Lokasi dan Waktu Penelitian Metode Penelitian Metode Pengumpulan Data

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengkaji pengelolaan kawasan konservasi yang memiliki lahan basah pesisir dengan pendekatan studi kasus pada 23 Taman Nasional di seluruh Indonesia. Proses penelitian mulai dari pengisian kuesioner hingga analisis data dilakukan di Bogor, antara lain di kantor Pusat Informasi Konservasi Alam Departemen Kehutanan dan Wetlands International - Indonesia Programme. Penelitian berlangsung antara tahun 2004 hingga Juni 2006 meliputi 3 kegiatan utama yaitu: 1 Pengumpulan informasi awal di Pusat Informasi Konservasi Departemen Kehutanan tahun 2004; 2 Analisis data antara tahun 2005 hingga Juni 2006; dan 3 Penyusunan laporan Juni hingga September 2006.

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan kajian deskriptif – korelasional untuk menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta serta hubungan antara fenomena yang diteliti Nazir, 1983 dalam Harahap, 2001. Fakta-fakta yang terjadi dilapangan diklasifikasikan dan dicatat sebagai variabel-variabel yang memiliki nilai berupa skala kuantitatif. Metode penelitian ini menggunakan informasi dari 23 Taman Nasional yang mewakili kawasan konservasi lahan basah pesisir di Indonesia seperti disajikan dalam Gambar 5. Pemilihan Taman Nasional ditujukan karena fungsinya yang lebih terpadu dibandingkan kawasan konservasi lainnya Cagar Alam dan Suaka Margasatwa yaitu adanya fungsi pemanfaatan secara berkelanjutan. Fungsi-fungsi lain yang diemban Taman Nasional menurut UU No 51990 adalah perlindungan sistem penyangga kehidupan dan pengawetan keanekaragaman hayati. Pengumpulan fakta dilakukan dengan menggunakan kuesioner dengan variabel yang telah ditentukan sebelumnya menggunakan kuesioner RAPPAM yang dikembangkan oleh World Wildlife Fund for Nature WWF. Gambar 5 Lokasi 23 kawasan konservasi yang menjadi subyek penelitian. 25

