Teknik Analisis Data Hasil Wawancara

- Apakah Bpk?Ibu tidak pernah merasa tegang yang berlebihan dalam menghadapi pensiun? - Apakah BpkIbu mampu mengatasi berbagai persoalan yang berkaitan dengan pensiun walau tanpa bantuan orang lain? b. Studi Kepustakaan, yaitu dengan cara mengumpulkan data yang ada mengenai permasalahan dengan membaca atau mencari literatur yang bersangkutan dengan penelitian, untuk mendukung penelitian ini dari berbagai literatur dan sumber-sumber lain.

3.5 Teknik Analisis Data

Bodgan Biklen dalam Moleong, 2005: 248 mengemukakan analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang diceritakan kepada orang lain. Tahap analisis data memegang peranan penting dalam riset kualitatif, yaitu sebagai faktor utama penilaian kualitas riset. Penelitian ini menggunakan teknik analisis data kualitatif dimana analisi data yang digunakan bila data-data yang terkumpul dalam riset adalah data kualitatif berupa kata-kata, kalimat-kalimat, atau narasi-narasi, baik yang diperoleh dari wawancara mendalam Krisyanto, 2006: 194. Melalui data kualitatif, data yang diperoleh dari lapangan diambil kesimpulan yang bersifat khusu kepada yang bersifat umum kemudian disajikan dalam bentuk narasi. Universitas Sumatera Utara BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, peneliti akan menjelaskan proses pengumpulan data di lapangan dan membahas hasil wawancara yang telah didapatkan dari setiap informan.

4.1 Hasil Wawancara

Peneliti menentukan komunikasi antarpribadi keluarga yang masih karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Cabang Iskandar Mudan Medan. Pelaksanaan pengumpulan data pendekatan dengan responden digunakan dengan cara observasi dan wawancara. Penelitian ini berlangsung dari bulan Juni 2011 sampai dengan Juli 2012. Konteks komunikasi antarpribadi paling penting, memiliki empat dimensi. Pertama, dimensi fisik yaitu lingkungan fisik yang merupakan tempat berlangsungnya komunikasi, seperti ruangan, jalan, kebun, dan sebagainya. Kedua dimensi sosial yang merujuk pada bentuk hubungan status antara peserta yang terlibat dalam komunikasi, khususnya peran apa yang dimainkan seseorang saat ia berkomunikasi dengan orang lain. Konteks ini berkaitan pula dengan norma serta latar belakang budaya diman komunikasi itu sedang berlangsung. Ketiga dimensi psikologis yang meliputi aspek-aspek seperti suasana formal atau nonformal, serius atau santai saat komunikasi berlangsung. Keempat, dimensii waktu yang berkaitan dengan saat dimana Komunikasi tepat untuk dilakukan, misalnya mempertimbangkan kapan saat yang tepat untuk mulai berbicara atau memotong pembicaraan orang lain. Tetapi terlebih dahulu melakukan pengamatan terhadap Universitas Sumatera Utara tingkah laku dan pergaulan terhadap tingkah laku dan pergaulan responden atau keluarga responden tersebut. Setelah cukup lama mengenal dan terjalin keakraban dengan para keluarga responden, peneliti mengutarakan maksud peneliti untuk mewancarai para keluarga responden untuk mengetahui bagaimana proses komunikasi dan interaksi diantara mereka yang dilakukan dengan kesediaan membuka diri sehingga bisa tercipta sebuah hubungan akrab diantara keluarga dan kemudian itu sangat berkaitan dengan pensiun pada karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Cabang Iskandar Mudan Medan. Nama responden yang ditulis bukanlah nama yang sebenarnya dengan alasan menjaga privasi responden. Karena wawancara yang dilakukan bisa dikatakan cukup mendalam dan menyangkut responden lainnya. Penelitian kemudian memutuskan untuk menyamarkan nama responden dengan tujuan agar mereka bersedia untuk lebih terbuka menjawab pertanyaan peneliti sehingga tujuan penelitian pun dapat tercapai dengan baik. Berikut adalah hasil wawancara dan pengamatan yang dilakukan peneliti terhadap empat orang responden karyawan yang bekerja di PT. Bank Rakyat Indonesia