan bagi semua komponen masyarakat, menyelenggarakan pemantapan kesatuan bangsa di 12 kecamatan se Kabupaten Klonprogo, mengadakan sarasehan Wawasan Kebangsaan bagi tokoh agama dalam rangka memantapkan kesatuan bangsa, pemantapan dan pendataan WNI dan WNA, monitoring dan pendataan terhadap warga eks Tapol G 30 SPKI; 2 Mengumpulkan, mensistimasi, mengolah dan mengevaluasi data yang diperlukan dalam upaya peningkatan pembauran bangsa, ketahanan nasional, demokratisasi dan pemahaman Wawasan Kebangsaan dalam rangka persatuan dan kesatuan bangsa; 3 Melaksanakan koordinasi komunikasi dan kerjasama dengan instansi terkait dalam rangka peningkatan persatuan dan kesatuan; 4 Menyiapkanmemfasiliasi kegiatan peningkatan persatuan dan kesatuan bangsa yang dilaksanakan oleh instansilembagaorganisasi lain. 5 Melaporkan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam rangka peningkatan persatuan dan kesatuan bangsa. 6 Monitoring pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata KKN dan Penelitian di wilayah Kabupaten Kulonprogo dalam rangka menjaga iklim sejuk di Kabupaten Kulonprogo Tugas-tugas ideal tersebut berlaku di seluruh Indonesia, termasuk di kelima kabupatenkota yang menjadi lokasi penelitian ini. Adapun kegiatan nyata yang telah dilakukan Kesbanglinmas Kulonprogo dalam upaya pengendalian konflik adalah: 1 Mengundang para pemeluk agama yang diwakili oleh pimpinan organisasi keagamaan, pimpinan organisasi kemasyarakatan, partai politik, pemuda dan tokoh-tokoh masyarakat dalam acara-acara dan pertemuan Wawasan Kebangsaan yang difasilitasi oleh Kesbanglinmas bekerjasama dengan pihak yang terkait seperti Kepolisian dan Kejaksaan. Dalam kesempatan ini peserta diberikan informasi mengenai persoalan kebangsaan termasuk hubungan antarkelompok dalam masyarakat yang pluralis. 2 Membentuk forumbadan lembaga guna mempermudah komunikasi antar kelompok. 3 Melakukan seminarpertemuan ditingkat kecamatan 1 tahun sekali, di kab. Kulonprogo ada 12 kecamatan. Sumberpembicara bisa dari unsur pemerintah, agama Depag, FKUB wilayah propinsi, Pihak keamanan seperti Kodim dan Kepolisian jika sangat diperlukan dari Kejaksaan 38 Dalam forum tersebut yang kami lakukan adalah menyosialisasikan pentingnya kerukunan antar umat beragama baik yang seagama maupun yang berbeda agama. Menyosialisasikan aturan atau hukum yang berkembang sehingga diharapkan semua sadar hukum. Pesertanya adalah kepala desa, dukuh se- kecamatan, tokoh agama, tokoh masyarakat mereka yang dituakan dalam masyarakat tersebut, dan pemuda. Alasan dilakukan pertemuan setahun sekali ditingkat kecamatan dan setahun sekali ditingkat kabupaten karena keterbatasan anggaran yang tersedia, disamping itu ada masalah-masalah masalah temporer seperti kasus-kasus khusus keagamaan yang harus segera diselesaikan. Untuk itu terkadang ada pertemuan yang harus tertunda atau tidak diadakan. Ditingkat kabupaten, selama ini hampir tidak ada kendala, namun yang menjadi masalah adalah terkadang Kesbanglinmas harus terlibat dalam hasil sosialisasi pertemuan-pertemuan antar agama. Artinya tidak semua hasil-hasil pertemuan antar agama yang difasilitasi Kesbanglinmas dapat tersosialisasi dengan baik oleh organisasi keagamaan. Artinya pertemuan itu masih pertemuan elit dan belum merakyat. Untuk masalah yang satu ini masih mencari jalan keluar yang tepat. Salah satunya adalah memberikan sokongan dana supaya pertemuan- pertemuan dapat dilakukan sokongan dana dilakukan oleh Kesra Pemkab Kulonprogo. 4 Ditingkat kecamatan Samigaluh dari data monografi 2005 jumlah penduduk yang beragama islam 23.646 orang, Kristen 3.521 orang Katholik 3.517, Hindu 2 orang untuk agama lain yang belum disebutkan belum ada catatan telah diselenggarakan pertemuan kebangsaan sekali dalam satu tahun, biasanya dilakukan menjelang peringatan hari kemerdekaan 17 Agustus. Namun dalam acara tersebut tidak membicarakan masalah kerukunan antar umat beragama, tetapi lebih pada pentingnya persatuan dan kesatuan dan pesertanya berasal dari segala kelompok, termasuk tokoh organisasi agama. Sementara itu Departemen Agama melakukan koordinasi dengan lembaga pemerintah yang lain seperti Kesbanglinmas dan organisasi sosial keagamaan membentuk FKUB Forum Komunikasi Umat Beragama. Forum ini pengurus dan pengelolanya berasal dari anggota forum terebut yaitu organisasi sosial keagamaan. Lembaga pemerintah tersebut memberikan bantuan dana operasional kepada Forum. 39 Kemudian sesuai dengan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri tahun 2006 setiap kabupatenkota diharuskan membentuk Forum Kerukunan Umat Beragama FKUB. Karena itu di setiap kabupatenkota yang sudah ada forum komunikasi antarumat beragamanya harus menyesuaikan diri dengan Peraturan Bersama tersebut. Untuk Kabupaten Kulonprogo sampai penelitian ini dilakukan FKUB baru belum terbentuk, sedangkan FKUB lama sudah habis masa baktinya demisioner sehingga kerja praktis belum bisa dilakukan yang berakibat pada tersendatnya pertemuan-pertemuan tersebut. Secara legal formal pertemuan-pertemuan tersebut belum bisa dilakukan. Namun pertemuan dapat dilakukan dalam forum yang diselenggarakan oleh Kesbanglinmas. Penentuan waktunya sesuai dengan kebutuhan karena dalam forum tersebut dapat dijadikan forum pembentukan FKUB yang baru. Sesuai dengan aturan baru, sekretaris FKUB adalah adanya wakil dari pemerintah posisi dalam struktur sebagai sekretaris, dalam kaitan ini, pendirian tempat ibadah seperti masjid, mushola, gereja, wihara harus mendapat persetujuan dari FKUB. Kedua, cara kultural dilakukan masyarakat di tingkat desadusun, masyarakat menyelenggarakan peringatan hari besar keagamaan dan acara upacara adat. Kegiatan ini biasanya difasilitasi juga oleh pemerintah setempat, terutama memberikan sokongan dana. Dalam peringatan acara tersebut diselipkan pentingnya hidup rukun. Biasanya hal ini dilakukan oleh aparat desa dalam memberikan sambutan-sambutan sebelum acara dimulai.

E. Upaya Penyelesaian Konflik