Perumusan Masalah Pembatasan Masalah Alur Pemikiran

mereka merasa cemas sekalipun mendapatkan uang pensiun karena masih ada anggapan bahwa jumlah uang yang diterima kurang memenuhi kebutuhan- kebutuhannya. Peneliti akan meneliti bagaimana peran komunikasi antarpribadi keluarga dalam menghadapi kecemasan pensiun pada karyawan. Hasil observasi dan wawancara dengan responden yang didapat selama peneliti melakukan penelitian akan dituangkan dalam bab pembahasan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah peran Komunikasi Antarpribadi di dalam keluarga dalam menghadapi kecemasan pensiun pada karyawan di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Cabang Iskandar Muda Medan?”.

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut yakni sebagai berikut: 1. Penelitian ini hanya melingkupi masalah komunikasi antarpribadi keluarga dalam menghadapi kecemasan pensiun pada karyawan di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Cabang Iskandar Muda Medan. 2. Objek penelitian ini adalah karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Cabang Iskandar Muda Medan yang akan menghadapi masa pra pensiun. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2011 sampai Juli 2012. Universitas Sumatera Utara 3. Penelitian ini menggunakan studi kasus, yaitu kasus dengan menggunakan wawancara, observasi dan studi kepustakaan. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk mengetahui bagaimana peran komunikasi antarpribadi keluarga dalam menghadapi kecemasan pensiun pada karyawan di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Cabang Iskandar Muda Medan. b. Untuk mengetahui bagaimana intensitas komunikasi antarpribadi keluarga dalam menghadapi kecemasan pnnsiun pada karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Cabang Iskandar Muda Medan. c.. Untuk mengetahui faktor-faktor pendorong kecemasan menghadapi pensiun pada karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Cabang Iskandar Muda Medan.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini adalah: a. Secara akademis, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan memperluas khasanah penelitian di lingkungan FISIP USU. b. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi khususnya berkaitan dengan kajian studi Ilmu Komunikasi, khususnya mengenai kajian ilmu komunikasi antar pribadi. c. Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, wawasan dan cakrawala bagi peneliti, serta dapat menjadi masukan bagi para karyawan dalam menghadapi pensiun. Universitas Sumatera Utara

1.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti permasalahannya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana akan disoroti Nawawi, 2001:39. Kerlinger menyebutkan bahwa teori adalah sekumpulan konstruk konsep, defenisi dan dalil yang saling terkait, yang menghadirkan suatu pandangan yang sistematis tentang fenomena dengan menetapkan hubungan diantara beberapa variabel, dengan maksud menjelaskan dan meramalkan fenomena Rakhmat, 2004:6. Teori berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan memberikan pandangan terhadap suatu permasalahan. Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan antara lain:

1.5.1 Teori Kecemasan

Teori kecemasan oleh Freud pertama kali diungkapkan tahun 1890, Teori Freud tentang kecemasan pertama kali didasari oleh suatu pemikiran berani yang mengungkapkan analogi dari kesamaan respon tubuh selama serangan kecemasan. Teori ini dikemukakan sekitar tahun 1894 sebagai penyambung dari teori koitus interuptus yang sebelumnya telah dikemukakan. kecemasan menurut Freud dibagi menjadi tiga yaitu kecemasan realitas, kecemasan neurosis, dan kecemasan moral. Freud membagi kecemasan menjadi tiga, yaitu: a. Kecemasan Realitas atau Objektif Reality or ObjectiveAnxiety Suatu kecemasan yang bersumber dari adanya ketakutan terhadap bahaya yang mengancam di dunia nyata.Kecemasan seperti ini misalnya ketakutan terhadap Universitas Sumatera Utara kebakaran, angin tornado, gempa bumi, atau binatangbuas. Kecemasan ini menuntun kita untuk berperilakubagaimana menghadapi bahaya. Tidak jarang ketakutanyang bersumber pada realitas ini menjadi ekstrim. b. Kecemasan Neurosis Neurotic Anxiety Kecemasan atau ketakutan untuk itu berkembang karena adanya harapan untuk memuaskan impuls Id tertentu. Kecemasan neurotik yang muncul adalah ketakutan akan terkena hukuman karena memperlihatkan perilaku impulsif yang didominasi oleh Id. Hal yang perlu diperhatikan adalah ketakutan terjadi bukan karena ketakutan terhadap insting tersebut tapi merupakan ketakutan atas apa yang akan terjadi bila insting tersebutdipuaskan. Konflik yang terjadi adalah di antara Id dan Ego yang kita ketahui mempunyai dasar dalam realitas. c. Kecemasan Moral Moral Anxiety Kecemasan ini merupakan hasil dari konflik antara Id dan superego. Secara dasar merupakan ketakutan akan suara hati individu sendiri. Ketika individu termotivasi untuk mengekspresikan impuls instingtual yang berlawanan dengan nilai moral yang termaksud dalam superego individu itu maka ia akan merasa malu atau bersalah. Pada kehidupan sehari-hari ia akan menemukan dirinya sebagai “conscience stricken”. Kecemasan moral menjelaskan bagaimana berkembangnya superego. Biasanya individu dengan kata hati yang kuat akan mengalami konfllik yang lebih hebat daripada individu yang mempunyai kondisi toleransi moral yang lebih longgar. Seperti kecemasan neurosis, kecemasan moral juga mempunyai dasar dalam kehidupan nyata. Apapun tipenya, kecemasan merupakan suatu tandap peringatan kepada individu. Hal ini menyebabkan tekanan pada individu dan menjadi dorongan pada Universitas Sumatera Utara individu termotivasiuntuk memuaskan. Tekanan ini harus dikurangi. Kecemasan memberikan peringatan kepada individu bahwa ego sedang dalam ancaman dan oleh karena itu apabila tidak ada tindakan maka ego akan terbuang secara keseluruhan. Ada berbagai cara ego melindungi dan mempertahankan dirinya. Individu akan mencoba lari dari situasi yang mengancam serta berusaha untuk membatasi kebutuhan impuls yang merupakan sumber bahaya.

