MENINGKATKAN Karakter dalam cerita Sarpa Sitara Pějah dening cidra Buddhinya Naga
37
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723
kelebihan dan kelemahan. Menurut Trianto 2007, model pembelajaran kooperatif ini
mempunyai kelebihan-kelebihan yaitu: dapat meningkatkan motivasi belajar siswa; siswa
dapat berkomunikasi dengan temannya dapat meningkatkan
keaktifan dalam
pembelajaran, dapat
meningkatkan pemahaman dalam prestasi belajar. Seperti
pada model kooperatif TSTS. Dengan menggunakan model TSTS pada mata
pelajaran IPS masing-masing siswa dalam tiap
–tiap kelompok akan termotivasi untuk mengungkapkan
pendapatnya dan
memberikan informasi kepada teman yang bertamu. Sebaliknya tugas tamu akan
temotivasi untuk bertanya secara langsung kepada kelompok lain seputar materi yang
dibahas, misalnya pada materi meneladani kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh
dilingkungannya. Tujuan
penggunaan model
pembelajaran kooperatif
TSTS akan
mengarahkan siswa untuk aktif, baik dalam berdiskusi, tanya jawab,mencari jawaban,
menjelaskan dan juga menyimak materi yang dijelaskan oleh teman. Selain itu,
alasan menggunakan model pembelajaran two stay two stray ini karena terdapat
pembagian kerja kelompok, siswa dapat bekerja sama dengan temannya, dapat
mengatasi kondisi siswa yang ramai dan sulit diatur saat proses pembelajaran. Adanya
sifat kerjasama, serta pencarian informasi pada
kelompok lain,
sehingga dapat
meningkatkan motivasi belajar siswa dalam upaya mengungkapkan ide yang mereka
pikirkan serta memicu siswa untuk berfikir kritis. Sehingga motivasi belajar siswa
mampu meningkat.
PENUTUP KESIMPULAN
Model pembelajaran two stay two stray Dua Tinggal Dua tamu merupakan
suatu model pembelajaran dimana siswa belajar
memecahkan masalah
bersama anggota kelompoknya, kemudian dua siswa
dari kelompok tersebut bertukar informasi ke dua anggota kelompok lain yang tinggal.
Dalam model pembelajaran two stay two stray Dua Tinggal Dua Tamu, siswa
dituntut untuk memiliki tanggungjawab dan aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran.
Pengembangan model pembelajaran ini bermaksud agar dapat menghasilkan model
pembelajaran baru
yang efektif
dan menyenangkan bagi siswa dalam kegiatan
pembelajaran serta dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
SARAN
Penggunaan model
pembelajaran TSTS sangat cocok digunakan oleh pengajar
untu meningkatkan motivasi belajar siswa sekolah dasar. Hal ini dikarenakan model
TSTS ini bersifat kerja kelompok dan mencari informasi pada kelompok lain,
sehingga mau tidak mau siswa termotivasi untuk mengutarakan pendapatnya dan aktif
dalam proses
belajar berlangsung.
Diharapkan siswa termotivasi dalam belajar untuk melatih dirinya berani tampil dalam
rangka mengungkapkan
pendapatnya dimuka umum. Oleh sebab itu, agar dapat
diperoleh pembelajaran yang efektif dan hasil pembelajaran yang sesuai dengan
tujuan yang diharapkan maka seyogyanya guru memilih dan melaksanakan model
pembelajaran dengan baik.
38
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723
DAFTAR RUJUKAN
Dimyati dan Mudjiono. 1994. Belajar Dan Pembelajaran.Jakarta:Depdikbud
Eko. 2011. Model pembelajaran kooperatif tipe
TSTS.online. http:raseko.blogspot.co
m201105model-pembelajaran- kooperatif-tipe-two.html diakses Januari
2016 Fadriani.
2013. Remediasi
Hukum Archimedes dengan Model Two Stay
Two Stray Berbantuan Lembar Kerja Bersrtuktur. Jurnal Pendidikan dan
Pembelajaran. Onlinehttp:jurnal.untan.ac.idindex.p
hpjpdpbarticleview3559, Diakses
April 2014. Huda,
Miftahul. 2011.
Cooperative Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Nashar.Drs.2004.Peranan Motivasi
dan Kemampuan awal dalam kegiatan
pembelajaran. Jakarta: Delia press. Sardiman,A.M.2000.Interaksi dan Motivasi
Belajar Mengajar.Jakarta:
Grafindo Persada.
Slavin, R, E. 2008. Cooperative Learning. Bandung: Nusa Media.
Sudjana,Nana. 1996. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar
Baru. Isjoni.
2011. Cooperative
Learning Efektivitas Pembelajaran Kelompok.
Bandung:ALFABETA Azwar, S. 1995. Sikap Manusia : Teori
dan Pengukurannya. Edisi ke-2. Yogyakarta : Pustaka Belajar.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajran. Jakarta: PT Rajagrafindo
Persada. Nashar. 2004. Peranan Motivasi dan
Kemampuan Awal dalam Kegiatan Pembelajaran. Jakarta: Delia Press.
Lie, Anita. 2007. Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo
Isjoni, H. 2011. Pembelajaran Kooperatif Meningkatkan Kecerdasan Komunikasi
Antara Peserta
Didik. Yogyakarta:Pustaka Pelajar.
