Potensi Ekonomi dan Perdagangan ASEAN+3

4.2 Potensi Ekonomi dan Perdagangan ASEAN+3 Kawasan ASEAN+3 dengan jumlah penduduk mencapai 1,93 miliar orang atau hampir sepertiga penduduk dunia dan total PDB mencapai sekitar US 11,72 triliun pada tahun 2008, menjanjikan potensi ekonomi yang sangat besar. Pangsa total perdagangan terhadap PDB dari masing-masing negara ASEAN+3 juga cukup tinggi yakni rata-rata sebesar 142,09 persen pada tahun 2008, mengindikasikan aktifnya kawasan ini dalam perdagangan internasional. Dari sisi aliran modal internasional, kawasan ASEAN+3 juga dipandang sangat menarik yakni terlihat dari tren PMA yang mengalami peningkatan setiap tahun. Hal ini sekaligus menunjukkan besarnya potensi kawasan ini sebagai basis produksi production base perekonomian dunia. Potensi ekonomi masing-masing negara ASEAN+3 selengkapnya disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Luas wilayah, jumlah penduduk dan potensi ekonomi di negara-negara ASEAN+3 tahun 2008 Negara Luas Wilayah km 2 Penduduk juta jiwa PDB miliar US PMA miliar US Perdaganga n PDB Indonesia 1.811.570 227,34 510,50 9,32 58,42 Malaysia 328.550 27,01 221,16 7,38 231,60 Philipina 298.170 90,35 167,49 1,54 75,56 Singapura 697 4,84 193,33 10,91 423,11 Thailand 510.890 67,39 272,46 8,57 150,49 China 9.327.489 1.332,46 4.532,7 9 147,79 62,09 Jepang 364.500 127,56 4.886,9 7 24,55 32,48 Korea 96.920 48,75 931,40 3,31 107,20 ASEAN+3 12.738.786 1.925,7 11.716,10 213,37 142,09 Uni Eropa 2.509.810 326,06 13.565,74 392,87 82,92 NAFTA 18.255.480 337,75 15.874,60 384,27 30,35 Dunia 129.612.312 6.697,80 61.305,36 1.826,91 61,93 Sumber: WDI 2010 diolah Perkembangan PDB di negara-negara ASEAN+3 selama kurun waktu 1999- 2008 mengalami kenaikan signifikan, yaitu rata-rata meningkat 5,37 persen per tahun. China merupakan negara yang mengalami kenaikan PDB tertinggi yakni rata-rata meningkat 10,13 persen per tahun, diikuti oleh Singapura 6,43, dan Thailand 5,55. Sementara itu, pangsa terbesar PDB selama periode tersebut terus ditempati oleh Jepang yakni mencapai sebesar 41,71 persen dari total PDB ASEAN+3 atau nilainya sebesar US 4,89 triliun pada tahun 2008. Posisi kedua ditempati China dengan pangsa PDB sebesar 38,69 persen, kemudian Korea Selatan 7,95, dan terkecil adalah Philipina 1,43. Nilai PDB riil periode 1999-2008 selengkapnya disajikan pada Grafik 2 dan Grafik 3. Sumber: WDI 2010 diolah Grafik 2 Nilai PDB riil di negara-negara Asia Tenggara periode 1999-2008. Sumber: WDI 2010 diolah Grafik 3 Nilai PDB riil di negara-negara Asia Timur periode 1999-2008. Dari sisi pendapatan per kapita, terdapat variasi yang besar di antara negara ASEAN+3. Singapura merupakan negara yang memiliki pendapatan per kapita tertinggi yakni mencapai US 48.002 atau lebih dari 13 kali lipat pendapatan per 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 M il ia r US Indonesia Malaysia Philipina Singapura Thailand 0.00 1000.00 2000.00 3000.00 4000.00 5000.00 6000.00 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 M il ia r US China Japan