77
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723
pengertiannya lebih luas dari bentuk pemerintahan. Bahkan luas lagi sampai pada
sistem ekonomi.
Menurut Samuel
Huntington 2001 : 30. Sistem politik yang demokratis
adalah dimana
pembuat keputusan kolektif yang paling kuat adalah
yang dipilih melalui Pemilu yang adil dan jujur dan berkala yang para calonnya bebas
bersaing untuk memperoleh suara dari rakyat yang berhak memberikan suara. Sistem
politik demokrasi tidak datang tumbuh dan berkembang dengan sendirinya. Namun
membutuhkan usaha nyata dari setiap warga negara maupun penyelenggara negara dalam
bentuk prilaku yang demokratis. Untuk itu diperlukan pendidikan tentang demokrasi
yang sungguh-sungguh. Demokrasi yang telah menjadi prinsip dalam pemerintahan
dan sistem pemerintahan Indonesia sangat penting dibina agar memasyarakat pada
warga negara Indonesia melalui pendidikan. Hal ini sesuai pula dengan pendapat Prof.
Zamroni, PhD yang menyatakan bahwa upaya
membangun masyarakat
yang demokratis
harus diiringi
dengan membangun struktur sosial politik dan kultur
yang demokratis. Untuk itu pendidikan kiranya merupakan suatu instrumen untuk
membangun kultur
demokrasi dan
Pendidikan Kewarganegaraan di perguruan tinggi merupakan salah satu bentuk untuk
itu. Asykuri Ibnu Chanim, 2003. VII. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
demokrasi tidak hanya memerlukan institusi, hukum aturan ataupun lembaga-lembaga
negara yang
lain. Demokrasi
sejati memerlukan sikap dan prilaku hidup dari
masyarakat pendukungnya. Oleh karenanya pendidikan merupakan bagian yang penting
dalam membina
warga negara
yang demokratis.
Untuk dapat
berkembang dan
berjalannya demokrasi pada suatu negara tidak hanya memerlukan institusi, hukum,
aturan ataupun lembaga negara. Demokrasi sejati
memerlukan sikap
dan prilaku
masyarakatnya di samping lembaganya. Tersedianya
kondisi seperti
ini membutuhkan waktu yang lama, berat dan
sulit. Oleh karena itu secara substantif berdimensi
jangka panjang
guna mewujudkan masyarakat atau kehidupan
demokratis pendidikan demokrasi mutlak diperlukan. Karena pendidikan demokrasi
pada hakekatnya merupakan pengenalan dan mensosialisasikan nilai-nilai demokrasi agar
dapat diterima dan dijalankan serta dapat ditegakkan dalam kehidupan berbangsa
bermasyarakat dan bernegara oleh warga negara.
Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pendidikan demokrasi bertujuan
mempersiapkan warga
masyarakat berprilaku dan bertindak demokratis melalui
penanaman pengetahuan, kesadaran untuk dapat melaksanakan nilai-nilai demokrasi.
Hal ini sejalan dengan pendapat Zamroni 2001
: 165
menyatakan bahwa
pengetahuan dan kesadaran akan nilai-nilai demokrasi itu meliputi tiga hal yaitu : 1
kesadaran bahwa demokrasi adalah pola kehidupan yang paling menjamin hak-hak
warga masyarakat itu sendiri dan merupakan pilihan terbaik tentang pola hidup bernegara
; 2 demokrasi adalah merupakan sebuah learning proses yang lama dan tidak sekedar
meniru dari
masyarakat lain
; 3
kelangsungan demokrasi tergantung pada
78
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723
keberhasilan mentranspormasikan
nilai –
nilai demokrasi pada masyarakat.
E. Tujuan Pembelajaran
Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan Kewarganegaraan
dilakukan oleh hampir seluruh bangsa di dunia, dengan menggunakan nama seperti:
civic education,
citizenship education,
democracy education. PKn memiliki peran strategis
dalam mempersiapkan
warga negara yang cerdas, bertanggungjawab
jawab dan berkeadaban. Menurut rumusan Civic
International 1995
bahwa ―pendidikan demokrasi penting bagi
pertumbuhan ―civic
culture‖ untuk
keberhasilan pengembangan
dan pemeliharaan pemerintahan, inilah satu
tujuan penting pendidikan ―civic‖ maupun citizenship‖ untuk mengatasi political
apatism demokrasi Azyumadi Azra, 2002 : 12 . Semua negara yang formal menganut
demokrasi menerapkan
Pendidikan Kewarganegaraan
dengan muatan,
demokrasi, rule of law, HAM, dan perdamaian, dan selalu mengaitkan dengan
kondisi situasional negara dan bangsa masing-masing
Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia semestinya
menjadi tanggungjawab semua pihak atau komponen bangsa, pemerintah, lembaga
masyarakat, lembaga
keagamaan dan
masyarakat industri Hamdan Mansoer, 2004: 4. Searah
dengan perubahan
pendidikan ke masa depan dan dinamika internal
bangsa Indonesia,
program pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
di Perguruan Tinggi harus mampu mencapai tujuan:
a. Mengembangkan sikap dan perilaku kewarganegaraan yang mengapresiasi
nilai-nilai moral-etika dan religius. b. Menjadi warga negara yang cerdas
berkarakter, menjunjung tinggi nilai kemanusiaan
c. Menumbuhkembangkan jiwa
dan semangat nasionalisme, dan rasa cinta
pada tanah air. d. Mengembangkan sikap demokratik
berkeadaban dan bertanggungjawab, serta mengembangkan kemampuan
kompetitif bangsa di era globalisasi. e. Menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan.
