Prinsip dan Nilai-Nilai Pendidikan
337
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723
kemanfaatannya dalam kehidupan baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain.
Pendidikan karakter di sekolah akan terlaksana dengan lancar dan efektif apabila
guru dalam pelaksanaannya memperhatikan beberapa prinsip pendidikan. Kementrian
Pendidikan Nasional 2010 memberikan rekomendasi 11 prinsip untuk mewujudkan
pendidikan karakter yang efektif sebagai berikut:
a. Mempromosikan nilai-nilai
dasar etika sebagai basis karakter
b. Mengidentifikasi karakter
secara komprehensif supaya mencakup
pemikiran, perasaan, dan perilaku.
c. Menggunakan pendekatan
yang tajam, proaktif dan efektif
untuk membangun
karakter. d. Menciptakan
komunitas sekolah
yang memiliki
kepedulian. e. Memberi kesempatan kepada
peserta didik
untuk menunjukkan perilaku yang
baik. f. Memiliki cakupan terhadap
kurikulum yang bermakna dan
menantang yang
menghargai semua peserta didik, membangun karakter
mereka, dan
membantu mereka untuk sukses.
g. Mengusahakan tumbuhnya
motivasi diri
pada para
peserta didik. h. Memfungsikan seluruh staf
sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggung
jawab untuk
pendidikan karakter dan setia pada nilai
dasar yang sama. i. Adanya
pembagian kepemimpinan
moral dan
dukungan luas
dalam membangun
inisiatif pendidikan karakter.
j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai
mitra dalam
usaha membangun karakter.
k. Mengevaluasi karakter
sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter,
dan manifestasi
karakter positif
dalam kehidupan
peserta didik. Berdasarkan
rekomendasi Kementrian Pendidikan Nasional tersebut,
program pendidikan
karakter perlu
dikembangkan dengan mendasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Pendidikan karakter
di sekolah harus dilaksanakan
secara berkelanjutan
kontinuitas. Hal
ini mengandung
arti bahwa
proses pengembangan nilai- nilai
karakter merupakan
proses yang panjang, mulai sejak awal peserta didik
masuk sekolah sampai lulus sekolah
pada satuan
pendidikan.
338
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723
b. Pendidikan karakter
hendaknya dikembangkan
melalui semua mata pelajaran terintegrasi,
melalui pengembangan
diri dan
budaya suatu
satuan pendidikan.
c. Sejatinya nilai-nilai karakter tidak diajarkan dalam bentuk
pengetahuan jika
diintegrasikan dalam mata pelajaran.
Kecuali dalam
bentuk mata pelajaran agama yang
didalamnya mengandung ajaran maka
tetap diajarkan dengan proses pengetahuan
knowing, melakukan
doing, dan
akhirnya dengan
membiasakan habit. d. Proses pendidikan dilakukan
secara aktif active learning dan menyenangkan enjoy full
learning oleh peserta didik. Proses
ini menunjukkan
bahwa proses
pendidikan karakter
dilakukan oleh
peserta didik bukan oleh guru, sedangkan guru menerapkan
prinsip ―tut wuri handayani‖ dalam setiap perilaku yang
ditunjukkan oleh agama. Dalam Islam, karakter identik dengan
akhlaq, yaitu kecenderungan jiwa untuk bersikap atau bertindak secara otomatis.
Akhlaq yang sesuai ajaran Islam disebut dengan akhlaqul karimah atau akhlaq mulia
yang dapat diperoleh melalui dua jalan. Pertama, bawaan lahir sebagai karunia dari
Allah. Contohnya adalah akhlaq para nabi. Kedua, hasil usaha melalui pendidikan dan
penataan jiwa. Berdasarkan konsep akhlak Islam
yang berlandaskan nash al-Quran dan hadits Nabi serta konsep karakter dalam tradisi
empiris-rasional Barat, program pendidikan karakter yang baik seyogyanya memenuhi
enam prinsip pendidikan akhlaq, yaitu menjadikan
Allah sebagai
tujuan, memperhatikan perkembangan akal rasional,
memperhatikan perkembangan kecerdasan emosi, praktik melalui keteladanan dan
pembiasaan, memperhatikan
pemenuhan kebutuhan hidup, serta menempatkan nilai
sesuai prioritas. Selain itu, Dalam pandangan Islam
dimana Rasulullah SAW dijadikan simbol atau figur keteladanan terdapat beberapa
prinsip yang dapat dijadikan pelajaran oleh tenaga pengajar dari tindakan Rasulullah
dalam menanamkan rasa keimanan dan akhlak terhadap anak, diantaranya yaitu
dengan: a. Fokus ucapannya ringkas,
langsung pada
inti pembicaraan tanpa ada kata
yang memalingkan
dari ucapannya, sehingga mudah
dipahami. b. Pembicaraannya tidak terlalu
cepat sehingga
dapat memberikan
waktu yang
cukup kepada anak untuk menguasainya.
c. Repetisi senantiasa
melakukan tiga
kali pengulangan pada kalimat-
kalimatnya supaya dapat di ingat atau dihafal.
