Dinamika Pertumbuhan Ekonomi, Keterbukaan Perdagangan dan Faktor-faktor Pendukungnya

tekstil 53,63, perabotan rumahtangga 52,50, kapas 46,30, pipa besi baja 44,48, lempeng besi 43,89, perlengkapan telekomunikasi 42,72, mesin pembangkit listrik 40,50, dan alumunium 24,85. Korea Selatan merupakan pengekspor utama untuk komoditas perahu dan kapal laut yakni mencapai 48,45 persen dunia, mobil penumpang 37,69, hidrokarbon dan turunannya 31,06, serta plastik 18,80. Singapura merupakan pengekspor utama untuk komoditas katup, dioda dan transistor yakni mencapai 24,61 persen dunia serta heavy petroleum bituminous oil 17,47, sedangkan Indonesia merupakan pengekspor utama komoditas lemak dan minyak nabati 43,91 serta batubara sebesar 38,12 persen UNCTAD, 2009. Dilihat dari sisi perdagangan intra-ASEAN+3, trennya terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pangsa perdagangan intra-ASEAN+3 mencapai 25 persen, jauh melampaui pangsa ekspor ke Amerika Serikat dan Eropa yakni berturut-turut sebesar 14 persen dan 13 persen dari total ekspor ASEAN+3 pada tahun 2008. Dari segi jenis barang yang diperdagangkan, perdagangan intra- ASEAN+3 didominasi oleh bahan baku dan barang antara intermediate goods yakni sebesar 65 persen dari total ekspor intra-ASEAN+3, jauh di atas pangsa barang modal atau capital goods 12 dan pangsa barang konsumsi atau consumption goods 9.

