industri terkait; dan iv pada tahap awal pembangunan, arus PMA akan meringankan beban neraca pembayaran negara berkembang.
2.4.2 Sektor Finansial
Secara umum, sektor keuangan memiliki enam fungsi utama dalam suatu perekonomian, yaitu: i menyediakan jasa pembayaran; ii menghubungkan
penabung dengan investor; iii menghasilkan dan menyebarkan informasi; iv mengalokasikan pinjaman secara efisien; v memberikan perlindungan terhadap
risiko penentuan harga, pengumpulan dan perdagangan, serta vi meningkatkan likuiditas aset Todaro dan Smith, 2006. Sektor keuangan mencakup perbankan
dan non-perbankan yaitu terdiri dari bank umum, bank devisa, bank perkreditan rakyat BPR, koperasi simpan pinjam, asuransi, dan lembaga keuangan lainnya.
Pembangunan sektor keuangan akan menghasilkan suatu pertumbuhan ekonomi, di antaranya melalui pengalokasian dana ke sektor-sektor produktif
secara efisien dan pemberian kredit domestik untuk pengembangan usaha kepada industri-industri lokal, khususnya usaha kecil dan menengah UKM. Inovasi
teknologi dan inovasi di sektor keuangan, keduanya akan mendorong laju pertumbuhan ekonomi dan merupakan syarat bagi berlangsungnya revolusi
industri. Sebagai contoh adalah pembangunan pembangkit listrik yang tidak hanya memerlukan teknologi dan investasi yang besar, tapi perlu juga dukungan sektor
perbankan dan asuransi. Perekonomian membutuhkan pasar keuangan yang canggih dalam rangka
penyediaan modal untuk kegiatan investasi sektor swasta, baik berupa pinjaman dari sektor perbankan, modal ventura, maupun produk keuangan lainnya. Sektor
keuangan yang efisien juga memastikan bahwa inovator dengan ide-ide yang baik memiliki dukungan permodalan untuk mengubah ide-ide menjadi produk
komersial dan jasa yang siap dikonsumsi oleh masyarakat. Dalam rangka memenuhi semua fungsi-fungsi tersebut sektor perbankan harus dapat dipercaya
dan transparan.
2.4.3 Tingkat Inflasi
Inflasi adalah gejala peningkatan harga-harga secara umum dalam perekonomian secara terus-menerus. Dengan demikian tingkat inflasi adalah
perubahan yang terjadi pada tingkat harga Blanchard, 2004. Pengertian umum mengenai inflasi mengandung tiga aspek penting, yaitu:
1. Ada kecenderungan harga-harga yang meningkat, artinya dalam kurun waktu tertentu, harga-harga menunjukkan tren atau tendensi yang meningkat.
2. Peningkatan harga berlangsung secara terus-menerus sustained, artinya dari waktu ke waktu mengalami peningkatan.
3. Pengertian harga adalah tingkat harga umum general level of price, artinya harga tersebut mencakup keseluruhan komoditas dan bukan hanya pada satu
atau beberapa komoditas saja. Penyebab inflasi dengan pendekatan pasar riil atau pasar barang dibagi
menjadi dua, yaitu inflasi yang disebabkan oleh kelebihan permintaan demand pull inflation
dan yang disebabkan oleh kenaikan biaya produksi cost push inflation
. Tipe pertama, penyebabnya adalah ketersediaan komoditas yang terbatas di pasar barang tidak dapat mencukupi kelebihan permintaan masyarakat
secara umum sehingga menyebabkan kenaikan harga secara agregat. Secara implisit, ketersediaan komoditas yang terbatas di pasar barang menyiratkan
kapasitas produksi optimum dari suatu perekonomian sehingga hal tersebut sesungguhnya mencerminkan kondisi output potensial. Tipe kedua, penyebabnya
adalah kenaikan harga yang terjadi merupakan kondisi yang tidak diantisipasi dan hal tersebut disebabkan oleh kenaikan biaya produksi. Kondisi yang tidak
diantisipasi ini salah satunya disebabkan oleh adanya shock dari sisi penawaran. Inflasi dalam praktiknya dihitung berdasarkan pendekatan indeks harga.
Beberapa alternatif yang sering digunakan adalah indek harga konsumen IHK, indeks harga produsen IHP, dan indeks harga implisit yang diturunkan dari
penghitungan PDB yakni sering disebut sebagai GDP deflator. Dari beberapa alternatif tersebut, biasanya digunakan indek harga konsumen karena secara
umum nilai uang terkait dengan kekuatan daya beli dari uang di tingkat konsumen.
2.4.4 Infrastruktur