31 bagi perkembangan moral. Anak belajar menjadi orang yang sudah bermasyarakat
di lingkungannya. Melalui metode kegiatan bermain peran anak dapat menjadi tokoh masyarakat atau tokoh lainnya memerankan suatu kegiatan yang
berlangsung di lingkungan sekitarnya.
B. Karakteristik Anak Usia Dini
NAEYC National
Assosiation Education
For Young
Children mengemukakan bahwa anak usia dini adalah sekelompok individu yang berada
pada rentang usia antara 0-8 tahun Sofia Hartati, 2005: 7. Menurut definisi ini anak usia dini merupakan kelompok manusia yang berada dalam proses
pertumbuhan dan perkembangan. Usia dini 0-8 tahun juga disebut usia emas atau the golden age Slamet Suyanto, 2005: 6. Ernawulan Syaodih 2005: 10
menyatakan bahwa bila dilihat dari jenjang pendidikan yang berlaku di Indonesia, maka yang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah anak usia Sekolah
Dasar SD kelas rendah kelas 1-3, Taman Kanak-kanak kindergarten, kelompok bermain play group dan anak masa sebelumnya masa bayi. Pada
usia-usia inilah anak masih membutuhkan bimbingan dan pendidikan untuk bekal masa depannya kelak.
Berdasarkan paparan para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa anak usia dini merupakan sekelompok individu yang dilihat dari anak sejak lahir sampai
anak awal sekolah dasar yaitu pada rentang usia 0-8 tahun. Pada masa ini anak memerlukan bimbingan dan simulus yang baik sehingga anak dapat menjadi
pribadi yang baik pula. Pada masa ini juga merupakan masa di aman anak dapat mengembangkan berbagai aspek yang dimiliki. Hal ini selaras dengan pendapat
32 Slamet Suyanto 2005: 6 bahwa pada masa the golden age anak stimulus yang
diberikan pada anak perlu dikembangkan dan digunakan secara optimal. Pada usia ini otak anak dapat berkembang dan belajar dengan lebih tajam dari orang dewasa.
Maksudnya adalah anak dapat menggunakan kecerdasannya dengan baik karena pada usia ini anak akan dapat merekam apa yang mereka temui, lihat, dengar, rasa
dan yang dialami sampai ia dewasa kelak. Kecerdasan anak dapat dikembangkan dengan baik melalui pembelajaran yang baik pula.
Menurut pandangan psikologis yang dikemukakan oleh Richard D. Kellough, anak usia dini memiliki karakteristik sebagai berikut Sofia Hartati,
2005: 8-11: 1.
Anak itu bersifat egosentris Pada umumnya anak masih bersifat egosentris. Ia cenderung melihat dan
memahami sesuatu dari sudut pandang dan kepentingannya sendiri. Dalam memahami sebuah fenomena, anak sering memahami sesuatu dari sudut
pandangnya sendiri sehingga seringkali ia merasa asing dalam lingkungannya. Oleh karena tugas guru adalah membantu anak dalam memahami dan
menyesuaikan diri dengan dunianya dengan cara positif. Keterampilan yang sangat diperlukan dalam mengurangi egosentris diantaranya adalah dengan
mengajarkan anak untuk mendengarkan orang lain, serta dengan cara memahami dan berempati pada anak.
2. Anak memiliki rasa ingin tahu yang besar
Menurut anak, dunia ini dipenuhi dengan hal-hal yang menarik dan menakjubkan sehingga menimbulkan rasa keingintahuan anak yang tinggi. Brooks
33 bersaudara mengemukakan bahwa keuntungan yang dapat diambil dari rasa
keingintahuannya adalah dengan menggunakan fenomena atau kejadian yang
tidak biasa. Untuk mengembangkan kemampuan anak dalam mengelompokkan dan memahami dunianya sendiri, guru perlu untuk membantu menemukan
masalah. 3.
Anak adalah makhluk sosial Anak senang diterima dan berada dengan teman sebayanya. Ia akan
membangun kepuasan melalui penghargaan diri ketika diberikan kesempatan untuk bekerja sama dengan temannya. Untuk itu pembelajaran dilakukan untuk
membantu anak dalam perkembangan penghargaan diri. Hal
ini dapat dilaksanakan dengan cara menyatukan strategi pembelajaran sosial seperti bekerja
sama, simulasi guru dari teman sebaya, dan pembelajaran silang usia. 4.