4.3 Dinamika Pertumbuhan Ekonomi, Keterbukaan Perdagangan dan Faktor-faktor Pendukungnya

Berdasarkan data pertumbuhan ekonomi selama kurun waktu 1999-2008, sebagaimana disajikan pada Gambar 5, terlihat bahwa negara-negara ASEAN+3 mengalami tingkat pertumbuhan yang bervariasi. Tingkat pertumbuhan tertinggi adalah China yakni rata-rata mencapai 10,13 persen per tahun, diikuti Singapura 6,43, Malaysia 5,55, Korea Selatan 5,31, Philipina 4,81, Thailand 4,73, Indonesia 4,72, dan Jepang 1,25. Tingkat pertumbuhan kawasan mencapai level terendah pada tahun 2001 yakni rata-rata hanya sebesar 2,27 persen, bahkan Singapura mengalami pertumbuhan negatif sebesar -2,40 persen. Tren pergerakan PDB Singapura terlihat paling fluktuatif dibandingkan dengan negara ASEAN+3 lainnya. Hal ini antara lain disebabkan oleh tingginya tingkat keterbukaan ekonomi yang dimilikinya, baik keterbukaan dalam perdagangan maupun di sektor finansial, sehingga kinerja perekonomian Singapura sangat dipengaruhi oleh gejolak perekonomian di tingkat global. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi China selama periode tersebut terlihat paling kokoh dan terus menempati posisi teratas di kawasan. Pertumbuhan ekonomi China ditopang oleh investasi asing dan kinerja ekspor yang meningkat secara signifikan dari tahun ke tahun. Sumber: WDI 2010 diolah Gambar 5 Tingkat pertumbuhan ekonomi di negara-negara ASEAN+3 periode 1999-2008. Perkembangan perdagangan luar negeri kegiatan ekspor dan impor ASEAN+3 terus mengalami peningkatan setiap tahun, seiring dengan semakin berkurangnya hambatan-hambatan perdagangan dan adanya eskalasi kerjasama di tingkat regional. Singapura memiliki tingkat keterbukaan perdagangan paling tinggi di kawasan yakni tercermin dari pangsa perdagangannya yang mencapai 423,11 persen terhadap PDB-nya pada tahun 2008, diikuti oleh Malaysia 231,60 dan Thailand 150,49, selengkapnya disajikan pada Gambar 6. Ditinjau dari ekspor neto, terlihat jelas bahwa China mendominasi dalam perolehannya sejak tahun 2004 menggantikan posisi Jepang. Pada tahun 2008 nilai ekspor neto China mencapai U 348,87 miliar atau sebesar 71,21 persen dari total ekspor neto ASEAN+3. Posisi kedua ditempati oleh Jepang dengan ekspor neto sebesar US 92,03 miliar 18,78, dikuti oleh Malaysia US 31,30 miliar 6,39 dan Singapura US 18,42 miliar 3,76. Kontribusi ekspor neto -4.00 -2.00 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Indonesia Malaysia Philipina Singapura Thailand China Jepang Korea dalam pembentukan PDB ASEAN+3 selama kurun waktu 1999-2008 rata-rata sebesar 6,66 persen. Ekspor neto di Malaysia menyumbang sebesar 14,15 persen PDB-nya tahun 2008, diikuti oleh Singapura 9,53 dan China 7,70. Nilai ekspor neto di negara-negara ASEAN+3 selengkapnya disajikan pada Gambar 7. Sumber: WDI 2010 diolah Gambar 6 Pangsa perdagangan terhadap PDB di negara-negara ASEAN+3 periode 1999-2008. Sumber: WDI 2010 diolah Gambar 7 Nilai ekspor neto di negara-negara ASEAN+3 periode 1999-2008. Capaian pertumbuhan ekonomi dan kinerja perdagangan yang bervariasi antarnegara di Kawasan ASEAN+3 terkait erat dengan tingkat kesiapan dan kekuatan masing-masing negara dalam menghadapi persaingan di tingkat global. Kondisi tersebut juga mencerminkan daya saing ekonomi masing-masing negara 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 400.00 450.00 500.00 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 te rh ada p P DB Indonesia Malaysia Philipina Singapura Thailand China Jepang Korea -10.00 -5.00 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 te rh ada p P DB Indonesia Malaysia Philipina Singapura Thailand China Jepang Korea di kancah internasional. Word Economic Forum WEF, sebuah lembaga pemeringkatan daya saing ternama, menempatkan dua negara ASEAN+3 di posisi 10 besar dunia dari 134 negara yang di survei tahun 2008-2009, yaitu Singapura di urutan lima dan Jepang di urutan sembilan. Sementara itu, Korea Selatan berada di urutan 13, diikuti oleh Malaysia 21, China 30, Thailand 34, Indonesia 55 dan Philipina 71. Lebih lanjut, apabila diamati dari kelompok utama penentu daya saing ternyata sejumlah negara ASEAN+3 memiliki peringkat yang relatif buruk pada kelompok persyaratan dasar basic requirement, terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia urutan 76 dan Philipina urutan 85. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas kelembagaan, infrastruktur, stabilitas makroekonomi serta kesehatan dan pendidikan dasar sebagai penyusun utamanya masih relatif buruk. Peringkat daya saing ekonomi di negara-negara ASEAN+3 yang dirinci menurut tiga kelompok utama yakni kelompok persyaratan dasar basic requirement , pendorong efisiensi efficiency enhancer dan faktor inovasi innovation factor selengkapnya disajikan pada tabel 8. Tabel 8 Peringkat daya saing ekonomi di tingkat global tahun 2008 Negara Total Persyaratan Pendorong Faktor Dasar Efisiensi Inovasi Singapura 5 3 2 11 Jepang 9 26 12 3 Korea Selatan 13 16 5 10 Malaysia 21 25 24 23 China 30 42 40 32 Thailand 34 43 36 46 Indonesia 55 76 49 45 Philipina 71 85 68 67 Sumber: WEF 2008 Berdasarkan teori pertumbuhan endogen dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya seperti Chen dan Gupta 2006 serta Chang et al. 2009 terdapat beberapa faktor yang mendukung pencapaian pertumbuhan ekonomi dalam sistem perekonomian terbuka, yaitu meliputi dukungan investasi asing PMA, kesiapan sektor finansial sistem keuangan, stabilitas perekonomian dan harga, infrastruktur publik, kualitas modal manusia, kemajuan teknologi, dan ketenagakerjaan. Secara umum ketujuh faktor tersebut mengalami perkembangan yang positif di Kawasan ASEAN+3 selama kurun waktu 1999-2008. Berikut ini dibahas secara khusus mengenai kondisi beserta perkembangan dari tiap-tiap faktor tersebut.

