Latar Belakang Masalah UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR IPS (MATERI PERMASALAHAN SOSIAL DI DAERAHNYA) SISWA KELAS IV DENGAN MEDIA GAMBAR PUZZLE DI SDN SINDUADI 1 SLEMAN YOGYAKARTA.

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kualitas pendidikan perlu ditingkatkan untuk mencapai sasaran pembangunan nasional. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas yaitu mewujudkan tujuan pembelajaran dengan menciptakan keberhasilan belajar siswa. Slameto 2010: 54 menjelaskan bahwa keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh faktor eksternal sebagai faktor di luar diri siswa, misalnya metode belajar, kurikulum, serta sarana yang menunjang keberhasilan siswa dalam belajar dan faktor internal sebagai faktor-faktor dari dalam diri siswa yaitu kondisi fisik dan panca indera, serta faktor psikologi yaitu bakat, minat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif. Minat merupakan dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan perhatian secara selektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan yang lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan. Oleh karena itu antara dorongan, perhatian dan rasa senang pada suatu kegiatan saling berkaitan dengan faktor yang menimbulkan minat. Apabila minat siswa dalam belajar rendah, maka dapat menimbulkan rasa bosan terhadap suatu kegiatan. Pengembangan minat dan kebiasaan belajar yang baik harus terus ditumbuhkan dalam diri siswa sedini mungkin agar keberhasilan pembelajaran dapat tercapai seperti yang diharapkan. Siswa harus memiliki 2 minat terhadap suatu materi pelajaran sehingga siswa akan memusatkan perhatiannya pada materi pelajaran. Dalam belajar, pemusatan perhatian diperlukan agar apa yang dipelajari dapat dipahami sehingga siswa mau belajar lebih giat dan dapat mencapai prestasi yang diinginkan Muhibin Syah, 2008: 136. Sesuai yang dikemukakan oleh Syaiful Bhari Djamarah 2011: 148 bahwa dalam proses belajar, minat sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai minat dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Minat bukan saja dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, tapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan sesuatu. Dalam hal ini minat merupakan landasan penting bagi seseorang untuk melakukan dan memperoleh sesuatu. Hal itu sejalan dengan yang dikatakan oleh Nasution 1998: 58 bahwa pelajaran akan berjalan lancar apabila ada minat. Dalam kegiatan belajar, minat mempunyai peranan yang sangat penting. Bila seorang siswa tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek yang dipelajari maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik dari belajarnya. Sebaliknya, apabila siswa tersebut belajar dengan minat dan perhatian besar terhadap objek yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh lebih baik. Faktor penyebab rendahnya minat belajar siswa dapat berasal dari faktor internal dan faktor eksternal siswa tersebut seperti dari guru. Dalam diri siswa, penyebab rendahnya minat dapat dikarenakan kurangnya motivasi diri dalam belajar. Sesuai yang dijelaskan D.P. Tampubolon 1993: 41, minat merupakan 3 “perpaduan antara keinginan dan kemampuan yang dapat berkembang jika ada motivasi”. Apabila motivasi siswa dalam belajar rendah maka tentunya minat siswa juga akan rendah. Strategi guru dalam mengajar juga dapat menjadi penyebab rendahnya minat belajar siswa. Strategi pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah dan tanpa menggunakan media akan membuat suasana belajar menjadi membosankan dan monoton. Suasana belajar yang membosankan dan monoton ini akan menurunkan minat siswa untuk memperhatikan guru. Upaya meningkatkan minat siswa dapat dilakukan dengan cara guru menyampaikan materi pelajaran dengan strategi pembelajaran yang lebih menarik. Strategi pembelajaran meliputi metode pembelajaran dan media pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi ke siswa, agar penyampaian materi tersebut lebih mudah diterima dan dipahami siswa diperlukan media pembelajaran. W. Gulo 2008: 9 berpendapat bahwa media pembelajaran berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang terarah. Media pembelajaran berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar agar siswa mampu memahami konsep yang dipelajari. Pemakaian media dalam pembelajaran dapat menjadi alat bantu bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi yang melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan guru, komponen penerima pesan siswa dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Dalam proses pembelajaran terkadang terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, siswa tidak dapat menerima materi pelajaran yang 4 disampaikan guru secara optimal. Sehingga, guru dapat memanfaatkan media pembelajaran untuk menghindari hal tersebut. Menurut Hamalik Azhar Arsyad, 2011: 15, pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran dapat menarik perhatian siswa. Hal ini disebabkan karena penggunaan media pembelajaran dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipahami siswa. Penggunaan media pembelajaran juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penggunaan media pembelajaran akan dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar karena siswa dapat terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Media gambar puzzle merupakan media pembelajaran yang dapat menyajikan materi abstrak menjadi lebih konkret. Media gambar puzzle merupakan media gambar permainan merangkai potongan-potongan gambar yang berantakan menjadi suatu gambar yang utuh. Media gambar puzzle dapat meningkatkan minat belajar siswa karena media ini mengajak siswa agar tidak diam saja melainkan bergerak aktif untuk merangkai puzzle tersebut, selain itu media ini mengajak siswa untuk berpikir kreatif. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta pada tanggal 23-25 Mei 2014, minat siswa kelas IV terhadap materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih rendah. 5 Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial cenderung menitikberatkan pada penguasaan hafalan, proses pembelajaran yang terpusat pada guru dan situasi tidak kondusif yang membosankan siswa. Hal tersebut menyebabkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi kurang bermakna sehingga perhatian siswa terhadap pelajaran menjadi rendah. Hal ini menunjukkan minat siswa kelas IV terhadap materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih terlihat rendah. Sebagian besar siswa terlihat tidak memperhatikan penjelasan dari guru melainkan melakukan aktivitas lain seperti berbicara dengan teman sebangkunya dan menggambar ketika guru menjelaskan materi. Selain itu, ketika guru meminta siswa untuk mengerjakan soal, beberapa siswa terlihat bercanda dengan teman sebangkunya dan tidak mengerjakan soal-soal dengan serius. Permasalahan lain terkait dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta adalah permasalahan yang dialami oleh guru. Guru kesulitan memilih media yang tepat dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, sehingga penggunaan media pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial belum optimal. Guru hanya menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan materi, sedangkan siswa hanya mencatat dan meringkas materi yang dipelajari. Banyaknya materi Ilmu Pengetahuan Sosial yang disampaikan guru kepada siswa menjadikan materi Ilmu Pengetahuan Sosial sulit dipahami oleh siswa. Siswa juga merasa bosan karena materi yang dipelajari tersebut sangat banyak dan bersifat abstrak. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan Ilmu 6 Pengetahuan Sosial berasal dari guru, materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dan dari rendahnya minat siswa. Hasil observasi ini juga didukung hasil observasi lanjutan yang dilakukan peneliti pada tanggal 8-9 April 2015 di kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta. Observasi yang dilakukan peneliti dilaksanakan selama dua hari karena peneliti ingin mengetahui perbandingan minat belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan mata pelajaran lainnya. Pada hari pertama, peneliti melakukan observasi pada proses pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada hari kedua, peneliti melakukan observasi pada proses pembelajaran Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran keempat mata pelajaran tersebut, minat belajar siswa paling rendah terlihat pada saat proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Minat belajar siswa yang rendah bisa dilihat dari kurangnya perhatian siswa pada saat guru menjelaskan, siswa hanya mendengarkan apa yang dijelaskan guru dan rendahnya partisipasi siswa pada saat pembelajaran. Pada pembelajaran Matematika, minat belajar para siswa cukup tinggi terlihat dari aktifnya siswa untuk bertanya pada guru sehingga terjalin komunikasi dua arah selama proses pembelajaran. Siswa terlihat sangat memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan materi sehingga terlihat suasana kelas yang kondusif. Pada saat guru menugaskan siswa untuk mengerjakan soal, siswa terlihat antusias dan aktif bertanya kepada guru mengenai materi pelajaran. Sedangkan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan 7 Alam, guru telah menggunakan media pembelajaran yang menarik perhatian siswa yaitu media gambar. Dengan media ini siswa terlihat tertarik memperhatikan guru pada saat menjelaskan. Aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ini cukup tinggi. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia siswa sangat aktif menjawab pertanyaan dari guru. Dalam kegiatan pembelajaran, guru juga sudah memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan materi yang dipelajari. Hal ini berbeda dengan kegiatan belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dimana komunikasi lebih terlihat bersifat satu arah, atau berpusat pada guru. Guru menjelaskan pelajaran dengan ceramah, sedangkan siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Adanya komunikasi yang bersifat satu arah menjadikan siswa pasif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Perhatian siswa pada materi yang disampaikan guru pun terlihat sangat kurang. Tidak jarang pula aktivitas tanya jawab yang terjadi terkesan dipaksakan, misalnya siswa mau menjawab pertanyaan dari guru apabila sudah mendapat perintah atau ditunjuk oleh gurunya. Hal tersebut menyebabkan aktivitas belajar siswa rendah, sehingga siswa hanya dijadikan objek pembelajaran bukan subjek dalam pembelajaran. Selain itu, selama proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial guru juga tidak menggunakan media pembelajaran secara optimal. Siswa hanya menggunakan buku paket sebagai sumber belajar. Padahal, penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat menarik perhatian siswa dan dapat menjadi perantara bagi guru untuk menjelaskan materi pelajaran. Namun, 8 tidak digunakannya media pembelajaran menjadikan siswa kurang tertarik dan kurang menimbulkan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan. Berdasarkan hasil observasi tersebut, penulis menganggap bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan pembelajaran yang mengalami permasalahan dibandingkan dengan pembelajaran pada mata pelajaran yang lain. Oleh sebab itu, penulis menganggap bahwa permasalahan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus diatasi, yaitu dengan meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Rendahnya minat siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menjadikan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran berkurang, sehingga berdampak terhadap rendahnya nilai yang diperoleh siswa. Nilai sebagian siswa, yaitu 17 siswa dari 29 siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya materi pokok permasalahan sosial masih belum memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal KKM. Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman materi yang dimiliki siswa masih kurang akibat kurangnya perhatian siswa terhadap materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat belajar adalah penggunaan media gambar puzzle. Penggunaan media gambar puzzle akan dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial karena siswa dapat terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Ni Putu Sriastuti dkk 2014: 8 menyatakan bahwa penggunaan media puzzle selain menyenangkan juga dapat menarik minat anak untuk belajar guna 9 meningkatkan kemampuan kognitifnya. Media puzzle ini sangat cocok dengan anak usia Sekolah Dasar, dimana pada usia ini anak memiliki ketertarikan yang besar dengan permainan games. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Suryobroto dalam Syaiful Bhari Djamarah 2008: 124 bahwa pada masa Sekolah Dasar anak memiliki ketertarikan yang besar terhadap permainan. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media puzzle dapat dilakukan dengan cara guru mengelompokkan siswa terlebih dahulu. Guru kemudian menyediakan potongan-potongan gambar puzzle mengenai permasalahan sosial yang ada di daerahnya seperti masalah sampah, pengangguran, kemacetan lalu lintas, putus sekolah dan sebagainya. Potongan gambar tersebut harus disusun kelompok siswa menjadi satu gambar yang utuh. Guru kemudian mengajak siswa untuk mengamati gambar yang sudah disusun sendiri dan mengajak siswa untuk menceritakan gambar puzzle tersebut. Selain bercerita mengenai puzzle, siswa juga diberikan tugas untuk mencari apa saja dampak yang ditimbulkan dari permasalahan sosial tersebut. Minat belajar siswa anak Sekolah Dasar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial cenderung lebih rendah. Hal ini disebabkan karena materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang cakupannya cukup luas, selain itu proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial lebih banyak menggunakan metode ceramah karena guru kurang mengembangkan metode yang lain dalam proses pembelajaran. Dengan minat yang tinggi akan melahirkan siswa –siswa yang berprestasi dan meningkatkan hasil belajar terutama pada 10 mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, sehingga akan berpengaruh pada hasil belajar yang diraih siswa. Salah satu upaya meningkatkan minat belajar siswa adalah dengan penggunaan media puzzle. Media puzzle dipilih karena media ini dapat mengajak anak usia Sekolah Dasar yang masih tertarik dengan permainan untuk dapat belajar sambil bermain sehingga dapat meningkatkan minat anak dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Minat Belajar IPS Materi Permasalahan Sosial di Daerahnya pada Siswa Kelas IV dengan Media Gambar Puzzle di SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta”.

B. Identifikasi Masalah