339
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723
d. Analogi langsung,
seperti pada contoh perumpamaan
orang beriman dengan pohon kurma,
sehingga dapat
memberikan motivasi, hasrat ingin tahu, memuji atau
mencela, dan mengasah otak untuk menggerakkan potensi
pemikiran atau
timbul kesadaran untuk merenung
dan tafakkur. e. Memperhatikan
keragaman anak,
sehingga dapat
melahirkan pemahaman yang berbeda dan tidak terbatas
satu pemahaman saja, dan dapat memotivasi siswa untuk
terus belajar tanpa rasa jenuh. f. Memperhatikan tiga tujuan
moral, yaitu:
kognitif, emosional, dan kinetik.
g. Memperhatikan pertumbuhan dan
perkembangan anak
aspek psikologis. h. Menumbuhan kreatifitas anak,
dengan cara
mengajukan pertanyaan,
kemudian mendapat jawaban darinya.
i. Berbaur dengan peserta didik, masyarakat
dan lain
sebagainya secara
tidak eksklusif
atau terpisah,
misalnya dengan
makan bersama dan lain sebagainya.
j. Aplikatif, Rasulullah
langsung melatih
dan membimbing Abu Mahdzurah
menjalani pelatihan adzan dengan
sempurna yang
disebut dengan ad-Daurah at- Tarbiyah
Dalam pendidikan karakter, peserta didik dibangun karakternya agar mempunyai
nilai-nilai kebaikan
sekaligus mempraktikkannya dalam kehidupan sehari-
hari, baik kepada Tuhan Yang Maha Esa, dirinya sendiri, sesama manusia, lingkungan,
bangsa, negara,
maupun hubungan
internasional sebagai penduduk dunia. Diantara nilai-nilai karakter yang
hendaknya dibangun dalam kepribadian peserta didik adalah bisa bertanggung jawab,
jujur, dapat dipercaya, menepati janji, ramah, peduli kepada orang lain, percaya
diri, pekerja keras, bersemangat, tekun, pantang menyerah, bisa berpikir secara
rasioanal dan kritis, kreatif dan inovatif, dinamis, bersahaja, rendah hati, tidak
sombong, sabar, cinta ilmu dan kebenaran, rela
berkorban, berhati-hati,
bisa mengendalikan
diri, tidak
mudah terpengaruh, mempunyai inisiatif, setia,
menghargai waktu, dan bisa bersikap adil. Daniel
Goleman yang
terkenal dengan bukunya Multiple Intelligences dan
Emosional Intelligence, menyebutkan bahwa pendidikan karakter merupakan pendidikan
nilai yang mencakup sembilan nilai dasar yang saling terkait, yaitu:
a. Tanggung jawab
Responsibility b. Rasa hormat Respect
c. Keadilan Fairness d. Keberanian Courage
e. Kejujuran Honesty f. Rasa
kebangsaan Citizenship
g. Disiplin diri Self-discipline
340
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723
h. Peduli Caring i. Ketekunan Perseverance
Jika pendidikan karakter berhasil menginternalisasikan kesembilan nilai dasar
tersebut dalam diri peserta didik, maka dalam pandangan Daniel Goleman akan
terbentuk seorang pribadi yang berkarakter, pribadi yang berwatak. Selanjutnya ia
menyatakan bahwa pendidikan karakter harus dimulai dari keluarga atau dalam
rumah, dikembangkan
di lembaga
pendidikan dan diterapkan secara nyata dalam masyarakat.
Ari Ginanjar Agustian yang terkenal dengan konsepnya
―Emotional Spritual Question ESQ‖ mengajukan pemikiran,
bahwa setiap karakter positif sesungguhnya akan merujuk pada sifat-sifat Allah yang
terdapat dalam Asmaul-Husna nama-nama Allah yang baik yang berjumlah 99.
Asmaul-Husna ini harus menjadi sumber inspirasi perumusan karakter oleh siapapun,
karena didalamnya terkandung sifat-sifat Allah SWT yang baik. Menurutnya, dari
sekian banyak karakter yang dapat diteladani dari nama-nama Allah tersebut, ia rangkum
menjadi tujuh karakter dasar, yakni: jujur, tanggungjawab,
disiplin, visioner,
adil peduli, dan kerjasama.
Selain itu, Kemendiknas 2010 melansir bahwa berdasarkan kajian nilai-
nilai agama, norma-norma sosial, peraturan ataua hukum, etika akademik dan prinsip-
prinsip HAM, telah di identifikasikan 80 butir nilai karakter yang dikelompokkan
menjadi lima, diantaranya adalah a. Nilai-nilai perilaku manusia
dalam hubungannya dengan Tuhan
Yang Maha
Esa, melalui pikiran, perkataan dan
perbuatan seseorang
diupayakan untuk
selalu berdasarkan pada nilai-nilai
ketuhanan atau ajaran agama. b. Nilai-nilai perilaku manusia
dalam hubungannya dengan dirinya sendiri, yang meliputi
cinta ilmu, memiliki rasa ingin tahu, mandiri, berpikir
logis, kritis,kreatif
dan inovatif, berjiwa wirausaha,
percaya diri, kerja keras, disiplin, bergaya hidup sehat,
bertanggung jawab,
serta memiliki sifat jujur.
c. Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan
sesama manusia,
yang meliputi sadar akan hak dan
kewajiban diri dan orang lain, patuh terhadap aturan sosial,
menghargai karya dan prestasi orang lain, bersikap santun
dan demokratis. d. Nilai-nilai perilaku manusia
dalam hubungannya dengan lingkungan, melalui sikap dan
tindakan yang selalu berupaya mencegah kerusakan pada
lingkungan dan
mengembangkan upaya untuk memperbaiki.
e. Nilai-nilai perilaku manusia dalam hubungannya dengan
kebangsaan, yang meliputi rasa
nasionalisme dan
menghargai keberagaman.
341
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS KANJURUHAN MALANG
ISSN 2502-8723