401
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723
eaching-and-learning10-benefits-of- getting-students-to-participate-in-
classroom-discussions
________Httpkesenian-artikel kesenian
dalam koreografi.8:20 ________Http
Estetika dalam
koreografiartikel kesenian.
8:10. Robby Hidayat
________What is collaborative learning?, http
:www.wcer.wisc.edu archivecl1CLmoreinfoMI2A.htm
Briggs, Leslie J. 1970. Handbooks of Procedures
for the
Design of
Instruction. Pitsburg;
American Institute of Reseach.
Miarso Yusufhadi. 2004. Menyemai benih teknologi Pendidikan. Jakart: Kencana.
402
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723
Prosiding Seminar Nasional Tahun 2016 ―Pengembangan Profesionalisme Guru Dan Dosen Indonesia‖
Malang, 07 Mei 2016
Pengembangan Keterampilan Sosial Social Skill Siswa Melalui Model Cooperative Learning
Laila Nursafitri Abstrak
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak akan bisa tumbuh dan berkembang tanpa berhubungan dengan orang lain, sehingga penting bagi seorang individu untuk memiliki keterampilan sosial social skills. Keterampilan sosial
social skills adalah kemampuan individu untuk membangun hubungan dengan lingkungan sekitarnya. Jika keterampilan sosial dapat dikembangkan dengan baik, hal itu bisa menjadi filter bagi individu agar tidak melakukan
hal-hal yang dapat merugikan orang lain. Oleh karena itu, penting bagi individu untuk diberi kesempatan berlatih lebih awal untuk mengembangkan keterampilan sosial mereka. Salah satu model pembelajaran yang mendukung
bagi perkembangan keterampilan sosial social skills yaitu Model Cooperative Learning. Model pembelajaran ini memberikan kesempatan besar kepada siswa untuk mempraktekkan keterampilan sosial social skills mereka.
Kata Kunci:
Keterampilan Sosial, Model Pembelajaran, Cooperative Learning
Pendahuluan
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak bisa lepas dari kehidupan
bermasyarakat. Oleh sebab itu, penting bagi seorang individu memiliki kemampuan atau
keterampilan sosial
social skill.
Keterampilan sosial merupakan kemampuan individu dalam membangun hubungan
dengan lingkungan
di sekitarnya.
Berkembangnya keterampilan sosial dengan baik akan menjadi filter individu untuk
melakukan hal-hal yang dapat merugikan orang lain. Oleh sebab itu, penting bagi
individu untuk
diberikan kesempatan
berlatih sejak
dini mengembangkan
keterampilan sosial. Saat ini pada lingkup masyarakat
timbul sikap hasil belajar atau hasil didik yang siap menang tetapi tidak siap kalah
Komite Rekonstruksi Pendidikan DIY, 2009. Di tengah masyarakat sudah sedikit
sekali rasa tepo seliro, tenggang rasa, dan sikap saling peduli. Hal ini terlihat dari
banyaknya berita baik di media elektronik maupun media cetak mengenai demonstrasi
anarkis, perang antar warga, bahkan perang diantara para pemimpin. Para pemimpin
negeri ini memperlihatkan sikap anarkis ketika sedang melaksanakan tugasnya.
Pemimpin sudah bukan lagi sosok teladan dengan sikap maupun tutur kata yang dapat
diteladani. Hal-hal tersebut memperlihatkan bahwa keterampilan sosial yang harusnya
dimiliki oleh setiap indidivu sebagai anggota masyarakat tidak berkembang dengan baik.
Keterampilan sosial
dapat dikembangkan
melalui proses
yang terintegrasi dengan pembelajaran di sekolah.
Proses pembelajaran yang dilaksanakan hendaknya didesain dengan teliti agar hasil
belajar yang dicapai bukan hanya sekedar hasil pada aspek kognitif, namun juga
menyangkut pada keterampilan sosial yang termasuk
dalam ranah
afektif siswa.
Pembelajaran saat ini sudah berkembang dengan baik dengan banyaknya desain
pembelajaran inovatif yang dikembangkan oleh para pembelajar kreatif. Salah satu
model pembelajaran
yang dapat
menjembatani berkembangnya keterampilan
403
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723
sosial siswa adalah Cooperative Learning. Cooperative Learning memiliki komponen-
komponen yang memberikan kesempatan bagi perkembangan social skill siswa.
A. Pembahasan
1. Keterampilan Sosial Social Skill
Walker 1983 yang dikutip oleh Steedly mendefinisikan keterampilan sosial
social skills sebagai ―a set of competencies
that a allow an individual to initiate and maintain positive social relationships, b
contribute to peer acceptance and to a satisfactory school adjustment, and c allow
an individual to cope effectively with the larger social envi
ronment‖. Keterampilan sosial merupakan seperangkat kompetensi
individu yang : a memungkinkan individu untuk
memulai dan
mempertahankan hubungan sosial yang positif, b memberikan
kontribusi penerimaan terhadap sesama dan penyesuaian sekolah yang memuaskan, dan
c memungkinkan
seseorang untuk
mengatasi lingkungan sosial yang lebih besar secara efektif. Social skills can also be
defined within the context of social and emotional learning
— recognizing and managing our emotions, developing caring
and concern for others, establishing positive relationships, making responsible decisions,
and handling
challenging situations
constructively and
ethically Zins,
Weissbert, Wang, Walberg, 2004. Keterampilan sosial juga dapat didefinisikan
dalam konteks pembelajaran sosial dan emosional - mengenali dan mengelola emosi,
mengembangkan perhatian dan kepedulian terhadap orang lain, membangun hubungan
positif, membuat
keputusan yang
bertanggung jawab, dan penanganan situasi yang menantang secara konstruktif dan etis.
