48 perkembangan motorik kasar, misalnya anak harus melompat, berlari, berputar
dan motorik halus, misalnya mengancingkan baju boneka, memasang sesuatu, membedong boneka bayi. Perkembangan yang keempat yaitu Moral-agama.
Moral dan agama merupakan nilai-nilai dan pesan yang tercermin dalam kegiatan bermain peran. Misalnya, saling menyayangi antarsesama makhluk Tuhan,
berbakti kepada orang tua, dan bersikap jujur. Slamet Suyanto 2005: 126 menyatakan bahwa bermain drama melatih
anak mengekspresikan diri dan memerankan orang lain. Vygotsky Winda Gunarti, dkk., 2008: 10.11 bermain peran juga mendukung munculnya dua
kemampuan penting, yaitu kemampuan untuk memisahkan pikiran dari kegiatan dan benda serta kemampuan menahan dorongan hati dan menyusun tindakan yang
diarahkan sendiri dengan sengaja dan fleksibel. Manfaat penggunaan metode bermain peran dalam penelitian ini adalah
Anak dapat mempraktikkan kegiatan baik dan yang boleh dilakukan dalam bermasyarakat dari pengalaman yang sudah dilalui anak melalui kegiatan bermain
pura-pura.Anak dapat menganalisa bagaimana perilaku yang mereka lakukan apakah itu baik atau tidak dan benar atau salah. Melalui kegiatan ini anak dapat
memahami bagaimana anak menaati aturan yang berlaku di kehidupan bermasyarakat.
E. Pembelajaran Bermain Peran
Langkah pembelajaran bermain peran Winda Gunarti dkk., 2008: 10.52- 10.53 secara umum yaitu sebagai berikut:
49 1.
Guru memilih
ssebuah tema
yang akan
dimainkan mendiskusikan
kemungkinan dan urutan waktunya dengan anak. 2.
Guru membuat rencanaskenarionaskah jalan cerita. 3.
Guru membuat skenario kegiatan yang fleksibel, dapat diubah sesuai dengan dinamika yang terjadi dan mencakup berbagai ragam aspek perkembangan
anak keaksaraan, matematis, sains terpadu, sosial dan kesehatan. 4.
Guru menyediakan media, alat dan kostum yang diperlukan dalam kegiatan. 5.
Apabila memungkinkan guru membuat mediaalat dari bahan daur ulang, guru menjadi guru yang kreatif.
6. Guru menerangkan teknik bermain peran yang disukainya.
7. Jika bermain peran untuk pertama kali dilakukan, sebaiknya guru sendirilah
memilih siswa yang kiranya dapat melaksanakan peran-peran itu. 8.
Guru menetapkan peran pendengar anak didik yang tidak turut bermain peran.
9. Dalam diskusi perencanaan, guru memberikan kesempatan pada anak dengan
teknik curah pendapatbrainstorming untuk merancang jalan cerita. 10. Guru menyarankan kalimat pertama yang baik diucapkan oleh pemain untuk
memulai. 11. Anak bermain peran.
12. Di akhir kegiatan, adakan diskusi untuk mengulas kembali nilai-nilai dan pesan yang terkandung dalam bermain peran untuk diteladani anak.
13. Khusus di sentra drama, buatlah pra-rencana dan setting tempat yang mendukung untuk kegiatan 2-4 minggu.
50 14. Guru menata tempat bermain peran dengan gambar-gambar dan dekorasi
yang mendukung jalan cerita. Memperhatikan langkah-langkah dalam bermain peran di atas, jelas bahwa
untuk mengembangkan moral anak pembelajaran yang dilakukan perlu disiapkan secara matang oleh guru agar dapat membantu penyampaian makna yang
terkandung didalamnya. Anak juga akan dapat memahami pembelajaran dengan mudah. Karena nilai moral merupakan suatu sistem di mana aneka jenis nilai
nilai, keagamaan, sosial budaya, ekonomi, hukum, etika dan lain-lain berpadu menjadi satu kesatuan serta saling meradiasi mempengaruhi secara kuat sebagai
suatu kesatuan yang utuh Yudha M.Saputra dan Rudyanto, 2005: 175 maka pembelajaran yang mengutamakan nilai-nilai moral untuk anak sangat dianjurkan.
Langkah pembelajaran untuk kegiatan bermain peran tersebut disiapkan guru untuk mengembangkan moral anak. Kegiatan bermain peran dirancang sesuai
dengan tema yang mengandung nilai-nilai moral.
F. Kerangka Pikir