1. Penanaman Modal Asing

Berkembangnya liberalisasi ekonomi dan keuangan mendorong pergerakan arus dana antarnegara secara besar-besaran. Derasnya arus modal asing di satu sisi mampu meningkatkan arus investasi dan mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara. Namun di sisi lain, pergerakan arus dana khususnya yang berjangka pendek menyebabkan mata uang di berbagai negara cenderung terapresiasi dan memiliki volatilitas yang tinggi. Kondisi ini dapat menimbulkan ketidakpastian berusaha dan berpotensi menekan dayasaing ekspor suatu negara. Pada Gambar 8 berikut ini ditampilkan nilai penanaman modal asing di masing-masing negara ASEAN+3 selama kurun waktu 1999-2008. Sumber: WDI 2010 diolah Gambar 8 Nilai penanaman modal asing di negara-negara ASEAN+3 periode 1999-2008. Selama kurun waktu 1999-2008, China tampil sebagai penerima PMA terbesar di antara negara ASEAN+3. Nilai PMA China tahun 2008 telah mencapai US 147,79 miliar atau sebesar 69,26 persen dari total PMA ASEAN+3. Selain itu, China juga memiliki rata-rata pertumbuhan PMA paling pesat yakni sebesar 18,30 persen per tahun, di atas rata-rata pertumbuhan PMA kawasan tersebut 13,34. Inilah salah satu penyebab yang mendorong perekonomian China selalu -20.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 M il ia r US Indonesia Malaysia Philipina Singapura Thailand China Japan Korea tumbuh di atas 10 persen setiap tahun dalam satu dekade terakhir Vijayakumar et al. , 2010. Dilihat dari pangsanya, baik pangsa PMA terhadap PDB maupun terhadap pembentukan modal tetap bruto PMTB, posisi teratas ditempati oleh Singapura yakni berturut-turut sebesar 15,29 persen dan 60,59 persen. Tingkat keterbukaan perdagangan Singapura merupakan yang tertinggi di antara negara ASEAN+3 lainnya, begitu juga halnya dengan keterbukaan di sektor finansial. Singapura dikenal memiliki sistem perbankan yang baik sehingga memberi rasa aman bagi investor untuk menggunakannya. Sementara itu, perkembangan PMA di negara ASEAN+3 lainnya cenderung fluktuatif dan pangsanya terhadap PDB relatif kecil yakni rata-rata hanya sebesar 1,68 persen. Kondisi ini mengindikasikan bahwa negara-negara tersebut dianggap memiliki country risk yang relatif besar oleh investor sehingga kurang memberi rasa aman dan harapan besar untuk memperoleh tingkat pengembalian return yang tinggi.

2. Kesiapan Sektor Finansial

Keterbukaan perdagangan yang semakin besar perlu didukung oleh kesiapan di sektor finansial sistem keuangan, yaitu untuk mendukung kegiatan produksi serta distribusi barang dan jasa. Perkembangan sektor finansial di ASEAN+3 selama kurun waktu 1999-2008 mengalami peningkatan signifikan setiap tahun. Rata-rata pangsa kredit domestik yang disalurkan oleh perbankan terhadap PDB tercatat sebesar 134,65 persen pada tahun 2008, mengalami peningkatan dari sebesar 132,50 persen pada tahun 1999. Terdapat dua negara yang memiliki pangsa relatif kecil di bawah 50 persen pada tahun 2008 yakni Indonesia sebesar 36,75 persen dan Philipina sebesar 43,70 persen, selengkapnya disajikan pada Gambar 9. Kredit domestik yang disalurkan oleh perbankan menunjukkan kesiapan sektor keuangan untuk mengalokasikan dana masyarakat ke sektor- sektor yang lebih produktif sehingga menambah kapasitas produksi di dalam negeri serta mendorong kegiatan ekspor di kancah internasional. Sumber: WDI 2010 diolah Jepang tidak dimasukkan Gambar 9 Pangsa kredit domestik terhadap PDB di negara-negara ASEAN+3 periode 1999-2008.