Korea kapita Philipina dan Indonesia yang hanya sebesar US 3.244 dan US 3.689 pada tahun 2008. Secara umum peringkatnya juga tidak mengalami perubahan selama kurun waktu 1999-2008, kecuali peringkat China yang sebelumnya di bawah Philipina dan Indonesia mulai melesat meninggalkan keduanya sejak tahun 2001. Pendapatan per kapita masing-masing negara ASEAN+3 selengkapnya disajikan pada Grafik 4. Sumber: WDI 2010 diolah Grafik 4 Pendapatan per kapita di negara-negara ASEAN+3 periode 1999-2008. Selama kurun waktu 1999-2008 terlihat bahwa seluruh negara memiliki tren pendapatan per kapita yang meningkat setiap tahun, yaitu rata-rata meningkat sebesar 46,98 persen. Kenaikan pendapatan per kapita tertinggi dimiliki oleh China yakni dari US 2.480 pada tahun 1999 menjadi US 5.712 di tahun 2008 atau naik sebesar 130,31 persen. Kenaikan pendapatan per kapita di negara ASEAN+3 lainnya juga cukup signifikan yakni di atas 30 persen selama periode tersebut, kecuali Jepang yang hanya meningkat sebesar 12,34 persen. Dilihat dari kontribusi per sektor, penyumbang terbesar pada perekonomian ASEAN+3 adalah sektor jasa yakni rata-rata mencapai 53,05 persen dari total PDB tahun 2008, kemudian diikuti oleh sektor industri 39 dan sektor pertanian 7,95. Terdapat tiga negara yang struktur PDB-nya tidak didominasi oleh sektor jasa yakni Malaysia, Indonesia dan China. Kontribusi terbesar di ketiga negara tersebut berasal dari sektor industri, yaitu di Malaysia sebesar 49,26 persen pada tahun 2008, Indonesia 48,15 dan China 47,45. Sementara itu, kontribusi dari sektor pertanian terus mengalami penurunan setiap tahun, kecuali 0.00 10000.00 20000.00 30000.00 40000.00 50000.00 60000.00 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 U S Indonesia Malaysia Philipina Singapura Thailand China Jepang Korea di Thailand yang mengalami kenaikan dari sebesar 9,39 persen pada tahun 1999 menjadi 11,64 persen pada tahun 2008. Kontribusi masing-masing sektor pada PDB selengkapnya disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 Struktur PDB menurut sektor di negara-negara ASEAN+3 tahun 1999 dan 2008 Negara Pertanian PDB Industri PDB Jasa PDB 1999 2008 1999 2008 1999 2008 Indonesia 19,61 14,41 43,36 48,15 37,03 37,44 Malaysia 10,84 7,81 46,46 49,26 42,70 42,93 Philipina 17,15 14,86 30,60 31,65 52,25 53,49 Singapura 0,13 0,07 33,98 25,94 65,89 74,00 Thailand 9,39 11,64 40,93 44,16 49,68 44,20 China 16,47 10,73 45,76 47,45 37,77 41,82 Jepang 1,87 1,39 32,80 28,94 65,34 69,67 Korea Selatan 5,25 2,68 40,24 36,48 54,51 60,84 ASEAN+3 10,09 7,95 39,27 39,00 50,64 53,05 Sumber: WDI 2010 diolah Komposisi PDB dari sisi permintaan di masing-masing negara ASEAN+3 masih didominasi oleh konsumsi rumahtangga yakni rata-rata mencapai 54,14 persen pada tahun 2008, kemudian diikuti oleh pangsa investasi 29,13, pengeluaran pemerintah 12,45, dan ekspor neto 4,27, selengkapnya disajikan pada Tabel 6. Tingginya pengeluaran konsumsi di kawasan ini menunjukkan bahwa ASEAN+3 merupakan lokasi yang potensial untuk pemasaran berbagai macam