BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Bekerja merupakan salah satu aktifitas manusia, walaupun bekerja tidak hanya menghasilkan uang, tetapi bekerja dapat memberikan status individu dan
individu dapat berinteraksi sosial dengan lingkungan sekitarnya. Bekerja merupakan bentuk dari aktivitas yang mendapat dukungan sosial yang berupa
penghargaan lingkungan masyarakat terhadap aktivitas kerja maupun dukungan individu yang melatar belakangi aktivitas kerja itu sendiri seperti kebutuhan untuk
aktif, kebutuhan untuk berproduksi, kebutuhan untuk memperoleh harga diri, serta kebutuhan yang lainnya, sehingga pada hakikatnya bekerja merupakan kebutuhan
bagi manusia. Pada kenyataannya pekerjaan yang dilakukan tidak akan berlangsung selamanya, karena ada batasan usia tertentu dalam bekerja yang
disebut dengan masa pensiun.
Pensiun merupakan suatu proses berakhirnya masa kerja rutin dan dimulainya masa istirahat karena masa kerja secara aktif telah selesai dan
berakhir. Masa pensiun cukup memprihatinkan karena adanya persepsi yang kurang tepat dalam memaknai masalah pensiun. Pensiun memaksa individu untuk
memaksa suatu peningkatan dalam ruang lingkup pengambilan keputusan tentang kehidupan pribadi seseorang. Masa pensiun yang dimaksud adalah masa pensiun
wajib, dimana individu terpaksa melakukan pensiun karena organisasi tempat individu bekerja menetapkan usia tertentu sebagai batas usia seseorang untuk
berhenti bekerja tanpa pertimbangan suka atau tidak
Universitas Sumatera Utara
Hilangnya pekerjaan saat memasuki usia lanjut merupakan suatu kecemasan yang sering terjadi. Kehilangan teman – teman kerja dan hilangnya
‘masa’ memegang suatu jabatan struktural membuat individu takut dan cemas. Berkurangnya ketahanan fisik di usia yang semakin lanjut juga menjadi suatu
kecemasan dan pada akhirnya menjadi stressor atau sumber stres yang dirasakan berat bagi individu yang tidak begitu kuat mentalnya dalam menghadapi stres.
Masa pensiun sering menimbulkan perasaaan tidak berguna bagi individu yang akan memasuki masa pensiun baik di lingkungan keluarga maupun
lingkungan masyarakat. Mestinya pensiun adalah dambaan semua orang. Karena semakin lama bekerja akan semakin lelah sehingga membutuhkan istirahat. Tetapi
pada kenyataannya orang takut bila menghadapi masa pensiun, mereka takut kehilangan masa keberartiannya.
Pandangan negatif tentang pensiun menyebabkan individu cenderung menolak datangnya masa pensiun. Penolakan tersebut ditandai dengan adanya
perasaan cemas. Kecemasan pada masa pensiun sering muncul pada setiap individu yang sedang menghadapinya karena dalam menghadapi masa pensiun
dalam dirinya terjadi goncangan perasaan yang begitu berat karena individu harus meninggalkan pekerjaannya.
Masa pensiun ini dapat menimbulkan masalah karena tidak semua orang siap menghadapinya. Pensiun akan memutuskan seseorang dari aktivitas rutin
yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, selain itu akan memutuskan rantai sosial yang sudah terbina dengan rekan kerja, dan yang paling vital adalah
menghilangkan identitas seseorang yang sudah melekat begitu lama. Sehingga
Universitas Sumatera Utara
masa pensiun ini sering menimbulkan masalah psikologis baru bagi yang menjalaninya, karena banyak dari mereka yang tidak siap menghadapi masa ini.
Ketidaksiapan menghadapi masa pensiun pada umumnya timbul karena adanya kekhawatiran tidak dapat memenuhi kebutuhan–kebutuhan tertentu.
Perubahan yang diakibatkan oleh masa pensiun ini memerlukan penyesuaian diri. Proses penyesuaian diri yang paling sulit adalah pada masa pensiun.
Pada saat menghadapi masa pensiun ada gejala fisiologis yang sering muncul diantaranya merasa mudah lelah ketika bekerja, jantung berdebar-debar,
kepala pusing, kadang-kadang mengalami gangguan tidur. Sedangkan gejala psikologisnya yaitu rendah diri, tidak dapat memusatkan perhatian, timbulnya
perasaan kecewa sehingga dapat mempengaruhi interaksi dengan orang lain. Dukungan sangat dibutuhkan oleh individu yang akan memasuki masa
pensiun, baik dari teman kerja, keluarga, pasangan hidup dan teman di lingkungan sekitarnya. Dukungan sosial dapat menimbulkan pengaruh positif seperti dapat
mengurangi kecemasan dan memelihara kondisi psikologis yang berada dalam tekanan. Dukungan sosial bagi individu yang akan memasuki masa pensiun
merupakan hal yang penting, karena individu tersebut merasa dicintai, diperhatikan dan merasa tidak sendirian dalam menghadapi masa pensiun. Dalam
penelitian ini lebih memfokuskan pada dukungan sosial dari keluarga yang dapat diperoleh dari komunikasi antar pribadi yang dilakukan keluarga.