3.4 Metode Pengumpulan Data

Terdapat dua jenis data dalam penelitian ini yaitu Data Primer dan Data Sekunder. Data primer diperoleh dari informasi yang disampaikan oleh Balai Taman Nasioanl dalam bentuk hasil isian kuesioner RAPPAM. Pengisian kuesioner dilakukan pertama kali di masing-masing Balai Taman Nasional. Hasil isian tersebut kemudian dievaluasi dan diisi kembali disempurnakan oleh masing-masing Balai Taman Nasional dalam sebuah workshop pengelolaan Taman Nasional di BOGOR tahun 2004. Responden dalam penelitian ini adalah Kepala Balai Taman Nasional atau Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam yang mengelola Taman Nasional yang memiliki lahan basah pesisir. Jabatan Kepala Balai diisi oleh individual yang terpilih melalui proses seleksi yang ketat dalam suatu sistem Personnel Assesment Centre PAC Departemen Kehutanan Rudianto dan Sartono, 2007: Komunikasi Pribadi. Kualifikasi individu yang menduduki posisi tersebut antara lain.: - Masa kerja rata-rata 16 tahun dengan pangkat III C atau III D. - Berada pada posisi senior dalam daftar urut kepangkatan - Telah lulus dalam kursus dasar konservasi dan kursus pengelolan konservasi - Telah lulus dalam diklat pembina administrasi menengah dan madya - Pernah menjadi pejabat eselon dibawahnya, termasuk sebagai asisten Park Manager. Kualifikasi yang disebutkan diatas menyebabkan Kepala Balai memiliki memiliki kompetensi dan memahami dengan baik isu-isu yang berkembang di lokasi kerjanya masing-masing sehingga dapat menjadi responden dalam pengisian kuesioner RAPPAM. Nama-nama responden setiap kawasan konservasi disajikan dalam Lampiran 5. Pemilihan kawasan konservasi dalam penelitian ini dibatasi pada kawasan konservasi yang lahan basah pesisirnya memiliki jumlah atau fungsi yang signifikan bagi kawasan konservasi. Untuk itu pemilihan kawasan konservasi didasarkan pada paling tidak dua kriteria utama yaitu: 1. Secara kualitatif kriteria Ramsar: Memiliki ekosistem lahan basah pesisir terutama mangrove, terumbu karang, dan padang lamun yang merupakan perwakilan ekosistem di wilayah kawasan konservasi tersebut berada. Kawasan tersebut juga harus memiliki nilai penting bagi kegiatan sosial dan ekonomi masyarakat lokal dan memiliki nilai penting biologis secara internasional. 2. Kuantitatif: Memiliki garis pantai yang cukup panjang 20 km Tabel 2. Kawasan konservasi yang dipilih sebagai responden penelitian beserta nilai penting lahan basah pesisirnya. No Kawasan konservasi Provinsi Kekayaan Lahan Basah Pesisir 1 Siberut Sumatera Barat Hutan pantai, pantai berbatu, mangrove 2 Berbak Jambi Rawa gambut, mangrove 3 Sembilang Sumatera Selatan Rawa pesisir, mangrove 4 Way Kambas Lampung Mangrove 5 Ujung Kulon Banten Mangrove, terumbu karang, lamun 6 Kepulauan Seribu DKI Terumbu karang, padang lamun 7 Karimun Jawa Jawa Tengah Terumbu karang, mangrove, padang lamun 8 Baluran Jawa Timur Hutan pantai, rawa pesisir 9 Alas Purwo Jawa Timur Hutan pantai, pantai berbatu, mangrove, lokasi selancar dan surving 10 Meru Betiri Jawa Timur Hutan pantai, pantai berbatu, mangrove, lokasi peneluran penyu 11 Bali Barat Bali Mangrove, terumbu karang, lamun 12 Komodo Nusa Tenggara Timur Mangrove, terumbu karang, lamun. 13 Manupeu Tanadaru Nusa Tenggara Timur Pantai berbatu, garis pantai 20km 14 Tanjung Puting Kalimantan Tengah Mangrove 15 Kutai Kalimantan Timur Mangrove 16 Gunung Palung Kalimantan Barat Mangrove 17 Taka Bonerate Sulawesi Selatan Terumbu karang, lamun 18 Wakatobi Sulawesi Tenggara Terumbu karang, lamun 19 Rawa Aopa Sulawesi Tenggara Mangrove 20 Bunaken Sulawesi Utara Terumbu karang, lamun 21 Teluk Cenderawasih Papua Terumbu karang, lamun 22 Wasur Papua Rawa pesisir, mangrove 23 Lorentz Papua Rawa pesisir, mangrove Berdasarkan kriteria tersebut terpilih 23 kawasan konservasi yang merupakan perwakilan Kawasan Konservasi Lahan Basah Pesisir di Indonesia yang menyebar dari ujung barat hingga ujung timur Indonesia. Kedua puluh tiga kawasan konservasi tersebut disajikan dalam Tabel 2. Penelitian ini juga menggunakan data sekunder diperoleh dari Laporan Tahunan Balai Taman Nasional yang berisi informasi kondisi biofisik, ancaman kerusakan, dan beberapa data sosial seperti jumlah kunjungan dan kelembagaan mitra Taman Nasional. Data ini diperoleh dari Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam PHKA Departemen Kehutanan. Data lain adalah Laporan Akuntabiltas Tahunan PHKA yang berisi evaluasi internal tentang kinerja PHKA diperoleh dari Dirjen PHKA serta data-data laporan proyek mitra Taman Nasional yang memiliki informasi relevan dengan daerah yang diteliti.

3.5 Metode Analisis Data