1.5.2 Self Disclosure

Menurut Devito 1997:231-132, self disclosure merupakan proses pengungkapan reaksitanggapan kita terhadap situasi yang sedang kita hadapi, serta memberikan informasi guna memahami suatu tanggapan terhadap orang lain dan sebaliknya. Membuka diri berarti membagikan kepada orang lain perasaan kita terhadap suatu yang telah dikatakandilakukannya, atau perasaan kita terhadap suatu kejadian yang baru saja kita saksikan. Beberapa manfaat dan dampak pembukaan diri terhadap hubungan antar pribadi menurut Devito adalah sebagai berikut: 1. Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua orang. 2. Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, maka orang tersebut akan menyukai kita, sehingga ia akan semakin membuka diri terhadap kita. 3. Orang yang rela membuka diri kepada orang lain tterbukti cenderung memiliki sifat-sifat, seperti : kompeten, terbuka, ekstrovert, fleksibel, adaptif dan intelijen. Universitas Sumatera Utara 4. Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar reaksi yang memungkinkan komunikasi intim yang baik dengan diri kita sendiri ataupun orang lain. 5. Membuka diri berarti bersikap realistis sehingga harus jujur, tulus dan autentik. Teori Self Disclosureproses pengungkapan diri yang telah lama menjadi fokus penelitian dalam teori komunikasi merupakan proses pengungkapan informasi pribadi kita kepada orang lain. Joseph Luft mengemukakan teori Self Disclosure berdasarkan pada model interaksi manusia yang disebut Johari Window, dimana terdapat empat bidang didalamnya, yakni : terbuka, buta, tersembunyi dan tidak diketahui.

1.6 Kerangka Konsep

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial Singarimbun, 1995:33. Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang bersifat kritis dan memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai dan dapat mengantarkan penelitian pada rumusan hipotesa Nawawi, 1995:40. Kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang diuji kebenarannya.Beberapa konsep yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah: Universitas Sumatera Utara

1.6.1. Komunikasi Antarpribadi

Komunikasi antarpribadi merupakan komunikasi yang berlangsung dalam situasi tatap muka dua orang atau lebih, baik secara terorganisasi maupun pada kerumunan orang. Menurut Devito, komunikasi antarpribadi merupakan pengiriman pesan-pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain, atau sekelompok orang dengan efek dan umpan balik secara langsung. Untuk memperjelas pengertian komunikasi antarpribadi, Devito memberikan beberapa ciri sebagai berikut: a. Keterbukaan Komunikator dan komunikan saling mengungkapkan segala idegagasan suatu permasalahan secara bebas tidak ditutupi dan terbuka tanpa rasa takutmalu, keduanya saling mengerti dan memahami pribadi masing- masing. b. Empati Kemampuan seseorang untuk memproyeksikan dirinya kepada orang lain. c. Dukungan Setiap pendapat, idegagasan yang disampaikan mendapat dukungan dari pihak-pihak yang berkomunikasi. Dengan demikian keinginan yang ada dimotivasi untuk mencapainya. Dukungan membantu seseorang untuk lebih bersemangat dalam melaksanakan aktivitas serta meraih tujuan yang diinginkan. Universitas Sumatera Utara d. Rasa positif Setiap pembicaraan yang disampaikan dapat tanggapan positif, rasa positif menghindarkan pihak-pihak berkomunikasi untuk tidak curigaberprasangka yang dapat menganggu jalinan interaksi. e. Kesamaan Suatu komunikasi lebih akrab dan jalinan pribadi pun lebih kuat apabila memiliki kesamaan tertentu seperti kesamaan pandangan sikap, usia, ideologi dsb.