3. Stabilitas Inflasi

Stabilitas perekonomian dan harga-harga dapat diketahui melalui pergerakan tingkat inflasi selama kurun waktu tertentu. Fluktuasi yang tinggi menandakan kondisi perekonomiannya tidak stabil, dan sebaliknya fluktuasi yang rendah menandakan stabilitas ekonomi yang relatif kokoh. Perkembangan inflasi negara-negara ASEAN+3 selama periode 1999-2008, sebagaimana tersaji pada Gambar 10, secara umum berada pada kisaran 1-5 persen, kecuali Indonesia dan Philipina yang memiliki inflasi di atas 5 persen setiap tahun. Sumber: WDI 2010 diolah Gambar 10 Tingkat inflasi di negara-negara ASEAN+3 periode 1999-2008. 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 180.00 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 te rh ada p P DB Indonesia Malaysia Philipina Singapura Thailand China Korea -5.00 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Indonesia Malaysia Philipina Singapura Thailand China Japan Korea

4. Infrastruktur

Listrik merupakan infrastruktur publik yang memegang peran penting dan terkait erat dalam proses produksi. Pasokan listrik yang cukup dan bebas dari gangguan akan mendorong pencapaian proses produksi yang lebih efisien dan ekonomis. Secara umum, ketersediaan listrik di negara-negara ASEAN+3 mengalami peningkatan yang signifikan setiap tahun. Ketersediaan listrik per penduduk di China mengalami peningkatan tertinggi yakni dari sebesar 989,69 KWh pada tahun 1999 menjadi 2.510,84 KWh pada tahun 2008 atau meningkat sebesar 153,70 persen selama periode tersebut, kemudian diikuti oleh Korea Selatan yang meningkat sebesar 83,70 persen. Indonesia dan Philipina memiliki kecukupan listrik per penduduk paling rendah yakni berturut-turut sebesar 652,49 KWh dan 694,09 KWh pada tahun 2008, selengkapnya tersaji pada Gambar 11. Sumber: WDI 2010 diolah Gambar 11 Ketersediaan listrik per penduduk di negara-negara ASEAN+3 periode 1999-2008.

5. Modal Manusia

Salah satu penentu tingkat produktivitas dalam perekonomian adalah kuantitas dan kualitas modal manusia human capital yang tersedia. Kualitas modal manusia ditandai dengan banyaknya penguasaan ilmu pengetahuan, pengalaman, dan keterampilan seseorang yang utamanya diperoleh melalui jalur pendidikan. Semakin banyak penduduk berpendidikan tinggi akan mendorong peningkatan produktivitas masyarakat sehingga berdampak positif pada pertumbuhan ekonomi. Jumlah mahasiswa perguruan tinggi di negara-negara 0.00 1000.00 2000.00 3000.00 4000.00 5000.00 6000.00 7000.00 8000.00 9000.00 10000.00 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 K W h Indonesia Malaysia Philipina Singapura Thailand China Jepang Korea ASEAN+3 berkisar antara 1-7 persen dari total penduduk pada tahun 2008. Korea Selatan memiliki jumlah mahasiswa relatif besar yakni sebesar 6,87 persen dari penduduknya, diikuti oleh Singapura 4,25 dan terendah adalah Indonesia 1,78, selengkapnya tersaji pada Gambar 12. Peningkatan paling pesat dialami oleh China yaitu dari sebesar 0,51 persen pada tahun 1999 menjadi 2,11 persen pada tahun 2008, sebaliknya Philipina mengalami penurunan sebesar -0,17 persen selama periode 1999-2008. Sumber: WDI 2010 diolah Gambar 12 Jumlah mahasiswa perguruan tinggi di negara-negara ASEAN+3 periode 1999-2008.