Komunikasi dan manusia adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Komunikasi merupakan kebutuhan dasar bagi manusia dalam menjalani
kehidupannya sehari-hari. Tanpa melakukan komunikasi, maka seseorang akan sulit untuk melangsungkan hidupnya. Sebagai makhluk social, kita merasa perlu
Universitas Sumatera Utara
berhubungan dengan orang lain. Kita memerlukan hubungan dan ikatan emosional dengan mereka, bahkan kita membutuhkan pengakuan mereka atas keberadaan
dan kemampuan kita. Komunikasi secara terminologis merujuk pada adanya proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain. Jadi, dalam pengertian ini yang terlibat dalam komunikasi adalah manusia. Merujuk pada
pengertian Ruben dan Steward mengenai komunikasi manusia yaitu: Human communication is the process through which individuals-in relationships, group,
organizations and societes-respond to and create message to adapt to the environment and one other. Bahwa komunikasi manusia adalah proses yang
melibatkan individu-individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan pesan untuk beradaptasi dengan
lingkungan satu sama lain. Secara umum ragam tingkatan komunikasi meliputi komunikasi massa,
komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi intrapribadi dan komunikasi antarpribadi. Komunikasi yang akan lebih jauh dibahas dalam
penelitian ini adalah komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi interpersonal communication yaitu kegiatan
komunikasi yang dilakukan seseorang dengan orang lain dengan corak komunikasinya lebih bersifat pribadi dan sampai pada tataran prediksi hasil
komunikasinya pada tingkatan psikologis yang memandang pribadi sebagai sesuatu yang unik. Dalam komunikasi ini jumlah perilaku yang terlibat pada
dasarnya bisa lebih dari dua orang selama pesan atau informasi yang disampaikam bersifat pribadi. Komunikasi dan interaksi pribadi dianggap paling ampuh untuk
Universitas Sumatera Utara
mempengaruhi sikap, pendapat dan perilaku orang lain karena dari pengaruh yang ditimbulkannya terjadi sebuah proses psikologis yang akhirnya bermuara pada
proses sosial. Salah satu bentuk komunikasi antarpribadi yang paling sederhana dapat
kita amati di dalam keluarga. Bagaimanapun, dalam sebuah keluarga komunikasi merupakan hal yang amat penting untuk menjaga hubungan antar pribadi tiap
anggota keluarga. Dengan membangun dan membina komunikasi antarpribadi yang baik diantara anggota keluarga, khususnya orangtua dan anak, maka akan
tercipta pula hubungan yang baik. Komunikasi yang perlu dilakukan adalah komunikasi yang bersifat integratif, dimana ayah, ibu dan anak terlibat dalam
pembicaraan yang menyenangkan dan menghindari model komunikasi yang bersifat dominatif atau suka menguasai pembicaraan. Selanjutnya diharapkan
komunikasi orangtua dengan anaknya banyak bersifat mendorong, penuh penghargaan, penuh dukungan dan perhatian.
Pada karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Cabang Iskandar Muda Medan berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa
karyawannya mengungkapkan bahwa kecemasan yang terjadi muncul karena adanya ketakutan akan ketidaktercukupinya kebutuhan-kebutuhan keluarganya
baik untuk kebutuhan sehari-hari ataupun kebutuhan mendadak atau tidak terduga seperti salah satu anggota keluarga sakit. Pada umumnya mereka beranggapan
bahwa apabila mereka masih aktif bekerja mereka akan mendapat fasilitas- fasilitas yang dapat meringankan kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan
mendadak atau tidak terduga. Selain itu juga ada anggapan akan mendapat bantuan baik moril maupun materil dari rekan-rekan sekantor. Saat masa pensiun
Universitas Sumatera Utara
mereka merasa cemas sekalipun mendapatkan uang pensiun karena masih ada anggapan bahwa jumlah uang yang diterima kurang memenuhi kebutuhan-
kebutuhannya. Peneliti akan meneliti bagaimana peran komunikasi antarpribadi keluarga
dalam menghadapi kecemasan pensiun pada karyawan. Hasil observasi dan wawancara dengan responden yang didapat selama peneliti melakukan penelitian
akan dituangkan dalam bab pembahasan.
1.2 Perumusan Masalah