Pengertian Kecemasan Faktor Kecemasan

c. Kasih sayang: keluarga dikembangkan menjadi pertama dan utama untuk menumbuhkan rasa kasih sayang sesama anggotanya. d. Perlindungan: keluarga dikembangkan menjadi pelindung yang utama dan kokoh dalam memberikan kebenaran dan keteladanan kepada anak-anak. e. Reproduksi: keluarga menjadi pengatur dan pembina reproduksi keturunan secara sehat dan berencana, sehingga anak berkualitas prima. f. Pendidikan: keluarga sebagai sekolah dan guru yang pertama dan utama dalam mengantarkan anak-anak untuk mandiri dan menjadi panutan. g. Ekonomi: keluarga menyiapkan dirinya untuk menjadi suatu unit yang mandiri dan sanggup meningkatkan kesejahteraan baik lahir maupun batin.

2.4 Kecemasan

2.4.1 Pengertian Kecemasan

Kecemasan merupakan salah satu emosi yang paling menimbulkan stress yang dirasakan oleh banyak orang. Kadang-kadang kecemasan juga disebut dengan ketakutan atau perasaan gugup. Setiap orang pasti pernah mengalami kecemasan pada saat-saat tertentu, dan dengan tingkat yang berbeda-beda. hal tersebut mungkin saja terjadi karena individu merasa tidak memiliki kemampuan untuk menghadapi hal yang mungkin menimpanya dikemudian hari. Istilah kecemasan atau dalam bahasa Inggrisnya anxiety berasal dari kata Latin angustus yang berarti kaku, dan ango, anci yang berarti mencekik. Universitas Sumatera Utara Kecemasan ialah semacam kegelisahan-kegelisahan dan ketakutan terhadap sesuatu yang tidak jelas, yang difus atau baur, dan mempunyai ciri yang mengazab pada seseorang Kartono, 2002: 129. Kecemasan pada masa pensiun sering muncul pada setiap individu yang sedang menghadapinya karena dalam menghadapi masa pensiun dalam dirinya terjadi guncangan perasaan yang begitu berat karena individu harus meninggalkan pekerjaannya. Masa pensiun menurut Flippo 1994 adalah merupakan suatu peristiwa penting dalam daur kehidupan seseorang. Pensiun memaksa individu untuk memaksa suatu peningkatan dalam ruang lingkup pengambilan keputusan tentang kehidupan pribadi seseorang. Masa pensiun yang dimaksud adalah masa pensiun wajib, dimana individu terpaksa melakukan pensiun karena organisasi tempat individu bekerja menetapkan usia tertentu sebagai batas usia seseorang untuk berhenti bekerja tanpa pertimbangan suka atau tidak Hurlock, 1996.