1.6.2. Komunikasi Keluarga

Dalam pengertian psikologis, Soleman, 1994 dalam Gunarsa, 2003:10 keluarga adalah sekumpulan orang yang hidup bersama dalam tempat tinggal bersama, dan masing-masing anggota merasakan adanya pertautan batin sehingga terjadi saling mempengaruhi, dan saling memperhatikan. Keluarga merupakan kelompok sosial pertama dalam kehidupan manusia dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam interaksi dengan kelompoknya. Komunikasi keluarga adalah komunikasi yang terjadi dalam sebuah keluarga, yang merupakan cara seorang anggota keluarga untuk berinterakasi dengan anggota lainnya sekaligus sebagai wadah dalam membentuk dan mengembangkan nilai-nilai yang dibutuhkan sebagai pegangan hidup. Agar komunikasi dan hubungan timbal balik dapat terpelihara dengan baik, maka hubungan timbal balik dalam keluarga harus menggambarkan ikatan yang sangat kuat sebagai berikut: a. Hubungan suami-isteri berdasarkan cinta kasih. b. Hubungan orangtua dengan anak didasarkan kasih sayang. Universitas Sumatera Utara c. Hubungan orangtua dengan anak remaja berdasarkan rasa sabar. d. Hubungan antara anak didasarkan atas kasih sesama. Komunikasi dalam keluarga akan memberikan rasa aman dan bahagia bila berlandaskan kasih sayang Gunarsa, 2002:13.

1.6.3. Kecemasan .

Kecemasan ialah semacam kegelisahan-kekhawatiran dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas, yang difus atau baur, dan mempunyai ciri yang mengazab pada seseorang Kartono, 2002:129 Priest 1994 berpendapat bahwa kecemasan atau perasaan cemas adalah suatu keadaan yang dialami ketika berpikir tentang sesuatu yang tidak menyenangkan terjadi. Atkinson, dkk 1996 menjelaskan bahwa kecemasan merupakan emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan gejala seperti kekhawatiran dan perasaan takut. Segala bentuk situasi yang mengancam kesejahteraan organism dapat menimbulkan kecemasan, konflik merupakan salah satu sumber munculnya rasa cemas. Adanya ancaman fisik, ancaman terhadap harga diri, serta perasaan tertekan untuk melakukan sesuatu di luar kemampuan juga menumbuhkan kecemasan Safaria, 2009:49 Blackburn dan Davidson 1994 mengemukakan, reaksi kecemasan dapat mempengaruhi suasana hati, pikiran, motivasi, perilaku dan gerakan biologis Safaria, 2009:56. Universitas Sumatera Utara Simptom-simptom Psikologis Keterangan Suasana hati Kecemasan, mudah marah, perasaan sangat tegang. Pikiran Khawatir, sukar berkonsentrasi,pikiran kosong, membesar-besarkan ancaman, memandang diri tidak berdaya atau sensitif. Motivasi Menghindari situasi, ketergantungan tinggi, ingin melarikan diri. Perilaku Gelisah, gugup, waspada berlebihan Gerakan Biologis Gerakan otomatis meningkat, berkeringat, gemetar, pusing, berdebar- debar, mual, mulut kering. 1.6.4. Pensiun Secara umum, arti kata pensiun adalah seseorang yang sudah tidak bekerja lagi karena usianya sudah lanjut dan harus diperhentikan. Pensiun merupakan suatu proses berakhirnya masa kerja rutin dan mulainya masa istirahat karena masa kerja secara aktif telah selesai dan berakhir. Masa pensiun cukup memprihatinkan karena adanya persepsi yang kurang tepat dalam memaknai masalah pensiun. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang pensiun . Mereka mengatakan bahwa pensiun adalah suatu kondisi dimana individu tersebut telah berhenti bekerja pada suatu pekerjaan yang biasa dilakukan. Merekapun menerangkan batasan yang lebih jelas dan mengatakan bahwa pensiun adalah proses pemisahan seorang individu dari pekerjaannya, dimana dalam menjalankan perannya seseorang digaji. Dengan kata lain masa pensiun mempengaruhi aktivitas seseorang, dari situasi kerja ke situasi di luar pekerjaan. Sedangkan berdasarkan pandangan psikologi perkembangan, pensiun dapat dijelaskan sebagai suatu masa transisi ke pola hidup baru, ataupun merupakan akhir pola hidup . Universitas Sumatera Utara Masa pensiun ini dapat menimbulkan masalah karena tidak semua orang siap untuk menghadapinya. Pensiun akan memutuskan seseorang dari aktivitas rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, selain itu akan memutuskan rantai sosial yang sudah terbina dengan rekan kerja, dan yang paling vital adalah menghilangnya identitas diri seseorang yang sudah melekat begitu lama. Pensiun sering kali dianggap sebagai kenyataan yang tidak menyenangkan sehingga menjelang masanya tiba sebagian orang sudah merasa cemas karena tidak tahu kehidupan macam apa yang akan dihadapi kelak. Dalam era modern seperti sekarang ini, pekerjaan merupakan salah satu faktor terpenting yang bias mendatangkan kepuasan karena uang, jabatan, dan memperkuat harga diri. Oleh karena itu, sering kali terjadi orang yang pensiun bukannya bisa menikmati masa tua dengan hidup santai, sebaliknya ada yang justru mengalami problem serius kejiwan ataupun fisik. Individu yang melihat masa pensiun hanya dari segi finansial kurang bisa beradaptasi dengan baik dibandingkan dengan mereka yang dapat melihat masa pensiun sebagai masa di mana manusia beristirahat manikmati hasil jerih payahnya selama ini di masa tuanya. Golongan pensiun sendiri terbagi menjadi kelompok yang optimis dan kelompok pesimis. Ada yang bahagia karena dapat menyelesaikan tugas dan pengabdiannya dengan “selamat” tanpa cela. Sebaliknya ada juga yang merasa khawatir akan kehidupan di masa yang akan datang. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka konsep-konsepnya dapat disederhanakan dengan mengubahnya menjadi variabel. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara 1. Komunikasi AntarPribadi Keluarga 2. Kecemasan menghadapi Pensiun