Persero Tbk Cabang Iskandar Medan. Responden I Nama : Dian irdayanti Usia : 54 tahun Masa pensiun sering menimbulkan perasaaan tidak berguna bagi individu yang akan memasuki masa pensiun baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Mestinya pensiun adalah dambaan semua orang. Karena Universitas Sumatera Utara semakin lama bekerja akan semakin lelah sehingga membutuhkan istirahat. Tetapi pada kenyataannya orang takut bila menghadapi masa pensiun, mereka takut kehilangan masa keberartiannya. Pandangan negatif tentang pensiun menyebabkan individu cenderung menolak datangnya masa pensiun. Penolakan tersebut ditandai dengan adanya perasaan cemas. Pada saat menghadapi masa pensiun ada gejala fisiologis yang sering muncul diantaranya merasa mudah lelah ketika bekerja, jantung berdebar- debar, kepala pusing, kadang-kadang mengalami gangguan tidur. Sedangkan gejala psikologisnya yaitu rendah diri, tidak dapat memusatkan perhatian, timbulnya perasaan kecewa sehingga dapat mempengaruhi interaksi dengan orang lain. Dukungan sosial pada umumnya menggambarkan mengenai peran atau pengaruh serta bantuan yang diberikan oleh orang yang berarti seperti anggota keluarga, teman, saudara, dan rekan kerja. Dukungan sosial memiliki peranan penting untuk mencegah dari ancaman kesehatan mental. Individu yang memiliki dukungan sosial yang lebih kecil, lebih memungkinkan mengalami konsekuensi psikis yang negatif. Keuntungan individu yang memperoleh dukungan sosial yang tinggi akan menjadi individu lebih optimis dalam menghadapi kehidupan saat ini maupun masa yang akan datang, lebih terampil dalam memenuhi kebutuhan psikologi dan memiliki sistem yang lebih tinggi, serta tingkat kecemasan yang lebih rendah, mempertinggi interpersonal skill keterampilan interpersonal, memiliki kemampuan untuk mencapai apa yang diinginkan dan lebih dapat membimbing individu untuk beradaptasi dengan stress. Dukungan sosial sebagai informasi atau nasehat, verbal, nonverbal, bantuan nyata atau tindakan yang Universitas Sumatera Utara diberikan oleh keakraban sosial didapat melalui kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima Gottlieb dalam Smet, 1994, hal 135 sehingga dapat melindungi seseorang atau bahkan sekelompok orang dari perilaku negatif dan stress. Bahwa dukungan sosial juga mengacu pada bantuan emosional, instrumental, dan finansial yang diperoleh dari jaringan sosial seseorang. Pensiunan merupakan seseorang yang biasanya karena usia, telah berhenti bekerja dari suatu pekerjaan yang biasa dilakukakan selama puluhan tahun, seseorang yang tidak lagi melakukan aktivitas produktif secara rutin dan digaji. Perubahan kondisi demikian akan memutuskan seseorang dari aktivitas rutin yang telah dilakukan selama bertahun-tahun, akan memutuskan jaringan sosial yang sudah terbina dengan rekan kerja, dan yang terutaman adalah menghilangnya identitas diri seseorang yang sudah melekat begitu lama sebagai karyawan BRI. Pada masa ini seseorang akan mengalami perubahan secara keseluruhan dalam pola kehidupannya. Perubahan pola kehidupan dapat membuat sebagian orang mengalami kecemasan pada saat menghadapi masa pensiun ini, karena masa pensiun sering menimbulkan perasaaan tidak berguna bagi individu yang akan memasuki masa pensiun baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Mestinya pensiun adalah dambaan semua orang. Karena semakin lama bekerja akan semakin lelah sehingga membutuhkan istirahat. Tetapi pada kenyataannya orang takut bila menghadapi masa pensiun, mereka takut kehilangan masa keberartiannya. Universitas Sumatera Utara Pandangan negatif tentang pensiun menyebabkan individu cenderung menolak datangnya masa pensiun. Penolakan tersebut ditandai dengan adanya perasaan cemas. Pada saat menghadapi masa pensiun ada gejala fisiologis yang sering muncul diantaranya merasa mudah lelah ketika bekerja, jantung berdebar- debar, kepala