2.4.2 Faktor Kecemasan

Berikut ini merupakan faktor- faktor yang mempengaruhi kecemasan: a. Keadaan pribadi individu Priest 1987, hal. 12 mengungkapkan bahwa dalam hal yang menpengaruhi kecemasan adalah situasi pada diri individu yang dirasakan belum siap untuk dihadapi seperti kehamilan, menuju usia tua, kenaikan pangkat dan masalah kesehatan yang pada akhirnya akan menjadi suatu konflik dalam diri individu sehingga dapat menimbulkan kecemasan. b. Tingkat pendidikan Kondisi kecemasan yang dialami individu juga dipengaruhi oleh perbedaan tingkat pendidikan Priest, 1987, hal. 21. Semakin tinggi tingkat Universitas Sumatera Utara pendidikannya akan semakin baik pemecahan terhadap masalah yang dihadapinya Faisal, 1981, hal. 180. c. Pengalaman tidak menyenangkan Freud Hall, 1995, hal. 56 mengatakan bahwa suatu pengalaman yang menyulitkan ditimbulkan oleh k etegangan-ketegangan dalam alat-alat intern dari tubuh dapat menyebabkan kecemasan. Ketegangan-ketegangan tersebut akibat dari dorongan-dorongan dalam dan luar tubuh. d. Dukungan sosial Dukungan sosial dari orang-orang sekitar individu yaitu orang tua, kakak, adik, kekasih, teman dekat, saudara dan masyarakat. Dukungan yang positif berhubungan dengan kurangnya kecemasan Garmenzy dan Rutter, 1983: 23. Pendapat ini didukung oleh Conel 1994: 263-273 menyatakan bahwa kecemasan akan rendah apabila individu memiliki dukungan sosial. Dukungan sosial tersebut diperoleh dari keluarga, teman dan atasan. Menurut Cendrawati 2004: 20 faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan adalah keadaan pribadi individunya, pengalaman yang tidak menyenangkan, dukungan sosial, konflik serta lingkungan dan kehilangan orang dekat. Smet 1994: 131 menjelaskan bahwa faktor pribadi tergolong di dalamnya adalah kondisi yang ada dalam diri individu, diantaranya tingkat pendidikan, usia dan jenis kelamin juga mempengaruhi reaksi seseorang terhadap tekanan. Sedangkan dukungan sosial menurut Shinta 1995: 36 adalah pemberian informasi baik secara verbal maupun nonverbal, pemberian bantuan tingkah laku atau materi yang di dapat dari hubungan seseorang yang akrab atau hanya disimpulkan dari keberadaan mereka yang membuat individu merasa diperhatikan, Universitas Sumatera Utara bernilai dan dicintai sehingga dapat menguntungkan bagi kesejahteraan individu yang menerima. Hal ini didukung oleh Kritner dan Kinicki 1992: 611 dukungan sosial merupakan keadaan yang bermanfa’at bagi individu menjadi tahu bahwa orang lain memperhatikan, menghargai, dan mencintai dirinya. Dukungan sosial sebagai informasi atau nasehat, verbal, nonverbal, bantuan nyata atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial didapat melalui kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima Gottlieb dalam Smet, 1994:135 sehingga dapat melindungi seseorang atau bahkan sekelompok orang dari perilaku negatif dan stress. Ritter Smet, 1994:134 juga menyatakan bahwa dukungan sosial juga mengacu pada bantuan emosional, instrumental, dan finansial yang diperoleh dari jaringan sosial seseorang. Wiggins Smet, 1994:114 mengartikan dukungan sosial sebagai pertolongan, bantuan yang diterima oleh individu dari interaksinya dengan lingkungan. Dengan diterimanya dukungan sosial maka individu akan lebih sehat fisik dan psikisnya daripada individu yang tidak menerima dukungan sosial. Taylor 1997: 95 menjelaskan bahwa dukungan sosial dapat melindungi jiwa seseorang dari akibat stress. Pengaruh dukungan sosial terhadap kesehatan jiwa sangat jelas karena dengan adanya dukungan sosial maka individu akan terhindar dari gangguan jiwa yang serius. Menurut Sarafino Lori Oktavia, 2002:17 bentuk dukungan sosial dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk, yaitu : Universitas Sumatera Utara a. Dukungan emosional Dukungan ini melibatkan ekspresi rasa empati dan perhatian terhadap individu, sehingga individu tersebut merasa nyaman, dicintai dan diperhatikan. Dukungan ini meliputi perilaku seperti memberikan perhatian dan afeksi serta bersedia mendengarkan keluh kesah orang lain. b. Dukungan penghargaan Dukungan ini melibatkan ekspresi yang berupa pernyataan setuju dan penilaian positif terhadap ide–ide, perasaan dan performa orang lain. c. Dukungan instrumental Bentuk dukungan ini melibatkan bantuan langsung, misalnya yang berupa bantuan finansial atau bantuan dalam mengerjakan tugas–tugas tertentu. d. Dukungan informasi Dukungan yang bersifat informasi ini dapat berupa sasaran, pengarahan dan umpan balik tentang bagaimana cara memecahkan persoalan.

2.5 Pensiun