1.6.5 Kecemasan Pensiun

Kecemasan menghadapi pensiun adalah suatu gejala atau reaksi psikologis dan fisiologis yang bersifat subjektif dan tidak menyenangkan yang terjadi pada individu yang sedang menghadapi pensiun. Kecemasan pensiun sering muncul pada setiap individu yang sedang menhadapi masa pensiun dalam dirinya terjadi guncangan perasaan yang begitu berat karena individu harus meninggalkan pekerjaannya. Jika individu mengalami kecemasan dalam menghadapi pensiun dikarenakan tidak semua orang siap untuk menghadapinya. Dan batasan yang lebih jelas adalah proses pemisahan individu dari pekerjaannya, dimana dalam menjalankan perannya sebagai seseorang yang digaji. Dengan kata lain timbulnya kecemasan pensiun karena akan memutuskan seseorang dari aktifitas rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun dan yang paling vital adalah menghilangkan identitas seseorang yang sudah lama melekat. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menghadapi pensiun antara lain menurunnya pendapatan, hilangnya status sosial, berkurangnya interaksi sosial dengan teman kerja, datangnya masa tua.

1.7 Alur Pemikiran

Model teoritis merupakan paradigma yang menginformasikan permasalahan-permasalahan terkait antara satu dengan yang lainnya. Variabel- variabel yang telah dikelompokkan ke dalam kerangka konsep dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut: Universitas Sumatera Utara Komunikasi Antarpribadi Keluarga Kecemasan menghadapi Pensiun GAMBAR 1 Model Teoritis Penelitian Dalam sebuah organisasi, perusahaan maupun lembaga pemerintahan, komunikasi antar pribadi merupakan komunikasi yang selalu digunakan dalam menjalani aktivitas didalamnya. Komunikasi antar pribadi yang terjadi akan mengakibatkan pada kecemasan seseorang dalam menghadapi permasalahan baik itu yang bersifat pribadi, kelompok, keluarga, maupun di masyarakat. Kecemasan itu bisa disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya berkurang atau menurunnya pendapatan seseorang, hilangnya status sosial, berkurangnya interaksi sosial, dan datangnya masa tua. Faktor-faktor tersebut menjadi suatu permasalahan bagi setiap orang, contohnya bagi para karyawan Bank BRI yang mengalami kecemasan dalam menghadapi masa pensiun. Sehingga, komunikasi antar pribadi yang terjadi dengan teman kerja maupun keluarga akan berbeda, dengan munculnya rasa gugup, bingung dan takut dalam berkomunikasi karena kecemasan menghadapi pensiun.

1.8 Operasional Variabel