pusing, kadang-kadang mengalami gangguan tidur. Sedangkan gejala psikologisnya yaitu rendah diri, tidak dapat memusatkan perhatian, timbulnya perasaan kecewa sehingga dapat mempengaruhi interaksi dengan orang lain. Hasil wawancara dengan responden mengungkapkan bahwa kecemasan yang terjadi muncul karena adanya ketakutan akan ketidaktercukupinya kebutuhan-kebutuhan keluarganya baik untuk kebutuhan sehari-hari ataupun kebutuhan mendadak atau tidak terduga seperti salah satu anggota keluarga sakit ataupun ketika akan menyelenggarakan resepsi pernikahan putra-putrinya. Pada umumnya mereka beranggapan bahwa apabila mereka masih aktif bekerja mereka akan mendapat fasilitas-fasilitas yang dapat meringankan kebutuhan sehari-hari maupun kebutuhan mendadak atau tidak terduga. Selain itu juga ada anggapan akan mendapat bantuan baik moril maupun materil dari rekan-rekan sekantor. Saat masa pensiun mereka merasa cemas sekalipun mendapatkan uang pensiun karena masih ada anggapan bahwa jumlah uang yang diterima kurang memenuhi kebutuhan-kebutuhannya. Individu yang akan memasuki masa pensiun memerlukan dukungan sosial, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku sosial. Dukungan sosial dapat berasal dari teman kerja, keluarga, pasangan hidup dan teman di lingkungan sekitarnya. Dukungan sosial dapat menimbulkan pengaruh positif seperti dapat Universitas Sumatera Utara mengurangi kecemasan dan memelihara kondisi psikologis yang berada dalam tekanan. Dukungan sosial bagi individu yang akan memasuki masa pensiun merupakan hal yang penting, karena individu tersebut merasa dicintai, diperhatikan dan merasa tidak sendirian dalam menghadapi masa pensiun. Kecemasan pada masa pensiun sering muncul pada setiap individu yang sedang menghadapinya karena dalam menghadapi masa pensiun dalam dirinya terjadi goncangan perasaan yang begitu berat karena individu harus meninggalkan pekerjaannya. Kesimpulan kasus Responden awalnya mengalami ketakutan dan kecemasan membayangkan bagaimana akan memasuki masa pensiunan. Perasaan takut dan kecemasan itu bisa hilang karena responden berusaha membentuk dan membina hubungan baik dengan komunikasi dengan keluarga. Pengungkapan diri yang ia lakukan dimulai terciptanya hubungan antar pribadi keluarga yang baik antara dirinya dengan teman rekan kerja yang lain. Pengungkapan diri pun ia lakukan kepada orang yang juga merespon baik terhadapnya. Jika orang itu tidak melakukan asebaliknya maka untuk kemudian ia tidak akan melakukan pengungkapan diri yang lebih dalam lagi. Tetapi bila hubungan keluarga hanya sebatas pada komunikasi antarpribadi yang bersifat dangkal, artinya hanya sebatas basa-basi saja maka ia tidak akan bisa melakukan pengungkapan diri yang lebih jaug pada orang tersebut. Universitas Sumatera Utara Responden 2 Nama : Yuni Afiani Usia : 53 tahun Responden yang bekerja cukup lama di BRI, barasal dari daerah Medan. Respoden yang memiliki keluarga dan sesekali menyempatkan diri untuk tukar pikiranpandangan mengenai masa pensiunan responden. Perubahan-perubahan yang terjadi pada masa pensiun akan menimbulkan goncangan mental yang tidak dapat dielakkan. Hal ini disebabkan karena adanya perasaan tidak rela untuk melepas jabatan yang selama ini telah dimiliki dan dinikmati, jadi pasti ada perasaan cemas dan khawatir, hal ini apabila berlebihan dapat mengganggu keadaan fisik dan psikologisnya. Individu yang mengalami masa pensiun akan mengalami kecemasan dan goncangan perasaan yang begitu berat. Kecemasan ini terjadi karena mereka harus meninggalkan teman-teman baik sebagai atasan ataupun bawahannya. Status sosial ekonomi serta fasilitas- fasilitas lain yang mereka peroleh selama bekerja. Kekhawatiran, kecemasan dan ketakutan yang berkelanjutan akan berdampak pada keseimbangan emosional individu dan akhirnya akan termanifestasi dalam berbagai keluhan fisik. Menjelang berakhirnya