Anak bersifat unik Anak merupakan individu yang unik di mana masing-masing memiliki
bawaan, minat, kapabilitas, dan latar belakang kehidupan yang berbeda satu
sama lain. Meskipun terdapat pola urutan umum dalam perkembangan anak yang dapat diprediksi, namun pola perkembangan dan belajarnya tetap memiliki
perbedaan satu sama lain. 5.
Anak umumnya kaya dengan fantasi Anak senang dengan hal-hal yang bersifat imajinatif, sehingga pada
umumnya ia kaya dengan fantasi. Imajinasi anak berkembang melebihi apa yang dilihatnya. Sebagi contoh, ketika anak melihat gambar sebuah robot itu berjalan
dan bertempur. Jika dibimbing dengan beberapa pertanyaan, maka ia dapat
34 menceritakan melebihi apa yang mereka dengar dan lihat sesuai dengan imajinasi
yang sedang berkembang pada pikirannya. Dengan bercerita anak melatih mengembangkan imajinasi dan kemampuan bahasa anak.
6. Anak memiliki daya konsentrasi yang pendek
Daya perhatian anak yang pendek membuat anak masih sangat sulit untuk duduk dan memperhatikan sesuatu untuk jangka waktu yang lama, kecuali
terhadap hal-hal yang menyenangkan. Pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan yang bervariasi dan menyenangkan, sehingga tidak
membuat anak terpaku di tempat dan menyimak dalam jangka waktu lama. 7.
Anak merupakan masa belajar yang paling potensial Masa anak usia dini disebut sebagai masa the golden age atau magic years.
Selama rentang waktu usia dini, anak mengalami berbagai pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat dan pesat pada berbagai aspek. Berbagai
perkembangan anak usia dini perlu dipahami oleh pendidik untuk memudahkan dalam pendampingan perkembangan anak usia dini sebagai anak didik M. Ramli,
2005: 68. Dari paparan di atas dapat terlihat jelas bahwa karakteristik anak usia dini
setiap anak berbeda-beda. Anak merupakan pribadi yang perlu diperhatikan secara intim
dalam perkembangannya.
Pendidik tidak
seharusnya menyamakan
kemampuan anak antara anak yang satu dengan anak yang lain saat pembelajaran di sekolah. Hal ini dikarenakan pencapaian perkembangan anak tidak sama.
Menurut Hurlock Syamsu Yusuf LN, 2004: 140, pengaruh sekolah terhadap
35 perkembangan kepribadian anak sangat besar, karena sekolah merupakan
substitusi dari keluarga dan guru-guru substitusi dari orangtua. Pengalaman karakteristik anak dalam perkembangan moralnya berbeda-
beda. Tahap usia 3-6 tahun menurut Singgih D. Gunarsa Yulia Singgih D. Gunarsa 2006: 68, anak sudah memiliki dasar-dasar dari sikap-sikap moralitas
terhadap kelompok sosialnya. Kalau sebelumnya anak selalu diajarkan tentang apa yang salah, maka pada masa ini anak harus lebih ditunjukkan mengenai
bagaimana ia harus bertingkahlaku. Anak harus dapat merasakan akibat yang menyenangkan dari tingkahlakunya yang sesuai dengan harapan kelompok sosial,
demikian pula akibat yang tidak menyenangkan apabila ia tidak berlaku demikian. Lingkungan yang ada di sekitar anak baik lingkungan keluarga, masyarakat
maupun di sekolah memiliki suasana yang berbeda-beda. Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan
lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya Sugihartono dkk., 2007: 74. Proses belajar anak usia dini tidak dapat disamakan dengan orang dewasa.
Anak usia dini belajar melalui kegiatan yang mereka senangi yaitu bermain. Hal ini sesuai dengan pendapat Slamet Suyanto 2005: 102 bahwa bermain bukan
bekerja, bermain adalah pura-pura, bermain bukan suatu yang sungguh-sungguh, dan bermain bukan suatu kegiatan yang produktif.
C. Pembelajaran untuk Anak Usia Dini