220
BAB VII BUDAYA LOKAL
DAN KONFLIK UMAT BERAGAMA
A. Geografis dan Setting Sosal
Secara umum daerah yang menjadi lokasi penelitian ada di wilayah perkotaan, meskipun dua di antaranya konflik fokusnya terdapat di pedesaan seperti Kulonprogo
dan Tasikmalaya. Kulonprogo konflik fokusnya terdapat di pedesaan pedalaman, sedangkan di Tasikmlaya terdapat di pedesaan pesisir. Adapun 3 lokasi yang lain ada
di daerah perkotaan. Latar belakang masyarakat meliputi suku Jawa pedalaman Kulonrpgo dan
Solo, Jawa-Madura Pasuruan, Sunda Tasikmalaya, dan Sasak Mataram. Hal ini menunjukkan sistem budaya yang berbeda pada tiap lokasi. Walaupun seiring dengan
proses globalisasi
dan pembangunan
yang terus
berlangsung, namun
mempertimbangkan perbedaan sistem sosial-budaya ini masih terasa penting dilakukan, apalagi setelah diberlakukannya otonomi daerah yang kadang dan bahkan
kian menguatkan aspirasi masyarakat untuk memelihara dan mengembangkan identitas budaya termasuk agama di daerah. Hal ini sedikit banyak mempengaruhi
karakter konflik antarumat beragama, misalnya yang terjadi di Tasikmalaya. Konflik yang terjadi pada lokasi fokus semuanya antara umat Islam sebagai
mayoritas dan Kristiani baik Kathalik maupun Protestan sebagai minoritas. Walaupun perlu dicatat bahwa komposisi mayoritas-nimoritas ini tidak selalu
memperlihatan kekuatan dalam memainkan konflik yang ada, sehingga pihak minoritas memperoleh dukungan dari kelompok-kelompok sosial di luar dirinya
yang justru seagama dengan kelompok mayoritas. Kasus Kulonrpogo menunjukkan hal ini. Di daerah ini terjadi pergeseran issu sumber konflik yaitu dari persoalan
penolakan umat Protestan terhadap kebijakan pemerintah tentang hak siswa untuk memperoleh pendidikan agama sesuai agamanya, berubah menjadi penolakan terhadap
pendirian sekolah negeri. Akhirnya beberapa kelompok sosial yang anggotanya muslim terperangkap dalam issu tersebut, sehingga konfliknya menjadi antara
kelompok Islam dengan kelompok Protestan dan kelompok-kelompok sosial yang anggotanya beragama Islam.
221 Dari lokasi yang ada, Pasuruan, Tasikmalaya, dan Solo sama-sama pernah
memiliki sejarah konflik sosial khususnya antarumat beragama. Di Kulonprogo, dan Propinsi Daeah Istimewa Yogyakarta, termasuk daerah yang selama ini dikenal tidak
terjadi konflik terbuka, meskipun potensi konfliknya sebenarnya tidak jauh berbeda dengan yang ada di daerah lain.
B. Potensi Konflik