masa kerja, pegawai tersebut cenderung kurang semangat dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar akibat kecemasan yang dihadapinya. Mereka lebih terfokus bagaimana menghadapi hidup setelah pensiun, terlebih bagi individu yang menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga dan masih punya tanggungan anak yang masih sekolah atau tidak adanya penghasilan lain selain dari pekerjaannya sebagai pegawai negeri . Universitas Sumatera Utara Disamping itu status sosial, penghargaan, ke wenangan, prestise dan fasilitas lain yang diperoleh selama masih bekerja yang akan berkurang atau hilang membuat mereka merasa cemas, khawatir, merasa tak berguna, putus asa dan rendah diri. Perasaanperasaan tersebut dapat mempengaruhi kondisi fisik maupun psikologis mereka, yang pada akhirnya akan mengganggu pekerjaan mereka sebagai pegawai negeri, mengganggu hubungan dengan teman, murid, lingkungan sekitar dan keluarga. Masa pensiun dapat menimbulkan beberapa pola perubahan perilaku pada seseorang. Kecemasan pada seseorang yang untuk mensikapi hilangnya pekerjaan, status, menurunnya kondisi keuangan, harga diri self esteem, kontak sosial yang berorientasi pada pekerjaan dan hilangnya rutinitas memunculkan perilaku-perilaku negatif. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang diungkapkan oleh salah seorang responden di sebuah kantor BRI. Biasanya di kantor, pegawai menjelang pensiun menjadi pasif, kurang respect dengan pekerjaan karena merasa akan terbebas dari tugas, wewenang ataupun konflik kerja yang biasanya timbul. Sebaliknya ketika sudah kembali ke rumah mereka mengalami masa-masa yang menggetirkan, masa-masa pahit, marah kepada diri sendiri dan kurang dapat menerima kenyataan bahwa usianya semakin bertambah tua. Jadi mereka akan semakin khawatir, cemas atau bahkan frustrasi. Perasaan dan tingkah laku yang saling berhubungan erat, semuanya akan saling mempengaruhi satu sama lainnya. Demikian juga ketika berpikir positif maka pada gilirannya akan memberi efek positif pada perasaan dan perilaku. Jika seseorang berpikir positif bahwa ia dapat menerima kenyataan diri apa adanya, berarti tidak hanya dapat membebaskan diri dari rasa cemas yang berkepanjangan, Universitas Sumatera Utara tetapi juga akan mampu mengubah hal- hal yang dapat diubah dan dengan tenang bisa menerima hal- hal yang memang tidak dapat diubah. Pola berpikir baik positif maupun negatif akan berdampak besar dalam memimpin diri sendiri. Pada kenyataannya, ada orang-orang khususnya para pegawai yang jauh sebelum pensiun merasa yakin akan dapat mengatasi segala masalah kecemasan menghadapi masa pensiun, tetapi setelah mendekati masa pensiun kecemasannya semakin tinggi. Hal ini disebabkan jauh sebelum pegawai menghadapi masa pensiun, yang terbayang dihadapannya adalah keasyikan diri bercanda dengan keluarga, sibuk dengan hobi ataupun sibuk membaca koran pagi edisi terbaru tanpa diburu waktu dilengkapi secangkir kopi atau teh hangat di atas meja. Ternyata kebiasaan itu tidak berlangsung lama karena lama kelamaan mengalami kebosanan. Orang memang tidak pernah benar-benar yakin bisa mengendalikan segala kemungkinan yang akan timbul sehingga selalu ada ketidakjelasan dan ketidaktentuan tentang masa yang akan datang. Kesimpulan Kasus Responden termasuk orang yang sangat ramah dan terbuka sesama keluarga maupun orang lain. Interaksi terjalin antara dirinya dengan keluarga dan orang lain bisa dikatakan sangat baik. Terbukti dengan pertanyaan peneliti terhadap rata-rata keluarga dan orang lain, siapa yang menurut mereka paling ramah jawaban yang didapat rata-rata menyebutkan responden ini lah yang dirasa paling ramah. Ia mengaku bisa mudah efektif dekat dengan keluarga dan banyak orang. Kemudian sering diajak mengobrol. Ia juga mengaku senang ikut mengobrol an berkumpulan bersama keluarga di ruang keluarga. Menurut berkomunikasi