produk barang dan jasa dalam kegiatan perdagangan internasional. Pangsa konsumsi terbesar dimiliki oleh Philipina yakni mencapai sebesar 76,94 persen dari PDB-nya tahun 2008, diikuti oleh Indonesia 62,63 dan terendah adalah China 36,79. Posisi kedua pembentuk PDB ASEAN+3 adalah berupa pembentukan modal tetap bruto PMTB atau investasi. Pangsa investasi terhadap PDB terus mengalami pertumbuhan setiap tahun. Kenaikan tertinggi dialami oleh Indonesia yakni dari sebesar 11,37 persen pada tahun 1999 menjadi 27,81 persen pada tahun 2008, diikuti Thailand dari sebesar 20,50 persen menjadi 28,87 persen, dan China dari 36,74 persen menjadi 42,55 persen. Peran investasi yang semakin tinggi menunjukkan bahwa kapasitas produksi negara-negara ASEAN+3 semakin besar sehingga akan mendorong kinerja ekspor menjadi lebih baik. Tabel 6 Pangsa konsumsi, investasi, pengeluaran pemerintah, dan ekspor neto terhadap PDB di negara-negara ASEAN+3 tahun 1999 dan 2008 Negara Konsumsi PDB Investasi PDB Pemerintah PDB Ekspor Neto PDB 1999 2008 199 9 200 8 199 9 200 8 199 9 200 8 Indonesia 73,94 62,63 11,37 27,81 6,60 8,42 8,08 1,14 Malaysia 41,58 45,9 1 22,38 27,10 10,99 12,84 25,05 14,15 Philipina 68,01 76,9 4 18,75 15,24 13,08 9,65 0,16 -1,84 Singapura 41,37 42,9 2 44,29 37,49 9,95 10,06 4,39 9,53 Thailand 55,43 55,92 20,50 28,87 11,50 12,43 12,57 2,77 China 45,13 36,79 36,74 42,55 15,30 12,97 2,83 7,70 Jepang 57,05 57,3 5 24,85 22,78 16,52 17,98 1,59 1,88 Korea 51,88 54,6 8 29,13 31,21 12,31 15,29 6,69 -1.18 ASEAN+3 54,30 54,1 4 26,00 29,13 12,03 12,45 7,67 4,27 Sumber: WDI 2010 diolah Selama kurun waktu 1999-2008, pangsa pengeluaran pemerintah terhadap PDB relatif stabil pada kisaran 12 persen, sedangkan pangsa ekspor neto cenderung fluktuatif. Peran pengeluaran pemerintah terhadap pembentukan PDB di Indonesia dan Philipina tidak mencapai 10 persen. Sementara itu, defisit perdagangan dialami oleh Philipina dan Korea Selatan pada tahun 2008 yakni masing-masing sebesar -1,84 persen dan -1,18 persen dari nilai PDB-nya. Peran perdagangan luar negeri pada perekonomian di negara-negara ASEAN+3 dapat dilihat dari pangsa perdagangan terhadap PDB, nilai ekspor, dan ekspor neto dalam beberapa tahun terakhir, selengkapnya disajikan pada Tabel 7. Selama kurun waktu 1999-2008 pangsa perdagangan terhadap PDB sebagai indikator keterbukaan perdagangan mengalami kenaikan sebesar 27,89 persen, nilai ekspor meningkat 218,48 persen, dan ekspor neto meningkat 172,16 persen. Tren perdagangan luar negeri yang positif tersebut menunjukkan semakin lancarnya arus barang dan jasa antarnegara di kawasan ini seiring dengan semakin berkurangnya hambatan-hambatan dalam perdagangan, baik berupa tarif maupun non-tarif. Selain itu, menunjukkan pula kinerja perdagangan yang semakin membaik, yaitu terlihat dari nilai ekspor yang semakin mendominasi dibandingkan dengan nilai impornya. Tabel 7 Keterbukaan perdagangan, nilai ekspor, dan ekspor neto di negara-negara ASEAN+3 tahun 1999 dan 2008 Negara Keterbukaan Perdagangan PDB Ekspor miliar US