Selanjutnya dalam Child and Addolescent Mental Health, Spence and Donovan 1998
menyatakan bahwa social skill ―…as the
ability to obtain successful outcomes from interactions with others‖. Sedangkan,
Bierman and Welsh 2000 mengungkapkan konsep keterampil
an sosial sebagai…―an organisational construct that reflects the
child‘s capacity to integrate behavioural, cognitive and affective skills to adapt flexibly
to diverse social contexts and demands‖. Dengan demikian keterampilan sosial dapat
dipandang sebagai keterampilan individu yang merupakan integrasi dari perilaku,
kognitif, dan afektif untuk mampu hidup dalam
lingkungan masyarakat
yang beragam.
Social skill oleh Gardner disebut dengan interpersonal intelligence yang
dideskripsikan sebagai ―…the ability to
notice and make distinctions among other individuals and, in particular, among their
moods, temperaments, motivations, and intentions‖
.
Kemampuan untuk melihat dan membedakan khususnya, suasana hati,
temperamen, motivasi, dan maksud orang lain. Taman Firdaus 2012 mengutip dari
Campbell menyebutkan ciri-ciri orang yang memiliki intelegensi interpersonal yang
bagus, antara lain: 1. Terikat dengan orang tua dan
berinteraksi dengan orang lain; 2. Membentuk
dan menjaga
hubungan sosial; 3. Merasakan
perasaan, pikiran,
motivasi, tingkah laku, dan gaya hidup orang lain;
404
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723
4. Berpartisipasi dalam
kegiatan kolaboratif
dan menerima
bermacam peran
yang perlu
dilaksanakan oleh
bawahan sampai pimpinan, dalam suatu
usaha bersama; 5. Mempengaruhi
pendapat dan
perbuatan orang lain; 6. Memahami dan berkomunikasi
secara efektif, baik dengan cara verbal maupun nonverbal;
7. Menyesuaikan diri
terhadap lingkungan dan kelompok yang
berbeda dan
juga menerima
umpan balik dari orang lain. Selama masa usia sekolah, anak
menghabiskan sebagian besar waktunya bersama
teman. Mereka
berkumpul, bersama-sama pergi ke suatu tempat, berolah
raga, berjalan-jalan atau sekedar ngobrol. Teman sebaya berpengaruh baik dan buruk.
Pengaruh baik teman sebaya adalah dalam hal
pengembangan konsep
diri dan
pembentukan harga
diri. Sedangkan
pengaruh buruk teman sebaya yaitu anak yang lemah tidak dapat menolak tekanan-
tekanan atau intimidasi yang tertuju pada anak tersebut. Masih menurut Piaget, pada
saat anak-anak
berkembang mereka
mengalami kemajuan dalam pemahaman tentang masalah-masalah sosial. Pemahaman
sosial ini muncul melalui interaksi dan menerima dalam hubungan teman sebaya.
Dalam kelompok teman sebaya, anak-anak memiliki kekuatan dan status yang sama.
Mereka secara leluasa dapat saling memberi masukan
dan bernegosiasi
dalam memecahkan masalah yang muncul.
Keberhasilan dalam interaksi sosial ditentukan
oleh banyak
faktor yang
berhubungan dengan
individu, respon
terhadap orang lain dan lingkungan sosial. Hal ini sesuai dengan Spencer yang
menyatakan bahwa
‖…successful management of the social world requires a
sophisticated repertoire of social skills and an interpersonal problem solving capacity
‖. Keberhasilan
pengelolaan dunia
sosial memerlukan sekumpulan keterampilan sosial
dan sebuah kapasitas pemecahan masalah interpersonal.
Penting bagi individu untuk dapat menyesuaikan kuantitas dan kualitas respon
non-verbal seperti kontak mata, ekspresi wajah, postur, jarak sosial dan penggunaan
isyarat, sesuai dengan tuntutan situasi sosial yang berbeda. Demikian pula, kualitas
verbal seperti nada suara, volume, tingkat dan kejelasan berbicara secara signifikan
mempengaruhi kesan kepada orang lain dan reaksi seseorang terhadap orang lain. Agus
Suprijono seperti yang dikutip oleh Taman Firdaus
2010 menyebutkan beberapa komponen
keterampilan sosial
yaitu kecakapan
berkomunikasi, kecakapan
bekerja kooperatif dan kolaboratif, serta solidaritas.
Muijs Reynolds
2008 menguraikan bahwa salah satu cara untuk
meningkatkan keterampilan sosial siswa adalah
melalui coaching.
Coaching dimaksudkan
untuk memberikan
pembelajaran langsung
mengenai keterampilan sosial kepada siswa. Guru dan
siswa sebaiknya mendiskusikan mengenai cara berinteraksi yang lebih baik. Dalam
diskusi ini guru perlu memfokuskan pada apa yang seharusnya dilakukan siswa dalam