dengan banyak orang adalah kebutuhan yang sangat penting. Universitas Sumatera Utara Keterbukaan antara satu dengan lain adalah kuncinya. Jika kita tidak terbuka terhadap orang lain maka orang akan beranggapan kita sombong dan tidak mau berbaur dengan orang karena itulah bersikap ramah mungkin terhadap keluarga maupun orang lain. Responden 3 Nama : Nini Ernita Usia : 54 tahun Respoden yang akan pensiun dan keluarganya harus mengantisipasi perubahan-perubahan yang akan muncul dalam hidupnya. Situasi yang menekan bisa membuat cemas individu yang akan mengalami pensiun. Walaupun pensiun bukan hal yang baru dan akan terjadi pada setiap orang yang bekerja, tetapi kenyataannya masih menjadi peristiwa yang mencemaskan bagi orang yang akan mengalaminya. Masa pensiun dirasakan sebagai ancaman terhadap kehidupan dimasa datang, akibatnya banyak pegawai yang mangalami kecemasan menghadapi datangnya pensiun. Kecemasan ini dirasakan mulai beberapa tahun menjelang masa pensiun tiba. Meskipun rasa cemas ini tidak pernah diucapkan, tetapi manifestasinya tampak pada gejala-gejala psikologis, seperti merasa bingung, gelisah, khawatir terhadap masa depannya, semangat kerja menurun, mudah marah, tegang, mudah lelah dan mudah lupa. Perasaan cemas yang berlarut-larut dapat menggangu konsentrasi individu dalam bekerja dan berinteraksi dengan lingkungannya. Jika hal ini terjadi pada pegawai yang akan menghadapi masa pensiun, maka tentu akan mengganggu pekerjaannya sehingga tidak dapat mengakhiri masa tugasnya dengan baik. Selanjutnya hal ini akan mempersulit penyesuaiannya pada masa Universitas Sumatera Utara pensiun nanti. Perubahan dari kesibukan yang teratur, penghasilan yang mencukupi menjadi keadaan menganggur, penghasilan berkurang sedikit banyak akan menimbulkan goncangan mental. Goncangan ini akan lebih terasa terutama bagi mereka yang mempunyai tanggungan keluarga seperti anak-anak yang masih kecil dan membutuhkan banyak biaya, maka ketika akan pensiun merasakan beban hidup yang semakin berat. Kenyataan yang dihadapi oleh semua pensiunan pada dasarnya sama, pertama akan menghadapi masalah berkurangnya penghasilan dan ketidaksibukan kerja. Seorang pekerja yang mempunyai pekerjaan sampingan selain pekerjaan pokok dapat mengadakan penyesuaian yang lebih baik terhadap pensiun. Banyaknya waktu luang setelah pensiun pada pegawai yang tidak mempunyai pekerjaan sampingan sering membuat bingung karena merasa tidak ada hal lain yang dapat dilakukannya untuk mengganti aktivitas kerja. Responden yang mempunyai pekerjaan sampingan selain pekerjaan pokok dapat mengadakan penyesuaian yang lebih baik terhadap pensiun. Perasaan kehilangan yang dirasakan ketika tiba waktu pensiun dapat tergantikan oleh pekerjaan sampingan tersebut. Banyaknya waktu luang setelah pensiun pada pegawai yang tidak mempunyai pekerjaan sampingan sering membuat bingung karena merasa tidak ada hal lain yang dapat dilakukannya untuk mengganti aktivitas kerja. Hal ini terlihat dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti terhadap responden tidak mempunyai pekerjaan sampingan merasa bingung terhadap rencana setelah pensiun, khawatir terhadap masa depan pendidikan anak-anaknya, Universitas Sumatera Utara khawatir dengan pendapatan yang kurang mencukupi kebutuhan keluarga, merasa tidak diakui dalam lingkungan masyarakat karena dianggap sudah memasuki usia lanjut, merasa kosong karena tugasnya telah berhenti sementara secara fisik masih cukup mampu bekerja. Sementara pegawai yang mempunyai pekerjaan sampingan merasa pensiun hanya berhenti bekerja di kantor dan tetap dapat bekerja di rumah, mempunyai rencana ingin mengembangkan usaha sampingan setelah pensiun, dan merasa santai menghadapi pensiun dan menganggap pensiun sebagai hal biasa. Hal tersebut menunjukkan adanya kecemasan pada pegawai yang tidak mempunyai pekerjaan sampingan dan akan memasuki