Djamarah, dan Aswan Zain. 2002. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta. Hasibuan, Malayu S.P, 2006. Manajemen
Dasar, Pengertian, dan Masalah, Edisi Revisi. Bumi Aksara: Jakarta.
Agus, Suprijono. 2012. Metode dan Model-Model
Mengajar. Bandung:
Alfabet.
39
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723
Prosiding Seminar Nasional Tahun 2016 ―Pengembangan Profesionalisme Guru Dan Dosen Indonesia‖
Malang, 07 Mei 2016
PRAKTIK PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT NUMBERED HEAD TOGETHER TERHADAP PROGRAM BELAJAR BERCERITA
PADA ANAK USIA DINI
ANISA FAJRIANA OKTASARI
Universitas Madura
ABSTRAK
Seorang guru dituntut mampu menggunakan metode atau model pembelajaran yang tepat agar tujuan akhir pembelajaran bisa tercapai dengan baik. Dalam pembelajaran Bercerita butuh perhatian khusus, karena bercerita
merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit dipahami oleh siswa. Hal ini terbukti dengan ditemukan banyak siswa belum mampu Bercerita dengan baik dan benar. Oleh karena itu, dalam proses
pembelajaran Bercerita diperlukan suatu metode mengajar yang bervariasi dan menarik. Metode penelitian meliputi jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, yaitu penelitian yang dilakukan terhadap sejumlah variabel
dengan memberikan suatu perlakuan atau pengkondisian terhadap sampel penelitian. Penelitian eksperimen ini termasuk kategori True Experimental eksperimen sungguhan. Adapun rancangan desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Post-test Only Control Design. Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan sebagai berikut: Tingkat prestasi belajar Bercerita siswa Taman Kanak-Kanak di Kabupaten Sampang
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT tergolong tinggi dengan nilai rata-rata: 77.25. Ada pengaruh yang signifikan peggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap prestasi belajar Bercerita
siswa Taman Kanak-Kanak di Kabupaten Sampang. Kata Kunci: pembelajaran kooperatif, nht numbered head together, program belajar bercerita, anak usia dini
PENDAHULUAN
Seorang guru
dituntut mampu
menggunakan metode
atau model
pembelajaran yang tepat agar tujuan akhir pembelajaran bisa tercapai dengan baik.
Dalam pembelajaran
bercerita butuh
perhatian khusus,
karena bercerita
merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit dipahami oleh siswa.
Hal ini terbukti dengan ditemukan banyak siswa belum mampu bercerita dengan baik
dan benar. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran bercerita diperlukan suatu
metode mengajar yang bervariasi dan menarik.
Kenyataan yang
terjadi adalah
penguasaan siswa terhadap materi Bercerita masih tergolong rendah jika dibanding
dengan mata pelajaran lain. Kondisi seperti ini terjadi pula pada Pendidikan Anak Usia
Dini dan Taman Kanak-Kanak Kecamatan Sampang. Berdasarkan hasil wawancara
peneliti dengan guru bahwa penguasaan materi bercerita oleh siswa masih tergolong
rendah. Banyak siswa yang kurang aktif dalam mengaplikasikan atau memberikan
komentar ketika diberikan pertanyaan oleh guru. Hasil observasi awal yang dilakukan
oleh peneliti pada Pendidikan Anak Usia Dini dan Taman Kanak-Kanak Kecamatan
Sampang menunjukan bahwa pembelajaran bercerita
di sekolah
tersebut masih
menggunakan model
pembelajaran konvesional yakni suatu model pembelajaran
yang banyak
didominasi oleh
guru, sementara
siswa duduk
secara pasif
menerima informasi
pengetahuan dan
keterampilan. Hal ini diduga merupakan salah satu penyebab terhambatnya kreativitas
dan kemandirian siswa. Sejalan dengan hal tersebut, maka
dalam pembelajaran bercerita perlu adanya
40
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723
perubahan dari pembelajaran berorientasi pada guru teacher oriented menjadi
pembelajaran yang berorientasi pada peserta didik student oriented. Kondisi seperti ini
memposisikan guru hanya sebagai fasilitator dalam pembelajaran, sehingga semua peserta
didik diajak
terlibat aktif
dalam pembelajaran
yang akhirnya
dapat meningkatkan ketuntasan belajar. Salah satu
upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif
dalam proses belajar mengajar, yaitu pembelajaran yang dapat menanamkan
kesadaran dalam diri para peserta didik bahwa mereka bersatu dalam suatu upaya
bersama dan akan berhasil atau gagal sebagai sebuah tim.
Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah
model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
kooperatif sangat
cocok diterapkan pada pembelajaran bercerita
karena dalam mempelajari bercerita tidak cukup hanya mengetahui dan menghafal
konsep-konsep bercerita
tetapi juga
dibutuhkan suatu
pemahaman serta
kemampuan menyelesaikan
persoalan dengan baik. Berdasarkan uraian di atas,
maka penulis termotivasi untuk mengadakan penelitian pada Pendidikan Anak Usia Dini
dan Taman
Kanak-Kanak Kecamatan
Sampang dengan
judul:
“Praktik
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Numbered
Head Together
terhadap Program Belajar Bercerita pada Anak Usia
Dini.‖