menunjukkan adanya peluang pengembangan pariwisata di kawasan konservasi. Gambar 11 memperlihatkan bahwa jumlah wisatawan asing meningkat drastis dari
tahun 2000 ke tahun 2001 kemudian menurun drastis pada tahun 2002 - 2003. Jumlah ini kemudian meningkat kembali pada tahun 2004 Dephut, 2004.
Penurunan drastis dari tahun 2001 ke tahun 2003 berimbas dari kondisi keamanan dalam negeri akibat bom Bali tahun 2002 dan situasi dunia yang sedang berperang
melawan terorisme. Meski demikian masyarakat dunia saat ini sudah semakin beradaptasi terhadap situasi keamanan global dan geliat kebangkitan pariwisata
semakin terasa. Oleh sebab itu pengembangan pariwisata di Kawasan konservasi ditahun-tahun mendatang dapat menjadi pilihan pemanfaatan lestari.
4.4 Karakteristik Tekanan dan Ancaman
Tekanan merupakan kegiatan-kegiatan atau hal yang telah berlangsung dan menimbulkan dampak buruk sedangkan ancaman merupakan kegiatan atau hal yang
mungkin menimbulkan dampak buruk. Terdapat 14 jenis karakteristik tekanan dan ancaman terhadap kawasan konservasi yang menjadi perhatian dalam penelitian ini
seperti ditunjukkan dalam Gambar 12.
0.0 5.0
10.0 15.0
20.0 25.0
30.0
P em
bal ak
an P
er am
bahan P
er bur
uan sa
tw a
P engel
ol aan
k ont
radi k
tif Kl
a im
m a
sya ra
ka t
Pe m
u k
im a
n
P er
tam bangan
A lat
t angk
ap ik
a n
NT F
P Po
lu s
i K
ebak ar
an S
pes ies
in va
si f
Wi s
a ta
P em
bur u
har ta k
ar un
T in
g kat
T ekan
an d
an A
n cam
a n
Gambar 12 Grafik tingkat tekanan dan ancaman dalam pengelolaan kawasan konservasi.
Pengelolaan karakteristik sosial ekonomi dan biologi untuk menghasilkan keuntungan ekonomis dapat juga menyebabkan kerusakan sumberdaya akibat
terjadinya pemanfaatan berlebih ataupun pemanfaatan yang ilegal. Tekanan dan ancaman yang dianggap relatif kecil pada kawasan konservasi adalah perburuan harta
karun dan wisata. Tekanan dan ancaman yang paling besar dalam pengelolaan kawasan konservasi
adalah pembalakan, perambahan kawasan, dan perburuan satwa. Hal ini sangat sulit untuk dihindari karena permintaan yang tinggi terhadap satwa dan tumbuhan liar yang
menyebabkan nilai pasarnya menjadi sangat tinggi. Nilai ekonomis dari perdagangan satwa liar yang tercatat di Departemen Kehutanan yang nilainya tidak sampai Rp 150
miliar sebetulnya puncak dari gunung es. ProFauna, sebuah LSM yang bergerak dalam isu perdagangan ilegal satwa liar, memperkirakan nilai perputaran uang dalam
perdagangan ilegal satwa liar mencapai Rp 9 trilliun pertahun dan sebagian satwa tersebut berasal dari lahan basah pesisir seperti burung raja udang Halcyon dan
penyu Tempo Interaktif, 2006.
50 100
150 200
250 300
350
Be rb
a k
S e
m b
ila n
g Wa
y K
a m
b a
s T
an jun
g P ut
ing Ku
ta i
Gunu ng
P a
lu ng
Ra wa
A o
p a
W a
tu m
o h
a i
Wa s
u r
Lo ren
tz U
jun g K
ul on
Ka ri
m u
n J
a w
a B
a li B
a ra
t
Te lu
k C
e n
d ra
w a
s ih
K epu
la uan
S er
ibu Ko
m o
d o
T a
ka B
o n
e ra
te Wa
k a
to b
i Bu
n a
k e
n S
iber ut
Ba lu
ra n
Al a
s Pu
rw o
M e
ru B
e tiri
M a
nup eu
T ana
da ru
N il
a i T
e k
a na
n da n A
n c
a m
a n
Rawa Pantai dan Mangrove
Mangrove- Terumbu Karang
Terumbu Karang Hutan Pantai
Gambar 13 Grafik nilai tekanan dan ancaman rata-rata pada 23 kawasan konservasi di Indonesia
Gambar 13. menunjukkan bahwa tidak satupun kawasan konservasi yang bebas dari ancaman maupun tekanan. Meski demikian, nilai tekanan dan ancaman yang
dialami setiap kawasan konservasi bervariasi dari yang paling kecil di kelompok hutan
pantai yaitu Alas Purwo, Meru Betiri, dan Lorentz, hingga yang paling besar Kutai, Karimun Jawa, Teluk Cendrawasih, Wasur, dan Rawa Aopa. Secara umum, kelompok
hutan pantai mengalami tekanan dan ancaman yang lebih kecil dibanding kelompok tipe ekosistem lainnya.
Pembalakan hutan, cenderung dominan di kawasan konservasi yang memiliki wilayah upland seperti Teluk Cendrawasih dan Kutai. Meski pembalakan terjadi jauh
ke wilayah upland, akibatnya dapat berdampak langsung terhadap kualitas lahan basah pesisir. Terbukanya tutupan hutan akan menyebabkan mudahnya terjadi erosi pada
musim hujan yang menyebabkan wilayah pesisir mengalami penurunan kualitas air. Tekanan dan ancaman yang dihadapi oleh kawasan konservasi yang didominasi
oleh ekosistem laut seperti Taman Nasional Karimuan Jawa adalah perburuan satwa dan pengelolaan yang tidak terkoordinasi. Tekanan dan ancaman lain yang lazim
muncul adalah pemukiman dan penggunaan alat tangkap yang destruktif.
4.5 Karakteristik Kerapuhan