masa pensiun sehingga cenderung kurang semangat dalam bekerja, perasaan bingung mengisi kegiatan setelah pensiun, serta menurunnya konsentrasi terhadap pekerjaan sehingga mudah lupa dan melakukan kesalahan dalam pekerjaan, sedang pegawai yang mempunyai pekerjaan sampingan tidak menunjukkan adanya kecemasan menghadapi pensiun sehingga tetap dapat bekerja dengan optimal. Kecemasan menghadapi pensiun pada pegawai negeri yang tidak mempunyai pekerjaan sampingan dipengaruhi oleh faktor berkurangnya pendapatan, hilangnya status, berkurangnya interkasi sosial dengan teman kerja dan datangnya masa tua. Sementara pegawai yang mempunyai pekerjaan sampingan dapat mengadakan penyesuaian terhadap masa pensiun karena rutinitas pekerjaan yang biasa dilakukan dapat tergantikan oleh pekerjaan sampingan. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecamasan menghadapi pensiun digunakan untuk penelitian, yaitu menurunnya pendapatan, hilangnya status, berkurangnya interkasi sosial dengan teman kerja, datangnya masa tua dan ada tidaknya pekerjaan sampingan. Universitas Sumatera Utara Kesimpulan Kasus Sebagai aktivitas yang dilakukan diwaktu luang diluar pekerjaan pokok sebagai kegiatan yang disukai dan dapat memberi kepuasan bagi individu yang bersangkutan. Mempunyai aktivitas yang disenangi dapat memberikan kepuasan selain pekerjaan pokok. Pekerjaan sampingan dapat memberikan kesempatan untuk menunjukkan kompetensi diri, terlibat dalam kegiatan yang berarti dan berinteraksi sosial. Pegawai Negeri Sipil yang mempunyai pekerjaan sampingan menjadi cenderung tidak terlalu cemas karena memiliki kegiatan yang dapat ditekuni ketika pensiun nanti. Permasalahan-permasalahan yang muncul akibat pensiun umumnya disebabkan oleh ketidaksiapan seseorang dalam mengahadapi masa pensiun. Ketidaksiapan ini timbul karena adanya kekhawatiran tidak dapat memenuhi kebutuhan–kebutuhan tertentu akibat pensiun. Perubahan yang diakibatkan oleh masa pensiun ini memerlukan penyesuaian diri. Penyesuaian diri merupakan bentuk tingkah laku yang ditujukan untuk menanggulangi kebutuhan-kebutuhan yang ada di dalam dirinya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan keharmonisan antara tuntutan dari dalam diri, dan lingkungan dimana individu tersebut berada dukungan dan pengertian dari orangorang terdekat, khususnya keluarga akan sangat membantu pensiunan dalam menyesuaikan dirinya. Perilaku keluarga seperti menggerutu, menyindir, atau mengolok-olok akan mempersulit penyesuaian diri pada pensiunan. Karena itu, keluarga sebaiknya memberikan pemahaman dan pengertian kepada pensiunan untuk mendongkrak kondisi psikologisnya. Keluarga dapat menyampaikan bahwa Universitas Sumatera Utara manusia tidak hanya berguna ketika ia memiliki jabatan tertentu. Sebab jabatan hanya bersifat sementara. Keluarga perlu menekankan kepada pensiunan bahwa meskipun tidak lagi berkuasa, seseorang dapat tetap bermanfaat bagi keluarga maupun masyarakat. Responden 4 Nama : Ardianto Syahputra Usia : 55 tahun Responden yang sudah memasuki usia pensiun, keluarga perlu memikirkan kegiatan-kegiatan yang kira-kira dapat dilakukan oleh pensiunan untuk mengisi waktu kosongnya. Kegiatan-kegiatan tersebut dapat merupakan kegiatan yang memiliki nilai ekonomi ataupun sosial. Hal ini penting agar pensiunan senantiasa berasa dalam kondisi yang bahagia. Lebih lanjut sejumlah temannya yang sudah memasuki masa pensiun terlihat lebih riang dan bahagia saat mereka menemukan aktivitas pengganti, seperti membuka restoran, rumah peristirahatan, dan sebagainya. Selain hal-hal diatas, ada pula hal sentral lain yang harus dipikirkan, yaitu berkaitan dengan berubahnya kondisi finansial keluarga akibat pensiun. Saat memasuki masa pensiun, keluarga juga sebaiknya terlibat dalam proses perencanaan keuangan. harus mempersiapkan diri jauh-jauh hari. Harus ada percakapan sebelumnya, karena