Kecemasan Pra Pensiun Pada Individu Yang Berbeda

pekerjaan, status, menurunnya kondisi keuangan, harga diri self esteem, kontak sosial yang berorientasi pada pekerjaan dan hilangnya rutinitas memunculkan perilaku-perilaku negatif. d. Dukungan sosial Dukungan sosial dari orang-orang sekitar individu yaitu orang tua, kakak, adik, kekasih, teman dekat, saudara dan masyarakat sangat dibutuhkan. Dukungan yang positif berhubungan dengan kurangnya kecemasan Garmenzy dan Rutter, 1983: 23. Pendapat ini didukung oleh Conel 1994: 263-273 menyatakan bahwa kecemasan akan rendah apabila individu memiliki dukungan sosial. Dukungan sosial tersebut diperoleh dari keluarga, teman dan atasan. Responden 3, nina mengatakan bahwa dukungan sosial yang paling mempengaruhi untuk menghilangkan kecemasan berasal dari keluarga, karena segala hal yang paling mengerti dan memahami permasalahan yang terjadi di kantor adalah keluarga dirumah, juga lebih terbuka dalam berkomunikasi antarpribadi.

4.3 Penelitian Sejenis

Peneliti juga mencantumkan penelitian lain yang terkait dengan kecemasan pensiun sebagai penunjang hasil penelitian ini. Berikut dua penelitian yang merefleksikan peran komunikasi antarpribadi di dalam keluarga dalam menghadapi kecemasan pensiun.

4.3.1 Kecemasan Pra Pensiun Pada Individu Yang Berbeda

Bekerja merupakan suatu aktivitas yang penting dalam kehidupan seseorang. Dengan bekerja, seseorang dapat memenuhi kebutuhan fisiologis, Universitas Sumatera Utara psikologis dan sosiologisnya. Namun demikian, pada batas waktu tertentu, seseorang harus menjalani masa pensiun atau tidak bekerja lagi. Kehadiran masa pensiun ini bukanlah hal yang mudah diterima dan dijalani. Seperti yang diungkapkan oleh Davis Newstrom 1985 bahwa masa pensiun adalah salah satu peristiwa dalam hidup yang paling sulit untuk menyesuaikan diri sehingga membutuhkan persiapan bagi yang akan menjalankannya. Pensiun seringkali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan dan tidak sedikit orang yang mengalami kecemasan saat menghadapi masa pensiun tersebut. Kecemasan yang dimaksud adalah suatu kondisi psikologis yang ditandai dengan perasaan-perasaan yang tidak menyenangkan, khawatir, takut, dan tidak tahu apa yang akan terjadi di masa yang akan datang Lazarus, 1976. Pada umumnya, kecemasan yang dirasakan oleh individu yang akan memasuki masa pensiun lebih terkait dengan perubahan sosial, misalnya kecemasan akan indentitas sosial, perasaan takut diasingkan, cemas karena merasa tidak mampu bersosialisasi lebih luas, dan takut kehilangan rekan-rekan sekerjanya selama ini Fletcher Hansson, 1991. Namun demikian, kecemasan sosial seseorang ini tidak terlepas dari coping yang dilakukannya dalam menghadapi masa pensiun. Secara umum, ada tiga jenis coping yang biasa dilakukan oleh seseorang, yaitu coping yang berfokus pada masalah, emosi, dan penilaian. Kecemasan sosial dan coping ini tentunya berhubungan dengan kepribadian orang tersebut. Tipe kepribadian yang cukup erat kaitannya dengan dunia kerja adalah kepribadian tipe A dan tipe B. Individu dengan kepribadian Universitas Sumatera Utara tipe A memiliki karakteristik yang agresif, kompetitif, workaholic, dan cenderung otoriter. Sedangkan, individu yang berkepribadian tipe B memiliki karakteristik yang sebaliknya. Penelitian yang dilakukan oleh Elisabeth Fani Putri Wijayanti dan Theresia Indira Shanti dengan judul Perbedaan Tingkat Kecemasan Sosial dan Coping Menjelang Masa Pensiun Antara Individu Tipe A dan Individu Tipe B Penelitian Pada Karyawan BANK INDONESIA ini ingin melihat apakah terdapat perbedaan tingkat kecemasan sosial dan coping menjelang masa pensiun antara individu tipe A dan individu tipe B dengan menggunakan alat ukur kecemasan sosial yang merupakan adaptasi dari alat ukur Social Components of Retirement Anxiety Scale SCRAS, alat ukur coping yang dibuat oleh peneliti, dan alat ukur Framingham Type A Scale yang dimodifikasi untuk mengelompokkan tipe kepribadian.

4.3.2 Kecemasan yang Cenderung Moderat