Ekspor Neto miliar US 1999 2008 1999 2008 1999 2008 Indonesia 62,94 58,42 49,72 152,03 11,32 5,82 Malaysia 217,57 231,60 96,02 193,55 19,83 31,30 Philipina 102,78 75,56 39,20 61,74 0,12 -3,07 Singapura 273,12 423,11 114,63 338,20 3,63 18,42 Thailand 104,02 150,49 71,49 208,79 15,42 7,56 China 37,97 62,09 220,96 1.581,71 30,64 348,87 Jepang 18,97 28,24 448,99 839,73 69,29 92,03 Korea 71,44 107,20 173,99 493,73 29,78 -10,97 ASEAN+3 111,10 142,09 1.215,00 3.869,48 180,02 489,95 Sumber: WDI 2010 diolah Tren perdagangan China mengalami peningkatan paling pesat dibandingkan negara ASEAN+3 lainnya. Nilai ekspor China mengalami kenaikan sebesar 615,82 persen yakni dari sebesar US 220,96 miliar pada tahun 1999 menjadi US 1,58 triliun pada tahun 2008, dan sejak tahun 2004 merupakan pengekspor terbesar di kawasan ASEAN+3 menggantikan posisi Jepang. Ekspor neto China meningkat lebih dari 10 kali lipat dalam sepuluh tahun terakhir, yaitu mencapai US 348,87 miliar pada tahun 2008 atau sebesar 71,21 persen dari total ekspor neto yang diterima ASEAN+3. Sebaliknya, Philipina dan Korea Selatan mengalami defisit perdagangan pada tahun 2008 yakni berturut-turut sebesar US 3,07 miliar dan US 10,97 miliar. Komoditas ekspor utama dari negara-negara ASEAN+3 adalah mesin dan perlengkapan kantor, tekstil dan pakaian jadi, perlengkapan komputer, perabotan rumahtangga, mobil penumpang, besi baja, batubara, serta lemak dan minyak nabati. China merupakan pengekspor utama di dunia untuk komoditas mesin perkantoran yakni mencapai 69,66 persen dari total ekspor mesin perkantoran dunia, perlengkapan komputer 59,65, furniture 58,59, alas kaki 55,94, tekstil 53,63, perabotan rumahtangga 52,50, kapas 46,30, pipa besi baja 44,48, lempeng besi 43,89, perlengkapan telekomunikasi 42,72, mesin pembangkit listrik 40,50, dan alumunium 24,85. Korea Selatan merupakan pengekspor utama untuk komoditas perahu dan kapal laut yakni mencapai 48,45 persen dunia, mobil penumpang 37,69, hidrokarbon dan turunannya 31,06, serta plastik 18,80. Singapura merupakan pengekspor utama untuk komoditas katup, dioda dan transistor yakni mencapai 24,61 persen dunia serta heavy petroleum bituminous oil 17,47, sedangkan Indonesia merupakan pengekspor utama komoditas lemak dan minyak nabati 43,91 serta batubara sebesar 38,12 persen UNCTAD, 2009. Dilihat dari sisi perdagangan intra-ASEAN+3, trennya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pangsa perdagangan intra-ASEAN+3 mencapai 25 persen, jauh melampaui pangsa ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa yakni berturut-turut sebesar 14 persen dan 13 persen dari total ekspor ASEAN+3 pada tahun 2008. Dari segi jenis barang yang diperdagangkan, perdagangan intra- ASEAN+3 didominasi oleh bahan baku dan barang antara intermediate goods yakni sebesar 65 persen dari total ekspor intra-ASEAN+3, jauh di atas pangsa barang modal atau capital goods 12 dan pangsa barang konsumsi atau consumption goods 9.

4.3 Dinamika Pertumbuhan Ekonomi, Keterbukaan Perdagangan dan Faktor-faktor Pendukungnya