F. Pendidikan Kewarganegaraan dalam Pengembangan
Masyarakat Multikultural
Pendidikan Kewarganegaraan Civic Education merupakan salah satu bidang
kajian yang mengemban misi nasional untuk mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia
melalui koridor ―value-based education‖. Konfigurasi
atau kerangka
sistemik Pendidikan
Kewarganegaraan PKn
dibangun atas dasar paradigma sebagai berikut. Pertama, PKn secara kurikuler
dirancang sebagai subjek pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan potensi
individu agar
menjadi warga
negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas,
partisipatif, dan
bertanggung jawab.
Pendidikan Kewarganegaraan
bertujuan membentuk peserta didik menjadi manusia
yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Pendidikan Kewarganegaraan
merupakan pendidikan yang wajib diberikan di semua jenjang pendidikan termasuk
jenjang pendidikan tinggi. Kedua, PKn secara teoretik dirancang sebagai subjek
79
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723
pembelajaran yang memuat dimensi-dimensi kognitif, afektif, dan psikomotorik yang
bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks substansi ide,
nilai, konsep,
dan moral
Pancasila, kewarganegaraan yang demokratis, dan bela
negara. Ketiga,
PKn secara
programatik dirancang sebagai subjek pembelajaran yang
menekankan pada isi yang mengusung nilai- nilai content embedding values dan
pengalaman belajar learning experiences dalam bentuk berbagai perilaku yang perlu
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari dan merupakan tuntunan hidup bagi warga
negara dalam kehidupan bermasyarakat, ber- bangsa, dan bernegara sebagai penjabaran
lebih lanjut dari ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila,
kewarganegaraan yang
demokratis, dan bela negara Winataputra dan
Budimansyah, 2007.
Jika memperhatikan
uraian tersebut,
maka tampak bahwa PKn merupakan program
pendidikan yang sangat penting untuk upaya pembangunan karakter bangsa.
Pengembangan masyarakat
multikultural yang demokratis menjadi kebutuhan bagi bangsa Indonesia yang
ditandai oleh kemajemukan pluralitas dan keanekaragaman
heterogenitas, karena
multikultural pada dasarnya menekankan pada kesederajatan kebudayaan yang ada
dalam sebuah masyarakat, dan mengusung semangat untuk hidup berdampingan secara
damai peaceful
coexistence dalam
perbedaan kultur yang ada, baik secara individual maupun secara kelompok dalam
sebuah masyarakat.
Masyarakat multikultural yang demokratis di Indonesia
yang sehat tidak bisa dibangun secara taken for granted atau trial and error, sebaliknya
harus diupayakan
secara sistematis,
programatis, integrated
dan berkesinambungan. Salah satu strategi dan
wadahnya adalah
melalui pendidikan
kewarganegaraan. Pendidikan
Kewarganegaraan yang dimaksudkan di sini adalah Pendidikan Kewarganegaraan dalam
arti luas citizenship education yang memiliki perspektif kewarganegaraan dunia
abad ke-21 yang terkenal dengan sebutan kewarganegaraan multidimensi yang salah
satu cirinya
memiliki karakteristik
multikultural Cogan, 1998:116. Menurut Winataputra 2008: 30,
Indonesia dikonsepsikan dan dibangun sebagai multicultural nationstate dalam
konteks negara
kebangsaan Indonesia
modern, bukan sebagai monocultural nation state. Hal itu dapat dicermati dari dinamika
praksis kehidupan bernegara Indonesia sejak Proklamasi Kemerdekaan Indonesia 17
Agustus 1945 sampai saat ini dengan mengacu pada konstitusi yang pernah dan
sedang berlaku, yakni UUD 1945, Konstitusi RIS 1949, dan UUDS 1950, serta praksis
kehidupan bernegara dan pada setiap jamannya
itu. Lebih
lanjut menurut
Winataputra 2008:31
pendidikan kewarganegaraan untuk Indonesia, secara
filosofis dan
substantif-pedagogis andragogis, merupakan pendidikan untuk
memfasilitasi perkembangan pribadi peserta didik agar menjadi warga negara Indonesia
yang religius,
berkeadaban, berjiwa
persatuan Indonesia,
demokratis dan
bertanggung jawab, dan berkeadilan, serta mampu hidup secara harmonis dalam
konteks multikul-turalisme-Bhinneka
Tunggal Ika.