fasilitas tidak ada lagi, dan gaji yang diperoleh hanya sedikit. Jadi, sebelum memasuki masa pensiun, keluarga sebaiknya sudah mempersiapkan diri, seperti menabung, melakukan investasi, dan merintis bisnis sampingan. Hal ini penting untuk mencegah penderitaan psikologis akibat beban finansial yang umumnya dialami oleh pensiunan. Universitas Sumatera Utara Masalah responden juga melanda pasangan suami istri saat suami pensiun sementara istri bekerja. Masalah umumnya timbul karena sikap suami yang tidak siap untuk pensiun dan adanya ego yang muncul karena posisi kepemimpinan keluarga diambil alih oleh istri. Oleh karena itu, dalam hal ini istri harus mampu meyakinkan suaminya bahwa ia tetap menghargai suaminya meskipun suami tidak lagi bekerja. Istri misalnya dapat mengatakan kepada suami bahwa ia bekerja untuk membantu kebutuhan finansial keluarga, bukan untuk mengambil alih posisi suami sebagai kepala keluarga. Responden yang memperoleh dukungan sosial dari keluarganya akan dapat menyesuaikan dirinya dengan lebih baik saat menghadapi masa pensiun dibandingkan orang yang tidak mendapatkan dukungan sosial dari keluarganya. faktor terpenting yang mempengaruhi penyesuaian diri seseorang di masa pensiun adalah sikap dari anggota keluarga. Responden yang mendapat dukungan sosial percaya bahwa mereka dicintai dan diperhatikan, dihargai dan menjadi bagian dari suatu kelompok sebagai sebuah keluarga atau anggota keluarga. Peranan dukungan sosial yang terdiri dari lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat sangat penting bagi penyesuaian diri responden yang memasuki masa pensiun. Dengan adanya dukungan sosial maka hambatan dalam menghadapi pensiun dapat diatasi. Komunikasi dalam interaksi keluarga penyampai pesan dapat ayah, ibu, orang tua, anak , suami, isteri, mertua, kakek, nenek. Begitupun sebagai penerima pesan. Pesan yang disampaikan dapat berupa informasi, nasihat,petunjuk, pengarahan, meminta bantuan .Komunikasi yang terjadi dalam keluarga merupakan komunikasi yang unik. Komunikasi yang terjadi dalam keluarga Universitas Sumatera Utara melibatkan paling sedikit dua orang yang mempunyai sifat , nilai-nilai, pendapat , sikap, pikiran dan perilaku yang khas dan berbeda-beda. Komunikasi keluarga tidak sama dengan komunikasi antar anggota kelompok biasa.Komunikasi yang terrjadi dalam suatu keluarga tidak sama dengan komunikasi keluarga yang lain.Setiap keluarga mempunyai pola komunikasi tersendiri.Relasi antara anak dan orang tua menunjukkan adanya keragaman yang luas.Relasi orang tua dan anak dipengaruhi dan ditentukan oleh sikap orang tua.Sikap yang berhubungan dengan afeksi dan dominasi; ada orang tua yang mendominasi, yang memanjakan, acuh tak acuk dan oang tua akrab, terbuka, bersahabat .Sikap orang tua yang berhubungan dengan ambisi dan minat yaitu sikapp orang tua yang mengutamakan sukses social, milik keduniswian, suasana keagamaan dan nilai-nilai artistic.Perbedaan struktur social dapat menyebabkan perbedaan relasi antara orang tua dan anak. Komunikasi dalam keluarga lebih banyak komunikasi antar pribadi. Relasi antar pribadi dalam setiap keluarga menunjukkan sifat-sifat yang kompleks.Komunikasi antar pribadi merupakan proses pengiriman dan penerimaan pesan di antara dua orang atau kelompok kecil orang dengan berbagai efek dan umpan balik.Setiap komponen harus dipandang dan dijelaskan sebagai bagian yang terintegrasi dalam tindakan komunikasi antar pribadi. Pengembangan kemampuan berkomunikasi dalam interaksi keluarga perlu dilakukan orang tua , baik untuk kepentingan dirinya maupun anggota keluarga. Orang tua sebagai Seorang komunikator agar tidak ragu-ragu dan memiliki sikap yang mantap untuk memiliki kredibilitas yang tinggi, perlu memiliki keterampilan Universitas Sumatera Utara berkomunikasi, memiliki pengetahuan yang luas,memiliki sikap yang baik dan daya tarik.

4.2 Pembahasan