Efektivitas Kebijakan dan Pengelolaan Lahan Basah

lebih penting lagi karena posisinya yang strategis sehingga menjadi jalur pelayaran penting, terutama di daerah estuari. Secara sosial budaya lahan basah pesisir telah menjadi pilihan tempat bermukim masyarakat sejak ratusan tahun silam sehingga masyarakat membentuk karakteristik sosial yang khas untuk beradaptasi dengan lingkungan lahan basah pesisir. Hal tersebut ditunjukkan oleh munculnya berbagai tradisi, kesenian, termasuk cerita rakyat yang berhubungan dengan lahan basah pesisir. Potensi lahan basah pesisir yang dimiliki Indonesia yang sedemikian besarnya tidak lantas menyebabkan upaya pengelolaannya menjadi lebih baik. Kondisi sosial, ekonomi, dan politik yang terus menerus terganggu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kelemahan pengelolaan tersebut. Akibatnya lahan basah pesisir menjadi salah satu daerah yang sangat rentan dalam menghadapi kerusakan alam baik yang disebabkan oleh manusia seperti perubahan iklim, pemanfaatan berlebih, pencemaran dari darat maupun laut dan akibat bencana alam seperti tsunami dan badai Komite Nasional Pengelolaan Lahan Basah, 2004. Kondisi ini jika dibiarkan terus, secara langsung akan menjadi ancaman bagi manusia. Hal tersebut disebabkan oleh karena fungsi dan nilai penting lahan basah seperti yang disebutkan di atas jika mengalami kerusakan akan menyebabkan lahan basah tidak bisa lagi menjadi sistem pendukung kehidupan sosial, ekonomi, dan ekologis. Sebaliknya, lahan basah pesisir yang sehat akan mendukung penyediaan pangan bagi manusia, menyediakan lingkungan yang sehat, memiliki fungsi mitigasi terhadap bencana alam dan akan membantu manusia dalam beradaptasi terhadap perubahan lingkungan global. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa perlindungan dan pemanfaatan secara bijaksana terhadap lahan basah pesisir harus merupakan bagian penting dalam kegiatan manusia.

1.2 Efektivitas Kebijakan dan Pengelolaan Lahan Basah

Kebijakan dan pengelolaan lahan basah memiliki kerumitan tersendiri dibandingkan dengan kawasan lain di wilayah daratan. Hal ini antara lain disebabkan oleh pengelolaan lahan basah bersifat sangat kompleks yaitu: 1 terdiri dari berbagai tipe ekosistemhabitat; 2 dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan; dan 3 dikelola oleh berbagai pemangku kepentingan stakeholder. Lahan basah juga memiliki keterkaitan ekologis yang mencakup wilayah sangat luas bahkan melintasi batas negara. Akibatnya pengembangan kebijakan harus memperhatikan isu dari skala pengelolaan lokal, nasional, regional, hingga internasional. Menyikapi hal tersebut di atas, berbagai kebijakan telah dikeluarkan oleh pemerintah dalam pengelolaan lahan basah pesisir. Perbaikan pun terus dilakukan untuk menjawab perubahan paradigma pengelolaan dan penemuan terbaru mengenai lahan basah. Salah satu perubahan mendasar kebijakan pengelolaan lahan basah di Indonesia adalah adanya proses desentralisasi pengelolaan sumberdaya alam termasuk lahan basah. Perubahan tersebut ditandai dengan terbitnya Undang-undang No 22 Tahun 1999 yang kemudian disempurnakan melalui Undang-undang No 32 Tahun 2004. Berbagai kebijakan yang diterapkan untuk mengelola lahan basah pesisir tentu saja berdampak secara langsung maupun tidak langsung terhadap kemampuan lahan basah pesisir dalam dalam mempertahankan nilai dan fungsinya sebagai sistem penunjang kehidupan, pengawetan keaneragaman hayati, dan pemanfaatan secara lestari. Minat masyarakat umum, LSM, lembaga donor, bahkan pemerintah daerah untuk mengetahui perkembangan pengelolaan kawasan konservasi belakangan ini juga semakin besar. Hal ini berkaitan erat dengan kecenderungan masyarakat yang semakin membutuhkan adanya akuntabiltas publik pada berbagai kegiatan yang berdampak pada masyarakat atau lingkungan, termasuk pengelolaan kawasan konservasi. Keikutsertaan Indonesia dalam perjanjian multilateral yang berkaitan dengan pelestarian sumbedaya alam seperti Konvensi Keanekaragaman Hayati dan Konvensi Ramsar juga mensyaratkan adanya kegiatan penilaian tingkat keberhasilan konservasi dimasing-masing negara anggota.

1.3 Perumusan Masalah