6. Kemajuan Teknologi

Pangsa pengeluaran pemerintah dan swasta untuk kegiatan riset dan pengembangan research and development, RD terhadap PDB menunjukkan dukungan dan tingkat keseriusan suatu negara terhadap penguasaan teknologi. Penguasaan di bidang teknologi menyebabkan peningkatan produktivitas dan efisiensi dalam penggunaan sumber daya sehingga meningkatkan keunggulan komparatif dan kompetitif produk domestik dalam persaingan di tingkat global. Pangsa pengeluaran RD terhadap PDB di negara-negara ASEAN+3 selama kurun waktu 1999-2008 relatif rendah, yakni rata-rata kurang dari dua persen. Pangsa pengeluaran RD terbesar dimiliki oleh Korea Selatan yakni sebesar 3,48 persen dari PDB-nya pada tahun 2008, diikuti oleh Jepang 3,47 dan Singapura 2,55, selengkapnya disajikan pada Gambar 13. Peningkatan tertinggi terjadi di 0.00 1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.00 8.00 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 te rh ada p pe n duduk Indonesia Malaysia Philipina Singapura Thailand China Jepang Korea Korea Selatan, China, dan Singapura yakni berturut-turut sebesar 1,22 persen, 0,83 persen, dan 0,66 persen selama periode 1999-2008. Sumber: WDI 2010 diolah Gambar 13 Pangsa pengeluaran untuk riset dan pengembangan terhadap PDB di negara-negara ASEAN+3 periode 1999-2008.

7. Ketenagakerjaan

Profil ketenagakerjaan di sejumlah negara ASEAN+3 selama kurun waktu 1999-2008 masih diwarnai dengan tingkat pengangguran yang relatif tinggi, khususnya Philipina dan Indonesia yang masih berada pada kisaran 7-12 persen. Tingkat pengangguran terendah pada tahun 2008 dimiliki oleh Thailand yakni sebesar 1,40 persen, diikuti oleh Malaysia 2,42 dan Korea Selatan 3,20, selengkapnya disajikan pada Tabel 14. Sejalan dengan profil tingkat pengangguran, kesenjangan yang relatif besar terjadi pada tingkat produktivitas tenaga kerjanya. Pada Gambar 15 ditampilkan produktivitas pekerja selama kurun waktu 1999-2008, dilihat dari tingkat output yang dihasilkan oleh setiap pekerja selama satu tahun. Secara umum tingkat produktivitas pekerja di negara-negara ASEAN+3 mengalami peningkatan sebesar 28,24 persen, yaitu dari sebesar US 19,70 ribu output per pekerja pada tahun 1999 menjadi US 25,26 ribu output per pekerja pada tahun 2008. 0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50 4.00 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 te rh ada p P DB Indonesia Malaysia Philipina Singapura Thailand China Jepang Korea Sumber: WDI 2010 diolah Gambar 14 Tingkat pengangguran di negara-negara ASEAN+3 periode 1999- 2008. Produktivitas tertinggi dimiliki oleh Singapura yakni sebesar US 45,79 ribu per pekerja pada tahun 2008 atau lebih dari lima kali lipat produktivitas pekerja di Philipina dan lebih dari empat kali lipat produktivitas pekerja di Indonesia dan China. Peningkatan produktivitas pekerja paling pesat terjadi di China, yaitu dari sebesar US 4,32 ribu per pekerja pada tahun 1999 menjadi US 10,38 ribu per pekerja pada tahun 2008. Sumber: WDI 2010 diolah Gambar 15 Tingkat produktivitas pekerja di negara-negara ASEAN+3 periode 1999-2008. 0.00 2.00 4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Indonesia Malaysia Philipina Singapura Thailand China Jepang Korea 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 Ou tpu t per P eker ja R ib u US Indonesia Malaysia Philipina Singapura Thailand China Jepang Korea Halaman ini sengaja dikosongkan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN