UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR IPS (MATERI PERMASALAHAN SOSIAL DI DAERAHNYA) SISWA KELAS IV DENGAN MEDIA GAMBAR PUZZLE DI SDN SINDUADI 1 SLEMAN YOGYAKARTA.
UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR IPS (MATERI PERMASALAHAN SOSIAL DI DAERAHNYA)
SISWA KELAS IV DENGAN MEDIA GAMBAR PUZZLE DI SDN SINDUADI 1 SLEMAN YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Untuk
Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh
Wahyu Aji Saputra NIM 09108244093
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
(2)
(3)
(4)
(5)
MOTTO
Pendidikan bukanlah sesuatu yang diterima, melainkan sesuatu yang didapat. (Penulis)
Tujuan utama pendidikan bukanlah ilmu, tetapi aksi atau tindakan. (Penulis)
Keberhasilan bukan dilihat dari hasil yang diperoleh, melainkan upaya yang dilakukan seseorang untuk meraih hasil tersebut.
(6)
PERSEMBAHAN
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusunan Tugas Akhir Skripsi
dapat terselesaikan dengan baik.
Karya ini sebagai ungkapan terima kasih untuk:
Bapak dan Ibu yang selalu setia memberikan doa, kasih sayang, dorongan, bimbingan, serta pengorbanan yang tidak dapat
saya membalasnya sampai kapanpun.
(7)
UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR IPS (MATERI PERMASALAHAN SOSIAL DI DAERAHNYA)
SISWA KELAS IV DENGAN MEDIA GAMBAR PUZZLE DI SDN SINDUADI 1 SLEMAN YOGYAKARTA
Oleh
Wahyu Aji Saputra NIM 09108244093
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (materi permasalahan sosial di daerahnya) dengan media gambar puzzle di SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta.
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) yang dilakukan dengan dua siklus dimana masing-masing siklus terdiri dari dua pertemuan. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 29 siswa. Sedangkan objek dalam penelitian ini minat belajar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Desain penelitian mengacu pada model Kemmis dan McTaggart. Metode pengumpulan data menggunakan 1) observasi, dan 2) angket. Teknik penentuan kualitas instrumen menggunakan expert judgement atau pendapat para ahli. Teknik analisis data yang digunakan dengan analisis kuantitatif dan kualitatif. Kriteria keberhasilan yang digunakan apabila 75% siswa memiliki minat belajar dengan kategori minimal baik.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa minat belajar siswa dapat meningkat dengan adanya penggunaan media gambar puzzle. Persentase jumlah siswa yang memperoleh nilai minat belajar siswa masuk kriteria minimal baik dan tuntas pada kondisi awal sebanyak 12 siswa atau 41,38%, pada siklus I sebanyak 19 siswa atau 65,52% dan pada siklus II sebanyak 25 siswa atau 86,21%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa media gambar puzzle dapat mengajak siswa untuk belajar sambil bermain secara berkelompok sehingga media ini sesuai dengan karakteristik siswa kelas IV Sekolah Dasar yang cenderung gemar membentuk kelompok-kelompok bermain. Dengan demikian, pembelajaran IPS menjadi lebih menyenangkan dan materi yang permasalahan sosial yang cenderung bersifat abstrak lebih mudah dipahami oleh siswa dengan bantuan gambar puzzle.
(8)
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke kehadirat Allah SWT., yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga Skripsi dengan judul “Upaya Meningkatkan Minat Belajar IPS (Materi Permasalahan Sosial di Daerahnya) Siswa Kelas IV dengan Media Gambar Puzzle di SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta” dapat disusun dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD).
Skripsi ini dapat penulis selesaikan dengan baik atas bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kebijakan pada penulis untuk menempuh studi di Universitas Negeri Yogyakarta.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta beserta stafnya yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian ini.
3. Ketua Jurusan Pendidikan Sekolah Dasar yang telah memberikan kemudahan dalam pelaksanaan penelitian dan penyusunan skripsi ini.
4. Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi. 5. Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dalam penyusunan skripsi. 6. Penguji utama yang telah menguji dan memberikan masukan untuk perbaikan
skripsi.
7. Kepala Sekolah Dasar Negeri Sinduadi 1 Sleman yang telah memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian.
8. Guru kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sinduadi 1 Sleman yang telah membantu selama penelitian berlangsung sehingga dapat diselesaikan dengan baik.
9. Seluruh siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri Sinduadi 1 Sleman yang telah membantu dalam penelitian sehingga dapat berjalan dengan lancar.
(9)
10. Seluruh warga Sekolah Dasar Negeri Sinduadi 1 Sleman yang telah membantu dalam penelitian sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
11. Dosen Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mengajar dan memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada peneliti.
12. Staf Tata Usaha Fakultas Ilmu Pendidikan atas segala informasi dan pelayanan yang telah diberikan dengan baik.
13. Staf Perpustakaan UPT Universitas Negeri Yogyakarta, Perpustakaan Fakultas Ilmu Pendidikan, dan Perpustakaan Kampus II yang telah melayani dan memberikan informasi sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
14. Keluarga dan saudara yang selalu memberikan motivasi dan doa sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.
15. Sahabat yang selalu memberikan dukungan semangat dalam proses pengerjaan skripsi ini.
16. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.
Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan pengetahuan khususnya dalam bidang pendidikan. Semoga amal baik dan bantuan yang telah diberikan baik berupa dukungan moral maupun materiil akan mendapatkan balasan dari Allah SWT. Semoga Allah SWT. selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua. Amin.
Yogyakarta, Penulis
(10)
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
ABSTRAK ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Identifikasi Masalah ... 10
C. Pembatasan Masalah ... 11
D. Perumusan Masalah ... 11
E. Tujuan Penelitian ... 11
F. Manfaat Penelitian ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 13
A. Kajian Teori ... 13
1. Kajian tentang Minat Belajar ... 13
2. Kajian tantang Ilmu Pengetahuan Sosial ... 23
3. Kajian tentang Media Pembelajaran ... 29
4. Kajian tentang Media Gambar Puzzle ... 33
5. Kajian tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar ... 38
B. Kerangka Pikir ... 40
(11)
D. Hipotesis Tindakan ... 44
BAB III METODE PENELITIAN ... 45
A. Jenis Penelitian ... 45
B. Setting Penelitian ... 45
C. Subjek dan Objek Penelitian ... 46
D. Desain Penelitian ... 46
E. Teknik Pengumpulan Data ... 50
F. Instrumen Penelitian ... 52
G. Validitas Instrumen ... 55
H. Teknik Analisis Data ... 56
I. Kriteria Keberhasilan ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58
A. Hasil Penelitian ... 58
1. Deksripsi Lokasi Penelitian ... 58
2. Deskripsi Kondisi Awal ... 61
3. Deskripsi Pelaksanaan Siklus I ... 64
4. Deskripsi Pelaksanaan Siklus II ... 79
B. Pembahasan ... 96
1. Siklus I ... 96
2. Siklus II ... 97
C. Keterbatasan Penelitian ... 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 102
A. Kesimpulan ... 102
B. Saran ... 102
DAFTAR PUSTAKA ... 104
(12)
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas IV SD ... 28
2. Kisi-kisi Observasi Minat Siswa dalam Pembelajaran IPS di Kelas ... 52
3. Kisi-kisi Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 54
4. Kisi-Kisi Skala Minat Belajar IPS ... 55
5. Konversi Data Kuantitatif ke Data Kualitatif dengan Skala 4 ... 56
6. Perkembangan Jumlah Siswa ... 60
7. Hasil Angket Tentang Minat Belajar IPS Kelas IV Pratindakan ... 62
8. Rekapitulasi Minat Belajar IPS Siswa kelas IV SDN Sinduadi 1 Pratindakan ... 63
9. Hasil Angket Tentang Minat Belajar IPS Kelas IV Siklus I ... 72
10.Rekapitulasi Minat Belajar IPS Siswa Siklus I ... 73
11.Hasil Observasi Tentang Rata-rata Aktivitas Siswa Siklus I ... 76
12.Hasil Angket Tentang Minat Belajar IPS Kelas IV Siklus II ... 89
13.Rekapitulasi Minat Belajar IPS Siswa Siklus II ... 90
(13)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Pikir ... 42 2. Proses Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan McTaggart ... 47
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Izin Penelitian FIP ... 108
2. Surat Keterangan Kepala Sekolah ... 109
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 110
4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 116
5. Hasil Angket Minat Belajar Siswa pada Kondisi Awal ... 124
6. Hasil Angket Minat Belajar Siswa pada Siklus I ... 125
7. Hasil Angket Minat Belajar Siswa pada Siklus II ... 126
8. Perkembangan Minat Belajar IPS Siswa Berdasarkan Angket ... 127
9. Hasil Observasi Minat Belajar Siswa pada Siklus I ... 128
10.Hasil Observasi Minat Belajar Siswa pada Siklus II ... 129
11.Perhitungan Kategori Data Angket dan Observasi ... 130
12.Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Guru Siklus I ... 131
13.Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Guru Siklus II ... 132
14.Peningkatan Minat Belajar Siswa Berdasarkan Pengamatan ... 133
(15)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kualitas pendidikan perlu ditingkatkan untuk mencapai sasaran pembangunan nasional. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas proses pembelajaran di kelas yaitu mewujudkan tujuan pembelajaran dengan menciptakan keberhasilan belajar siswa. Slameto (2010: 54) menjelaskan bahwa keberhasilan belajar siswa dipengaruhi oleh faktor eksternal sebagai faktor di luar diri siswa, misalnya metode belajar, kurikulum, serta sarana yang menunjang keberhasilan siswa dalam belajar dan faktor internal sebagai faktor-faktor dari dalam diri siswa yaitu kondisi fisik dan panca indera, serta faktor psikologi yaitu bakat, minat, kecerdasan, motivasi, dan kemampuan kognitif.
Minat merupakan dorongan dalam diri seseorang atau faktor yang menimbulkan perhatian secara selektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan yang lama kelamaan akan mendatangkan kepuasan. Oleh karena itu antara dorongan, perhatian dan rasa senang pada suatu kegiatan saling berkaitan dengan faktor yang menimbulkan minat. Apabila minat siswa dalam belajar rendah, maka dapat menimbulkan rasa bosan terhadap suatu kegiatan.
Pengembangan minat dan kebiasaan belajar yang baik harus terus ditumbuhkan dalam diri siswa sedini mungkin agar keberhasilan pembelajaran dapat tercapai seperti yang diharapkan. Siswa harus memiliki
(16)
minat terhadap suatu materi pelajaran sehingga siswa akan memusatkan perhatiannya pada materi pelajaran. Dalam belajar, pemusatan perhatian diperlukan agar apa yang dipelajari dapat dipahami sehingga siswa mau belajar lebih giat dan dapat mencapai prestasi yang diinginkan (Muhibin Syah, 2008: 136). Sesuai yang dikemukakan oleh Syaiful Bhari Djamarah (2011: 148) bahwa dalam proses belajar, minat sangat diperlukan, sebab seseorang yang tidak mempunyai minat dalam belajar, tak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Minat bukan saja dapat mempengaruhi tingkah laku seseorang, tapi juga dapat mendorong orang untuk tetap melakukan sesuatu. Dalam hal ini minat merupakan landasan penting bagi seseorang untuk melakukan dan memperoleh sesuatu.
Hal itu sejalan dengan yang dikatakan oleh Nasution (1998: 58) bahwa pelajaran akan berjalan lancar apabila ada minat. Dalam kegiatan belajar, minat mempunyai peranan yang sangat penting. Bila seorang siswa tidak memiliki minat dan perhatian yang besar terhadap objek yang dipelajari maka sulit diharapkan siswa tersebut akan tekun dan memperoleh hasil yang baik dari belajarnya. Sebaliknya, apabila siswa tersebut belajar dengan minat dan perhatian besar terhadap objek yang dipelajari, maka hasil yang diperoleh lebih baik.
Faktor penyebab rendahnya minat belajar siswa dapat berasal dari faktor internal dan faktor eksternal siswa tersebut seperti dari guru. Dalam diri siswa, penyebab rendahnya minat dapat dikarenakan kurangnya motivasi diri dalam belajar. Sesuai yang dijelaskan D.P. Tampubolon (1993: 41), minat merupakan
(17)
“perpaduan antara keinginan dan kemampuan yang dapat berkembang jika ada motivasi”. Apabila motivasi siswa dalam belajar rendah maka tentunya minat
siswa juga akan rendah. Strategi guru dalam mengajar juga dapat menjadi penyebab rendahnya minat belajar siswa. Strategi pembelajaran yang hanya menggunakan metode ceramah dan tanpa menggunakan media akan membuat suasana belajar menjadi membosankan dan monoton. Suasana belajar yang membosankan dan monoton ini akan menurunkan minat siswa untuk memperhatikan guru.
Upaya meningkatkan minat siswa dapat dilakukan dengan cara guru menyampaikan materi pelajaran dengan strategi pembelajaran yang lebih menarik. Strategi pembelajaran meliputi metode pembelajaran dan media pembelajaran. Metode pembelajaran merupakan cara yang digunakan guru dalam menyampaikan materi ke siswa, agar penyampaian materi tersebut lebih mudah diterima dan dipahami siswa diperlukan media pembelajaran. W. Gulo (2008: 9) berpendapat bahwa media pembelajaran berpengaruh terhadap proses pembelajaran yang terarah. Media pembelajaran berfungsi sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar agar siswa mampu memahami konsep yang dipelajari. Pemakaian media dalam pembelajaran dapat menjadi alat bantu bagi guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Hal ini disebabkan karena proses pembelajaran merupakan proses komunikasi yang melibatkan tiga komponen pokok, yaitu komponen pengirim pesan (guru), komponen penerima pesan (siswa) dan komponen pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Dalam proses pembelajaran terkadang terjadi kegagalan komunikasi. Artinya, siswa tidak dapat menerima materi pelajaran yang
(18)
disampaikan guru secara optimal. Sehingga, guru dapat memanfaatkan media pembelajaran untuk menghindari hal tersebut.
Menurut Hamalik (Azhar Arsyad, 2011: 15), pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Penggunaan media pembelajaran dapat menarik perhatian siswa. Hal ini disebabkan karena penggunaan media pembelajaran dapat menyajikan bahan pelajaran yang bersifat abstrak menjadi konkret sehingga mudah dipahami siswa. Penggunaan media pembelajaran juga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Penggunaan media pembelajaran akan dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar karena siswa dapat terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Media gambar puzzle merupakan media pembelajaran yang dapat menyajikan materi abstrak menjadi lebih konkret. Media gambar puzzle merupakan media gambar permainan merangkai potongan-potongan gambar yang berantakan menjadi suatu gambar yang utuh. Media gambar puzzle dapat meningkatkan minat belajar siswa karena media ini mengajak siswa agar tidak diam saja melainkan bergerak aktif untuk merangkai puzzle tersebut, selain itu media ini mengajak siswa untuk berpikir kreatif.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta pada tanggal 23-25 Mei 2014, minat siswa kelas IV terhadap materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih rendah.
(19)
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial cenderung menitikberatkan pada penguasaan hafalan, proses pembelajaran yang terpusat pada guru dan situasi tidak kondusif yang membosankan siswa. Hal tersebut menyebabkan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi kurang bermakna sehingga perhatian siswa terhadap pelajaran menjadi rendah. Hal ini menunjukkan minat siswa kelas IV terhadap materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih terlihat rendah. Sebagian besar siswa terlihat tidak memperhatikan penjelasan dari guru melainkan melakukan aktivitas lain seperti berbicara dengan teman sebangkunya dan menggambar ketika guru menjelaskan materi. Selain itu, ketika guru meminta siswa untuk mengerjakan soal, beberapa siswa terlihat bercanda dengan teman sebangkunya dan tidak mengerjakan soal-soal dengan serius.
Permasalahan lain terkait dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta adalah permasalahan yang dialami oleh guru. Guru kesulitan memilih media yang tepat dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, sehingga penggunaan media pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial belum optimal. Guru hanya menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan materi, sedangkan siswa hanya mencatat dan meringkas materi yang dipelajari. Banyaknya materi Ilmu Pengetahuan Sosial yang disampaikan guru kepada siswa menjadikan materi Ilmu Pengetahuan Sosial sulit dipahami oleh siswa. Siswa juga merasa bosan karena materi yang dipelajari tersebut sangat banyak dan bersifat abstrak. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan Ilmu
(20)
Pengetahuan Sosial berasal dari guru, materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dan dari rendahnya minat siswa.
Hasil observasi ini juga didukung hasil observasi lanjutan yang dilakukan peneliti pada tanggal 8-9 April 2015 di kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta. Observasi yang dilakukan peneliti dilaksanakan selama dua hari karena peneliti ingin mengetahui perbandingan minat belajar siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan mata pelajaran lainnya. Pada hari pertama, peneliti melakukan observasi pada proses pembelajaran Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Pada hari kedua, peneliti melakukan observasi pada proses pembelajaran Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Sosial. Berdasarkan hasil pengamatan terhadap proses pembelajaran keempat mata pelajaran tersebut, minat belajar siswa paling rendah terlihat pada saat proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Minat belajar siswa yang rendah bisa dilihat dari kurangnya perhatian siswa pada saat guru menjelaskan, siswa hanya mendengarkan apa yang dijelaskan guru dan rendahnya partisipasi siswa pada saat pembelajaran.
Pada pembelajaran Matematika, minat belajar para siswa cukup tinggi terlihat dari aktifnya siswa untuk bertanya pada guru sehingga terjalin komunikasi dua arah selama proses pembelajaran. Siswa terlihat sangat memperhatikan ketika guru sedang menjelaskan materi sehingga terlihat suasana kelas yang kondusif. Pada saat guru menugaskan siswa untuk mengerjakan soal, siswa terlihat antusias dan aktif bertanya kepada guru mengenai materi pelajaran. Sedangkan pada pembelajaran Ilmu Pengetahuan
(21)
Alam, guru telah menggunakan media pembelajaran yang menarik perhatian siswa yaitu media gambar. Dengan media ini siswa terlihat tertarik memperhatikan guru pada saat menjelaskan.
Aktivitas siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia ini cukup tinggi. Pada pembelajaran Bahasa Indonesia siswa sangat aktif menjawab pertanyaan dari guru. Dalam kegiatan pembelajaran, guru juga sudah memberikan contoh nyata dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan materi yang dipelajari. Hal ini berbeda dengan kegiatan belajar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dimana komunikasi lebih terlihat bersifat satu arah, atau berpusat pada guru. Guru menjelaskan pelajaran dengan ceramah, sedangkan siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Adanya komunikasi yang bersifat satu arah menjadikan siswa pasif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Perhatian siswa pada materi yang disampaikan guru pun terlihat sangat kurang. Tidak jarang pula aktivitas tanya jawab yang terjadi terkesan dipaksakan, misalnya siswa mau menjawab pertanyaan dari guru apabila sudah mendapat perintah atau ditunjuk oleh gurunya. Hal tersebut menyebabkan aktivitas belajar siswa rendah, sehingga siswa hanya dijadikan objek pembelajaran bukan subjek dalam pembelajaran.
Selain itu, selama proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial guru juga tidak menggunakan media pembelajaran secara optimal. Siswa hanya menggunakan buku paket sebagai sumber belajar. Padahal, penggunaan media pembelajaran yang tepat dapat menarik perhatian siswa dan dapat menjadi perantara bagi guru untuk menjelaskan materi pelajaran. Namun,
(22)
tidak digunakannya media pembelajaran menjadikan siswa kurang tertarik dan kurang menimbulkan perhatian siswa terhadap materi yang disampaikan. Berdasarkan hasil observasi tersebut, penulis menganggap bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan pembelajaran yang mengalami permasalahan dibandingkan dengan pembelajaran pada mata pelajaran yang lain. Oleh sebab itu, penulis menganggap bahwa permasalahan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial harus diatasi, yaitu dengan meningkatkan minat siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Rendahnya minat siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menjadikan perhatian siswa terhadap proses pembelajaran berkurang, sehingga berdampak terhadap rendahnya nilai yang diperoleh siswa. Nilai sebagian siswa, yaitu 17 siswa dari 29 siswa pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial khususnya materi pokok permasalahan sosial masih belum memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman materi yang dimiliki siswa masih kurang akibat kurangnya perhatian siswa terhadap materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan minat belajar adalah penggunaan media gambar puzzle. Penggunaan media gambar puzzle akan dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial karena siswa dapat terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Ni Putu Sriastuti dkk (2014: 8) menyatakan bahwa penggunaan media puzzle selain menyenangkan juga dapat menarik minat anak untuk belajar guna
(23)
meningkatkan kemampuan kognitifnya. Media puzzle ini sangat cocok dengan anak usia Sekolah Dasar, dimana pada usia ini anak memiliki ketertarikan yang besar dengan permainan/ games. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Suryobroto dalam Syaiful Bhari Djamarah (2008: 124) bahwa pada masa Sekolah Dasar anak memiliki ketertarikan yang besar terhadap permainan.
Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media puzzle dapat dilakukan dengan cara guru mengelompokkan siswa terlebih dahulu. Guru kemudian menyediakan potongan-potongan gambar puzzle mengenai permasalahan sosial yang ada di daerahnya seperti masalah sampah, pengangguran, kemacetan lalu lintas, putus sekolah dan sebagainya. Potongan gambar tersebut harus disusun kelompok siswa menjadi satu gambar yang utuh. Guru kemudian mengajak siswa untuk mengamati gambar yang sudah disusun sendiri dan mengajak siswa untuk menceritakan gambar puzzle tersebut. Selain bercerita mengenai puzzle, siswa juga diberikan tugas untuk mencari apa saja dampak yang ditimbulkan dari permasalahan sosial tersebut.
Minat belajar siswa anak Sekolah Dasar pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial cenderung lebih rendah. Hal ini disebabkan karena materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang cakupannya cukup luas, selain itu proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial lebih banyak menggunakan metode ceramah karena guru kurang mengembangkan metode yang lain dalam proses pembelajaran. Dengan minat yang tinggi akan melahirkan siswa–siswa yang berprestasi dan meningkatkan hasil belajar terutama pada
(24)
mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, sehingga akan berpengaruh pada hasil belajar yang diraih siswa. Salah satu upaya meningkatkan minat belajar siswa adalah dengan penggunaan media puzzle. Media puzzle dipilih karena media ini dapat mengajak anak usia Sekolah Dasar yang masih tertarik dengan permainan untuk dapat belajar sambil bermain sehingga dapat meningkatkan minat anak dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.
Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Upaya Meningkatkan Minat Belajar IPS (Materi Permasalahan Sosial di Daerahnya) pada Siswa Kelas IV dengan Media Gambar Puzzle di SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka dapat diidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Kurangnya minat siswa mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial yang ditunjukkan dengan kurangnya perhatian siswa selama proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
2. Komunikasi antara guru dan siswa lebih berpusat pada guru, sehingga siswa pasif dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
3. Guru kurang mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
(25)
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas terdapat masalah yang kompleks, sehingga tidak semua masalah diteliti. Agar kajian lebih fokus dan mendalam, penelitian ini dibatasi pada poin nomor 1 yaitu rendahnya minat siswa kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta dalam mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah tersebut, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimanakah meningkatkan minat belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (materi permasalahan sosial di daerahnya) dengan media gambar puzzle di SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan minat belajar siswa kelas IV pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (materi permasalahan sosial di daerahnya) dengan media gambar puzzle di SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta.
F. Manfaat Penelitian
Secara garis besar hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat sebagai berikut:
(26)
1. Manfaat Praktis
a) Bagi Kepala Sekolah
Menjadi masukan bagi kepala sekolah dalam memberikan arahan kepada guru-guru untuk menggunakan media pembelajaran secara optimal dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
b) Bagi Guru
Menjadi masukan bagi guru untuk menggunakan media gambar puzzle sebagai media alternatif dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial guna meningkatkan minat siswa dalam belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.
c) Bagi Siswa
Meningkatkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
2. Manfaat Teoritis
a) Memberikan tambahan pengetahuan dalam minat siswa terhadap pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial Sekolah Dasar.
b) Menambah wawasan tentang penggunaan media pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
(27)
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Kajian tentang Minat Belajar a. Pengertian Minat Belajar
Bimo Walgito (1981: 38) menyatakan bahwa minat adalah suatu keadaan di mana seseorang mempunyai perhatian terhadap suatu hal dengan disertai suatu keinginan untuk mengetahui dan mempelajari maupun membuktikannya lebih lanjut tentang obyek tertentu dengan pengertian adanya kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif terhadap suatu obyek tersebut. Hal tersebut juga dikemukakan oleh Crow and Crow (dalam Imam Muchoyar, 1991: 38) bahwa minat adalah “sebagai kekuatan pendorong (motivating force) yang menyebabkan individu memberikan perhatian kepada seseorang, sesuatu hal atau terhadap suatu aktivitas tertentu.”
Definisi secara sederhana diberikan oleh Muhibbin Syah (2008: 136) yang mendefinisikan bahwa “Minat (interest) berarti kecenderungan atau kegairahan yang tinggi atau keinginan yangbesar terhadap sesuatu.” Begitu pula dengan Slameto (2010: 180) yang menyatakan bahwa “Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat dalam diri individu untuk tertarik pada suatu objek atau menyenangi suatu objek.”
(28)
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas, minat mengandung unsur perhatian, kekuatan pendorong, kegairahan tinggi dan rasa ketertarikan terhadap suatu objek. Minat adalah kecenderungan seseorang terhadap obyek atau sesuatu kegiatan yang digemari yang disertai dengan perasaan senang, adanya perhatian, dan keaktifan berbuat. Minat dianggap sebagai respon yang sadar, sebab jika tidak demikian, minat tidak akan mempunyai arti apa-apa. Dalam unsur kognisi maksudnya adalah minat itu didahului oleh pengetahuan dan informasi mengenai obyek yang dituju oleh minat tersebut, ada unsur emosi karena dalam partisipasi atau pengalaman itu disertai oleh perasaan tertentu, seperti rasa senang, sedangkan unsur konasi merupakan kelanjutan dari unsur kognisi. Ketiga unsur inilah yang diwujudkan dalam bentuk kemauan dan hasrat untuk melakukan suatu kegiatan.
Belajar telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bagi seorang pelajar, belajar merupakan sebuah kewajiban. Beberapa ahli mengemukakan pengertian belajar dalam memberikan gambaran tentang pengertian belajar. Reber mendefinisikan belajar dalam 2 pengertian. Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua, belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng sebagai hasil latihan yang diperkuat. Sejalan dengan pengertian tersebut, Sugiharto mendefinisikan belajar lebih rinci, dimana “belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku
(29)
sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya” (Sugihartono, 2007: 74).
Pendapat tersebut diperkuat oleh Slameto (2010: 2) yang mendefinisikan “belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seeorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Santrock dan Yussen (Sugihartono, 2007: 74) mendefinisikan “belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Pengalaman ini terjadi melalui interaksi antara individu dengan lingkungannya.”
Berdasarkan berbagai pendapat mengenai pengertian belajar dari beberapa ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa sebenarnya ada beberapa kata kunci di balik definisi kata belajar, yaitu perubahan, pengetahuan, perilaku, pribadi, permanen dan pengalaman. Jika dirumuskan maka belajar merupakan aktivitas atau pengalaman yang menghasilkan perubahan pengetahuan, perilaku dan pribadi yang bersifat permanen.
Berdasarkan pengertian minat dan pengertian belajar seperti diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa minat belajar adalah suatu kegiatan atau kemauan seperti perhatian dan keaktifan yang disengaja melahirkan rasa senang dalam perubahan tingkah laku, baik berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan. Minat belajar adalah suatu penerimaan hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri.
(30)
Seseorang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tertentu (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 31). Pendapat lain menyatakan bahwa minat belajar adalah kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu yang ingin dicapai (Syah M., 2006: 19). Minat belajar adalah salah satu bentuk keaktifan seseorang yang mendorong untuk melakukan serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dalam lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik. Minat belajar dapat menimbulkan perhatian, rasa suka dan rasa ketertarikan seseorang (siswa) terhadap belajar yang ditunjukkan dengan adanya partisipasi, keinginan siswa untuk belajar dengan baik dan perhatian siswa dalam materi pelajaran secara aktif dan serius.
Minat sangat erat hubungannya dengan aktivitas belajar. Aktivitas belajar tanpa minat akan terasa menjemukan. Namun dalam kenyataannya tidak semua aktivitas belajar siswa didorong oleh faktor minatnya sendiri. Beberapa siswa mengembangkan minatnya terhadap materi pelajaran dikarenakan pengaruh dari guru, teman, dan orang tuanya. Oleh sebab itu, sudah menjadi kewajiban dan tanggung jawab sekolah untuk menciptakan situasi dan kondisi yang bisa merangsang minat siswa terhadap belajar. Dengan kata lain, minat belajar itu mempunyai ketergantungan pada faktor internal seseorang (siswa)
(31)
seperti perhatian, kemauan dan kebutuhan terhadap belajar yang ditunjukkan melalui keantusiasan, partisipasi dan keaktifan dalam belajar.
Peranan minat dalam proses belajar mengajar adalah untuk pemusatan pemikiran dan juga untuk menimbulkan kegembiraan dalam usaha belajar. Misalnya adalah adanya kegairahan hati yang dapat memperbesar daya kemampuan belajar dan juga membantu siswa tidak melupakan apa yang dipelajarinya. Belajar dengan penuh gairah dapat membuat rasa kepuasan dan kesenangan tersendiri. “Dalam hubungannya dengan pemusatan pemikiran, minat mempunyai peranan dalam memudahkan terciptanya pemusatan perhatian, dan mencegah gangguan perhatian dari luar” (The Liang Gie, 2004: 57). Oleh karena itu minat mempunyai pengaruh yang besar dalam belajar karena bila bahan pelajaran yang dipelajari tidak menarik minat siswa maka siswa tersebut tidak akan belajar dengan baik sebab tidak ada daya tarik baginya, sedangkan bila bahan pelajaran itu menarik minat siswa, maka siswa akan mudah dipelajari dan disimpan karena adanya minat sehingga menambah aktivitas belajar.
Fungsi minat dalam belajar lebih besar sebagai motivating force yaitu kekuatan yang mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima pelajaran, siswa hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk
(32)
terus tekun karena tidak ada pendorongnya. Oleh sebab itu, untuk memperoleh hasil belajar yang baik siswa harus mempunyai minat terhadap pelajaran sehingga akan mendorongnya untuk belajar.
Motivasi sangat diperlukan dalam proses belajar karena seseorang yang tidak mempunyai motivasi dalam belajar tidak akan mungkin melakukan aktivitas belajar. Hal ini merupakan pertanda bahwa sesuatu yang akan dikerjakan tersebut tidak menyentuh kebutuhannya. Oleh karena itu, apa yang seseorang lihat sudah tentu akan membangkitkan minatnya sejauh apa yang dia lihat mempunyai hubungan dengan kepentingannya sendiri. Jadi, motivasi merupakan dasar penggerak yang mendorong aktivitas belajar sehingga siswa berminat terhadap sesuatu objek, karena minat adalah alat motivasi dalam belajar.
b. Unsur-Unsur Minat Belajar
Reber (dalam Muhibin Syah, 1995: 136) mengemukakan bahwa “minat mempunyai ketergantungan pada faktor internal seperti perhatian, kemauan dan kebutuhan.” Berikut uraian mengenai komponen minat tersebut.
a) Perhatian
Perhatian penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik, dan hal ini akan berpengaruh terhadap minat siswa dalam belajar. Siswa yang melakukan aktivitas belajar disertai dengan perhatian yang intensif akan lebih sukses, serta prestasinya akan lebih tinggi. Orang yang menaruh minat pada suatu aktivitas akan memberikan perhatian
(33)
yang besar dan tidak segan mengorbankan waktu dan tenaga demi aktivitas tersebut.
Seorang siswa yang mempunyai perhatian terhadap suatu pelajaran pasti akan berusaha keras untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu dengan belajar. Oleh karena itu, guru harus selalu berusaha untuk menarik perhatian anak didiknya dengan cara mengajar yang menyenangkan agar perhatian siswa dapat muncul dengan sendirinya untuk lebih memperdalam pelajaran yang diajarkannya.
Beberapa indikator yang berhubungan dengan aspek perhatian dalam belajar ini diantaranya bertanya kepada guru, memperhatikan penjelasan guru, mencari sumber belajar di luar sekolah, konsentrasi dalam belajar, dan tidak melamun saat guru menerangkan pelajaran di depan kelas.
b) Kemauan
Kemauan yaitu kondisi dimana seorang siswa cenderung untuk melakukan suatu aktifitas tanpa adanya paksaan. Siswa yang memiliki keinginan kuat untuk mempelajari suatu hal, maka akan berusaha untuk mencari pengetahuan yang lebih terhadap sesuatu itu. Kondisi inilah yang menyebabkan adanya aktifitas belajar. Jika sejak awal siswa tidak ada kemauan untuk belajar, maka sulit baginya untuk memulai aktifitas belajar tersebut.
(34)
Beberapa indikator yang berhubungan dengan aspek kemauan ini di antaranya berusaha mengerjakan latihan walaupun sulit, tetap belajar walaupun guru tidak masuk mengajar, rajin membaca buku, mau mengerjakan soal latihan selain yang ditugaskan guru, dan bersemangat mengikuti pelajaran.
c) Kebutuhan
Kebutuhan ini hanya dapat dirasakan sendiri oleh seorang individu. Seorang individu melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Dalam hal ini motivasi sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar dan minat merupakan potensi psikologi yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi apabila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka siswa akan melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu.
Unsur-unsur dalam minat yang lain dikemukakan oleh Safari (2005: 111) yaitu:
a) Rasa Tertarik
Tertarik adalah merupakan awal dari individu menaruh minat, sehingga seseorang yang menaruh minat akan tertarik terlebih dahulu terhadap sesuatu. Ketertarikan yang dimaksud adalah ketertarikan terhadap pelajaran di kelas.
(35)
b) Perasaan Senang
Perasaan merupakan unsur yang tak kalah penting bagi anak didik terhadap pelajaran yang diajarkan oleh gurunya. Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu mata pelajaran, maka siswa tersebut akan terus mempelajari ilmu yang disenanginya. Tidak ada perasaan terpaksa pada siswa untuk mempelajari bidang tersebut.
c) Perhatian
Siswa yang menaruh minat pada suatu mata pelajaran akan memberikan perhatian yang besar. siswa akan menghabiskan banyak waktu dan tenaga untuk belajar mata pelajaran yang diminatinya. Siswa tersebut pasti akan berusaha keras untuk memperoleh nilai yang bagus yaitu dengan belajar.
d) Partisipasi
Partisipasi merupakan keikutsertaan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa yang mempunyai minat terhadap suatu pelajaran akan melibatkan dirinya dan berpartisipasi aktif dalam hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran yang diminatinya. Partisipasi siswa dalam proses pembelajaran bisa dilihat dari sikap siswa yang partisipatif. Siswa rajin bertanya dan mengemukakan pendapatnya. Selain itu, siswa selalu berusaha terlibat atau mengambil andil dalam setiap kegiatan.
(36)
e) Keinginan/ Kesadaran
Siswa yang mempunyai minat terhadap suatu pelajaran akan berusaha belajar dengan baik. Siswa mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi dan mempunyai kesadaran untuk belajar tanpa ada yang menyuruh dan memaksa.
Berdasarkan uraian tersebut, minat belajar mempunyai unsur-unsur perhatian, kemauan, kebutuhan, rasa tertarik, perasaan senang, partisipasi dan keinginan/kesadaran. Sedangkan unsur-unsur minat yang digunakan penelitian ini mengacu pada pendapat dari Safari (2005: 111) yaitu rasa tertarik, perasaan senang, perhatian, partisipasi, dan keinginan/ kesadaran.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Belajar
Minat pada hakekatnya merupakan sebab akibat dari pengalaman. “Minat berkembang sebagai hasil daripada suatu kegiatan dan akan menjadi sebab akan dipakai lagi dalam kegiatan yang sama” (Crow and Crow, 1973: 22). Faktor-faktor yang mempengaruhi minat adalah sebagai berikut:
a) The factor inner urge, yaitu rangsangan yang datang dari lingkungan atau ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan mudah menimbulkan minat.
b) The factor of sosial motive yaitu minat seseorang terhadap obyek atau sesuatu hal.
(37)
c) Emosional factor yaitu faktor perasaan dan emosi ini mempunyai pengaruh terhadap obyek.
Hal serupa juga dikatakan oleh Winawimala (2011) yang menyatakan bahwa “secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi minat siswa.” Faktor-faktor yang mempengaruhi minat siswa adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi keadaan tonus jasmani dan keadaan fungsi jasmani atau fisiologis. Faktor eksternal meliputi metode mengajar, media pembelajaran, penerapan disiplin, hubungan siswa dengan guru maupun teman, tugas rumah yang terlalu banyak, dan sarana dan prasarana. berdasarkan uraian tersebut, dapat diketahui bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa adalah media pembelajaran yang digunakan oleh guru. Hal ini sesuai dengan pendapat Mukminan dan Saliman (2008: 3), media pembelajaran yang dirancang secara baik dan kreatif dalam batas-batas tertentu akan dapat memperbesar kemungkinan siswa untuk belajar lebih banyak, mencamkan apa yang dipelajarinya lebih baik dan meningkatkan penampilan (performance) siswa dalam melakukan keterampilan-keterampilan tertentu sesuai dengan tujuan pembelajaran.
2. Kajian tentang Ilmu Pengetahuan Sosial a. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan di Sekolah Dasar yang mengkaji seperangkat peristiwa,
(38)
fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Memuat materi geografi, sejarah, sosiologi, dan ekonomi. Melalui mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, anak diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang baik, bertanggung jawab, serta demokratis.
Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran di Sekolah Dasar. Trianto (2010: 171) mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan integrasi berbagai cabang-cabang ilmu sosial seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum dan budaya. Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang ilmu sosial.
Wiyono (Tasrif, 2008: 2) mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Selanjutnya Depdiknas (Tasrif, 2008: 2) juga memberikan definisi Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai mata pelajaran yang mempelajari kehidupan sosial yang didasarkan pada bahan kajian geografi, ekonomi, sejarah, antropologi, sosiologi dan tata negara dengan menampilkan permasalahan sehari-hari.
b. Tujuan Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Tujuan pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan
(39)
diri sesuai dengan bakat, minat kemampuan dan lingkungannya serta berbagai bekal siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi (Trianto, 2010: 174). Selanjutnya Trianto (2010: 176) juga mengemukakan tujuan utama ilmu pengetahuan sosial adalah untuk mengembangkan potensi siswa agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya sendiri maupun yang menimpa masyarakat.
Sapriya (2009: 12) mengemukakan Ilmu Pengetahuan Sosial di tingkat Sekolah Dasar pada dasarnya bertujuan untuk mempersiapkan siswa sebagai warga negara yang menguasai pengetahuan (knowledges), ketrampilan (skills), sikap dan nilai (attitudes and values) yang dapat digunakan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah pribadi/ masalah sosial serta kemampuan mengambil keputusan dan berpartisipasi dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan agar menjadi warga negara yang baik. Berdasarkan UU Sisdiknas Pasal 37 disebutkan bahwa bahan kajian Ilmu Pengetahuan Sosial antara lain, ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan dan sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis siswa terhadap kondisi sosial masyarakat (Sapriya, 2009: 45)
Jadi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman,
(40)
ketrampilan, sikap, nilai dan analisis siswa terhadap masalah sosial sehingga siswa peka dan mampu mengatasi masalah sosial yang menimpa diri maupun masyarakatnya yang pada akhirnya akan menjadi seorang warga negara yang baik.
c. Manfaat Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar
1. Membekali siswa dengan pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya kelak di masyarakat.
2. Membekali siswa dengan kemampuan mengidentifikasi, menganalisis dan menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat.
3. Membekali siswa dengan kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai bidang keilmuan serta bidang keahlian.
4. Membekali siswa dengan kesadaran, sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut.
5. Membekali siswa dengan kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan Ilmu Pengetahuan Sosial sesuai dengan perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi.
(41)
d. Ruang Lingkup Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar
Tasrif (2008: 4) membagi ruang lingkup Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi beberapa aspek berikut:
1. Ditinjau dari ruang lingkup hubungan mencakup hubungan sosial, hubungan ekonomi, hubungan psikologi, hubungan budaya, hubungan sejarah, hubungan geografi, dan hubungan politik. 2. Ditinjau dari segi kelompoknya adalah dapat berupa keluarga, rukun
tetangga, kampung, warga desa, organisasi masyarakat dan bangsa. 3. Ditinjau dari tingkatannya meliputi tingkat lokal, regional dan
global.
4. Ditinjau dari lingkup interaksi dapat berupa kebudayaan, politik dan ekonomi
Sedangkan aspek-aspek dalam ruang lingkup mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial meliputi:
1. Manusia, Tempat, dan Lingkungan 2. Waktu, Keberlanjutan, dan Perubahan 3. Sistem Sosial dan Budaya
4. Perilaku Ekonomi dan Kesejahteraan
Ruang lingkup materi Ilmu Pengetahuan Sosial yang dipelajari siswa Sekolah Dasar tertuang dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang terdapat di dalam Kurikulum Tingkat
(42)
Satuan Pendidikan. Adapun Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial kelas IV SD adalah sebagai berikut: Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar IPS Kelas IV SD
Standar Kompetensi (SK) Kompetensi Dasar (KD) Semester 1
Memahami sejarah, kenampakan alam, dan keragaman suku bangsa di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi
1.1 Membaca peta lingkungan setempat (kabupaten/ kota, provinsi) dengan menggunakan skala sederhana
1.2 Mendeskripsikan kenampakan alam di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi serta
hubungannya dengan keragaman sosial dan budaya
1.3 Menunjukkan jenis dan persebaran sumber daya alam serta pemanfaatannya untuk kegiatan ekonomi di lingkungan setempat
1.4 Menghargai keragaman suku bangsa dan budaya setempat (kabupaten/ kota, provinsi)
1.5 Menghargai berbagai peninggalan sejarah di lingkungan setempat (kabupaten/ kota, provinsi) dan menjaga kelestariannya
1.6 Meneladani kepahlawanan dan patriotisme tokoh-tokoh Semester 2
Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi
2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya
2.2 Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat 2.3 Mengenal perkembangan
teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya
2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya
(43)
Standar Kompetensi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Standar Kompetensi semester 2 yaitu mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi, dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten/ kota dan provinsi. Sedangkan Kompetensi Dasar yang digunakan adalah Kompetensi Dasar 2.4 yaitu mengenal permasalahan sosial di daerahnya. Indikator pembelajaran dalam Kompetensi Dasar ini antara lain siswa dapat menjelaskan pengertian masalah sosial, menyebutkan jenis-jenis masalah sosial, dan menyebutkan dampak dari masalah sosial. Jenis-jenis permasalahan sosial di daerah antara lain sampah, kemacetan lalu lintas, putus sekolah, pengangguran, dan lain-lain. Munculnya berbagai masalah sosial akan berdampak terhadap kesehatan ketertiban dan ketentraman warga masyarakat. Dengan mengetahui dampak dari permasalahan sosial ini, siswa dapat mengenali permasalahan sosial yang ada di daerahnya dan mengetahui cara menanggulanginya. Kreatif dalam memecahkan masalah, percaya diri berbicara di hadapan umum dan mampu bekerja sama dengan teman dalam mengerjakan tugas dari guru merupakan sikap yang diharapkan muncul setelah kegiatan pembelajaran.
3. Kajian tentang Media Pembelajaran a. Pengertian Media Pembelajaran
Azhar Arsyad (2011: 3) mengemukakan bahwa media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara, atau pengantar. Secara khusus pengertian media dalam proses belajar
(44)
mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Sejalan dengan pendapat tersebut, Maman Suryaman (2012: 123) juga mengemukakan bahwa media pembelajaran dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar, sedangkan secara terminologis, media pembelajaran dapat diartikan sebagai seluruh perantara (dalam hal ini bahan atau alat) yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan beberapa pendapat ahli mengenai pengertian media pembelajaran, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan perantara atau pengantar yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b. Fungsi Media Pembelajaran
Menurut Azhar Arsyad (2011: 15) fungsi utama media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi, dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan oleh guru. Menurut Hamalik (dalam Azhar Arsyad, 2011) bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa.
Menurut Arif S. Sadiman, dkk (2011) menyebutkan bahwa kegunaan-kegunaan media pembelajaran yaitu memperjelas penyajian
(45)
pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis, mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, penggunaan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik, memberikan perangsang belajar yang sama, menyamakan pengalaman, dan menimbulkan persepsi yang sama.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai fungsi media, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran memiliki fungsi penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Media pembelajaran memiliki fungsi untuk semua mata pelajaran, termasuk dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial.
c. Jenis Media Pembelajaran
Maman Suryaman (2012: 135) mengemukakan bahwa media dapat diklasifikasikan berdasarkan sifatnya, jangkauannya, dan pemakaiannya. Media berdasarkan sifatnya meliputi media visual, media audio, dan media audio visual. Media visual hanya dapat dilihat, tanpa ada suara. Contoh dari media ini adalah foto dan gambar. Media audio visual menghasilkan suara dan gambar, karakteristik media ini ditunjang dengan gambaran kehidupan yang lebih nyata dan atraktif. Contoh media audiovisual adalah televisi, film, dan rekaman video.
Media berdasarkan jangkauannya meliputi media dalam jangkauan luas dan dalam jangkauan sempit. Media yang memungkinkan untuk digunakan adalah radio atau televisi. Kedua jenis media ini memiliki daya jangkau yang luas. Terdapat media
(46)
pembelajaran yang mudah dioperasikan oleh guru dan yang memerlukan pelatihan singkat agar guru dapat mengoperasikannya. Media-media seperti televisi, radio, tape recorder, video, gambar, grafik, bagan, foto, dan lukisan, mudah dioperasikan. Akan tetapi, media seperti film, film strip, transparasi, dan slide lebih sulit pengoperasiannya. Oleh karena itu, guru perlu mengikuti pelatihan singkat dengan ahlinya. Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran dapat digolongkan berdasarkan sifatnya, jangkauannya, dan pemakaiannya.
d. Media Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
Banyak jenis media yang dapat dipakai dalam kegiatan pembelajaran, termasuk didalamnya kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Menurut Mukminan dan Saliman (2008: 12), media yang dapat disiapkan dan dikembangkan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial antara lain media visual, media audio, sistem multimedia dan permainan/ simulasi.
Mukminan dan Saliman (2008: 13) menjelaskan media visual dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu gambar, diagram, serta model dan realita. Menurut Nana Sudjana (2007: 68), pengertian media gambar adalah media visual dalam bentuk grafis yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui suatu kombinasi pengungkapan kata-kata dan gambar-gambar. Sedangkan Azhar Arsyad (2011: 83), mengatakan bahwa media
(47)
gambar adalah berbagai objek yang dituangkan dalam bentuk gambar-gambar, garis, kata-kata maupun simbol-simbol. Menurut Oemar Hamalik (1986: 43), gambar adalah segala sesuatu yang diwujudkan secara visual dalam bentuk dua dimensi sebagai curahan perasaan atau pikiran. Sedangkan menurut Arief Sadiman, dkk (2011: 28-29), media grafis digunakan untuk menyalurkan pesan dari sumber ke penerima pesan melalui indera penglihatan berupa simbol-simbol komunikasi visual. Simbol-simbol tersebut perlu dipahami benar artinya agar proses penyampian pesan dapat berhasil dan efisien.
4. Kajian Tentang Media Gambar Puzzle a. Pengertian Media Gambar Puzzle
Ada berbagai macam media gambar yang bisa digunakan dalam proses belajar mengajar. Menurut Mukminan dan Saliman (2008: 13), macam-macam media gambar yang dapat digunakan dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial antara lain peta, grafik, poster, diagram, komik dan puzzle.
Menurut Yudha (2007: 33), puzzle adalah suatu gambar yang dibagi menjadi potongan-potongan gambar yang bertujuan untuk mengasah daya pikir, melatih kesabaran,dan membiasakan kemampuan berbagi. Selain itu, media puzzle juga dapat disebut permainan edukasi karena tidak hanya untuk bermain tetapi juga mengasah otak dan melatih antara kecepatan pikiran dan tangan. Oleh karena itu, media puzzle diharapkan dapat meningkatkan minat dan hasil belajar siswa.
(48)
Joni Rokhmat (2006: 50) menyatakan, puzzle adalah permainan konstruksi melalui kegiatan memasang atau menjodohkan kotak-kotak, atau bangun-bangun tertentu sehingga akhirnya membentuk sebuah pola tertentu. Sejalan dengan pendapat tersebut, Rahmanelli (2007: 24) menyebutkan, puzzle adalah permainan merangkai potongan-potongan gambar yang berantakan menjadi suatu gambar yang utuh. Sedangkan Adenan dalam Soedjatmiko (2008: 9) menambahkan puzzle dan games adalah materi untuk memotivasi diri secara nyata dan merupakan daya penarik yang kuat.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa puzzle adalah permainan yang terdiri dari potongan gambar-gambar, kotak-kotak, huruf-huruf atau angka-angka yang disusun seperti dalam sebuah permainan yang akhirnya membentuk sebuah pola tertentu sehingga membuat siswa menjadi termotivasi untuk menyelesaikan puzzle secara tepat dan cepat.
Jenis media ini dapat meningkatkan minat belajar siswa karena media ini mengajak siswa agar tidak diam saja melainkan bergerak aktif untuk merangkai puzzle tersebut, selain itu media ini mengajak siswa untuk berpikir kreatif. Hal ini sesuai dengan pendapat Ni Putu Sriastuti dkk (2014: 8) yang menyatakan bahwa penggunaan media puzzle selain menyenangkan juga menarik minat anak untuk belajar guna meningkatkan kemampuan kognitifnya. Penggunaan media puzzle dapat melatih ketrampilan berpikir anak untuk mengembangkan pengetahuan
(49)
dan keterampilan tangannya didalam membongkar dan memasang kembali kepingan-kepingan puzzle. Dengan media puzzle anak akan mencoba memecahkan masalah yaitu membongkar, menyusun kembali kepingan-kepingan gambar puzzle tersebut menjadi bentuk utuh. Materi permasalahan sosial meliputi pengertian permasalahan sosial, jenis-jenis permasalahan sosial, dampak dari permasalahan sosial dan cara mengatasi permasalahan sosial yang ada. Dengan media puzzle, siswa dapat mengenal jenis-jenis permasalahan sosial yang ada dan dapat mencari dampak dari permasalahan sosial tersebut dengan cara yang menyenangkan.
b. Kelebihan dan Kekurangan Media Gambar Kelebihan media gambar antara lain:
1) Sifatnya konkret dan lebih realistis dalam memunculkan pokok masalah, jika dibandingkan dengan bahasa verbal;
2) Dapat mengatasi batasan ruang dan waktu; 3) Dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita; 4) Memperjelas masalah bidang apa saja;
5) Harganya murah dan mudah didapat serta digunakan (Arif S. Sadiman, 1996: 31).
Adapun kelemahan dari media gambar antara lain:
1) Hanya menampilkan persepsi indera mata, ukurannya terbatas hanya dapat dilihat oleh sekelompok siswa;
(50)
3) Gambar disajikan dalam ukuran yang sangat kecil, sehingga kurang efektif dalam pembelajaran (Ansto Rahadi, 2003: 27).
Berdasarkan pendapat di atas, penggunaan media gambar puzzle perlu pertimbangan yang cukup agar tujuan penggunaan media puzzle tercapai. Adapun kelebihan dan kekurangannya, antara lain:
1) Kelebihan media puzzle
a) Gambar bersifat konkret, karena melalui gambar siswa dapat melihat dengan jelas sesuatu.
b) Gambar dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu, tidak semua objek, benda dapat di bawa ke dalam kelas.
c) Gambar dapat menarik minat atau perhatian siswa. 2) Kekurangan media puzzle
a) Media puzzle lebih menekankan pada indera penglihatan (visual). b) Gambar yang terlalu kompleks kurang efektif untuk
pembelajaran.
c) Gambar kurang maksimal bila diterapkan dalam kelompok besar. c. Langkah-langkah Pembelajaran dengan Media Gambar Puzzle
Basuki Wibawa (1992: 79) mengemukakan ada 3 langkah dalam prosedur penggunaan media yang perlu diikuti yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. dalam penelitian ini langkah pembelajaran dengan media gambar puzzle adalah sebagai berikut: 1) Persiapan yaitu mengkondisikan siswa dalam mengikuti
(51)
Guru harus mengkondisikan siswa agar siswa siap dalam mengikuti kegiatan belajar. Persiapan dalam penelitian dilaksanakan pada kegiatan pendahuluan dengan langkah sebagai berikut:
a) Guru membuka pelajaran dengan salam
b) Guru memberikan motivasi kepada siswa berkaitan dengan materi.
c) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran dan media pembelajaran yang akan digunakan.
d) Guru memberikan apersepsi.
2) Pelaksanaan meliputi penyajian dan penerimaan media yang dilaksanakan pada kegiatan inti. Langkah dalam pembelajaran inti antara lain:
a) Guru membagi siswa menjadi kelompok kecil yang beranggotakan lima orang siswa. Guru memberikan media gambar puzzle yang harus diselesaikan oleh kelompok tersebut. Selain itu, siswa juga harus mendeskripsikan media gambar puzzle.
b)Guru memberikan pertanyaan kepada setiap kelompok secara acak. Siswa harus menyebutkan permasalahan sosial apa yang ada dalam gambar puzzle masing-masing.
c) Guru mengajak siswa untuk kembali berdiskusi mengenai dampak apa saja dari gambar permasalahan sosial. Setelah selesai
(52)
berdiskusi, kemudian guru akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
3) Tindak lanjut meliputi penyimpulan dan tanggapan. Tindak lanjut dilaksanakan dalam kegiatan penutup dengan langkah sebagai berikut:
a) Guru memberikan refleksi dan membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dan poin penting dari materi.
b) Guru memberikan rangkuman tentang materi yang telah dipelajari c) Guru menutup pelajaran dengan salam.
5. Kajian Tentang Karakteristik Siswa Sekolah Dasar
Masa anak Sekolah Dasar (SD) berkisar antara umur 6 tahun dan berakhir pada kisaran usia 11 atau 12 tahun. Masa sekolah adalah dimana anak sudah menamatkan taman kanak-kanak (TK) dan melanjutkan ke sekolah. Pada masa ini diharapkan anak sudah matang untuk belajar maupun sekolah. Anak tidak hanya sebagai penonton saja tetapi juga ingin menjelajahi lingkungannya, tata kerjanya, dan menjadi bagian dari lingkungannya.
Suryobroto (Syaiful Bahri Djamarah, 2008: 124-125), membagi masa sekolah menjadi dua fase, yaitu masa kelas-kelas rendah sekolah dasar dan masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar meliputi kelas IV sampai dengan kelas VI. Pada masa ini kira-kira anak berumur 9 atau 10 tahun sampai 12 atau 13 tahun. Pada masa ini anak memiliki karakteristik sebagai berikut.
(53)
a. Adanya minat terhadap kehidupan yang praktis sehari-hari yang konkret.
b. Amat realistik, ingin tahu, dan ingin belajar.
c. Menjelang akhir masa ini telah ada minat terhadap hal-hal dan mata pelajaran khusus.
d. Sampai kira-kira umur 11 tahun anak masih belum bisa mandiri.
e. Anak-anak pada masa ini gemar membentuk kelompok sebaya, biasanya untuk dapat bermain bersama-sama. Dalam permainan ini biasanya anak tidak lagi terikat pada peraturan tradisional, tetapi anak membuat peraturan sendiri.
Berdasarkan karakteristik tersebut, dapat diketahui salah satu karakteristik anak usia Sekolah Dasar adalah ketertarikan yang besar dengan permainan. Suasana belajar sambil bermain ini diharapkan akan mampu meningkatkan minat anak untuk belajar. pada penelitian ini. Penelitian ini menggunakan anak kelas IV Sekolah Dasar sebagai subyek dikarenakan pada masa ini anak berusia kira-kira 9 atau 10 tahun memiliki kecenderungan tertarik pada hal-hal yang konkret, memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dan keinginan besar untuk belajar serta gemar membentuk kelompok-kelompok bermain. Hal ini sejalan dengan pendapat Soegeng Santoso (2002: 46) dimana anak perlu diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk bermain bersama-sama teman-temannya agar anak terampil, sehat, dapat mengembangkan imajinasi atau khayalan, melatih berpikir anak bahkan berbicara. Oleh karena itu, seorang guru hendaknya
(54)
menciptakan suatu pembelajaran yang menyenangkan, mengaktifkan siswa serta mampu mengajak siswa untuk belajar sambil bermain dengan menggunakan media yang disukai anak misalnya dengan media gambar puzzle. Media gambar puzzle dapat mengajak anak untuk belajar sambil bermain secara berkelompok sehingga media ini sesuai dengan karakteristik anak kelas IV Sekolah Dasar yang cenderung gemar membentuk kelompok-kelompok bermain. Dengan menggunakan media gambar puzzle ini, materi yang disampaikan guru juga tidak terlalu abstrak, sehingga lebih mudah dicerna oleh siswa. Hal ini tentu saja cocok untuk materi pelajaran yang bersifat abstrak, seperti materi permasalahan sosial dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Dengan demikian, pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial menjadi lebih menyenangkan dan materi yang permasalahan sosial yang cenderung bersifat abstrak lebih mudah dipahami oleh siswa dengan bantuan gambar puzzle.
B. Kerangka Pikir
Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta mengalami permasalahan, yaitu kurangnya minat siswa untuk belajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Berdasarkan studi pendahuluan, minat siswa kelas IV terhadap materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial masih terlihat rendah. Hal ini ditunjukkan dengan kurangnya perhatian siswa dalam mengikuti pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Sebagian besar siswa terlihat tidak memperhatikan penjelasan dari guru melainkan melakukan
(55)
ketika guru sedang menjelaskan materi. Selain itu, ketika guru meminta siswa untuk mengerjakan soal, beberapa siswa terlihat becanda dengan teman sebangkunya dan tidak mengerjakan soal-soal dengan serius.
Permasalahan lain terkait dengan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta adalah permasalahan yang dialami oleh guru. Guru kesulitan memilih media yang tepat dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, sehingga penggunaan media pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial belum optimal. Guru menggunakan metode ceramah dalam menjelaskan materi, sedangkan siswa mencatat dan meringkas materi yang dipelajari. Banyaknya materi Ilmu Pengetahuan Sosial yang disampaikan guru kepada siswa menjadikan materi Ilmu Pengetahuan Sosial sulit dipahami oleh siswa. Siswa juga merasa bosan karena materi yang dipelajari tersebut sangat banyak dan bersifat abstrak. Hal ini menunjukkan bahwa permasalahan Ilmu Pengetahuan Sosial berasal dari guru, materi pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial, dan dari rendahnya minat siswa.
Berdasarkan permasalahan tersebut, perlu usaha perbaikan dalam pembelajaran yang dapat meningkatkan minat siswa terhadap pembelajaran pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Salah satu usaha yang dilakukan dalam pembelajaran ini adalah penggunaan media pembelajaran yang menarik bagi siswa. Media gambar puzzle cocok diterapkan untuk meningkatkan minat siswa kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta terhadap mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial karena dapat meningkatkan
(56)
perhatian siswa dalam pembelajaran. Adanya perhatian siswa dan ketertarikan siswa terhadap pembelajaran akan meningkatkan pemahaman siswa sehingga minat siswa terhadap Ilmu Pengetahuan Sosial meningkat. Berdasarkan uraian tersebut, berikut merupakan gambar kerangka pemikiran pada penelitian:
Gambar 1. Kerangka pikir
C. Penelitian yang Relevan
1. Penelitian yang dilakukan oleh Ni Putu Sriastuti, dkk. (2014) dengan judul “Peningkatan Minat Belajar dan Kemampuan Dasar Kognitif Melalui Penggunaan Media Puzzle Pada Anak Kelompok B TK Dharma Kumara Pedungan Denpasar Tahun Ajaran 2012/2013.”
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran melalui penggunaan media puzzle dapat meningkatkan minat belajar dan kemampuan kognitif anak. Pada observasi awal pra tindakan, tidak ada minat belajar anak sama sekali. Sedangkan pada akhir siklus I, ketuntasan Minat Belajar IPS Siswa Kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman
pada Materi Permasalahan Sosial) Masih Rendah
Penggunaan Media Gambar Puzzle
Permasalahan Kondisi Awal
Pelaksanaan Tindakan
Kondisi Akhir
Peningkatan Minat Belajar Siswa Kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta pada Mata Pelajaran IPS
(57)
minat belajar anak meningkat menjadi 5% dan pada akhir siklus II meningkat mencapai 100% tuntas.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama menggunakan media gambar puzzle untuk meningkatkan minat belajar anak. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah variable penelitian. Penelitian terdahulu memiliki variable penelitian minat belajar dan kemampuan dasar kognitif sedangkan penelitian ini hanya memiliki variable minat belajar siswa. Perbedaan lainnya adalah subjek penelitian. Penelitian terdahulu memiliki subjek penelitian anak-anak kelompok TK B, sedangkan penelitian ini memiliki subjek penelitian siswa-siswa Sekolah Dasar kelas IV. Perbedaan lain penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tempat penelitian dan waktu penelitian.
2. Penelitian yang dilakukan dalam skripsi Ashadi (2012) dengan judul “Meningkatkan Minat Belajar IPA dengan menggunakan media gambar dan metode diskusi kelompok siswa kelas III SDN Tambaharjo 02 Kecamatan Tambakromo Kabupaten Pati Semester 1 Tahun Ajaran 2011-2012.”
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan ketuntasan belajar siswa pada masing-masing siklus. Pada pra siklus, peningkatan belajar siswa adalah 31,3%, meningkat menjadi 75% pada siklus I dan 100% pada siklus II. Selain itu, terjadi peningkatan rata-rata kelas dari 59.37 sebelum siklus, menjadi 70 pada siklus I dan 81.25 pada siklus II.
(58)
Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode diskusi kelompok dan media gambar dapat meningkatkan minat belajar siswa.
Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama menggunakan media gambar untuk meningkatkan minat belajar. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan adalah tempat penelitian, waktu penelitian, dan subjek penelitian.
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah disampaikan di atas, hipotesis yang diajukan adalah minat belajar siswa kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman Yogyakarta dapat ditingkatkan dengan menggunakan media gambar puzzle pada mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (materi permasalahan sosial di daerahnya).
(59)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research). Suharsimi Arikunto dkk, (2009: 104) mengungkapkan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipasif, kolaboratif, dan spiral yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan sistem, metode kerja, proses, isi, kompetensi, dan situasi. Sedangkan menurut Wijaya Kusumah dan Dedi Dwitagama (2012: 9), penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelasnya sendiri dengan cara merencanakan, melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.
Penelitian ini dimaksudkan untuk meningkatkan minat belajar Ilmu Pengetahuan Sosial pada siswa kelas IV menggunakan media gambar puzzle yang akan dilaksanakan secara kolaboratif antara peneliti dan gurukelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman.
B. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman yang beralamat di Jalan Magelang Km. 06, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2015.
(60)
Penelitian ini akan dilakukan oleh peneliti dengan dibantu oleh guru kelas (kolaborasi). Peneliti mengamati dan membantu guru dalam melaksanakan proses kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial dengan media gambar puzzle. Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial materi permasalahan sosial sesuai dengan rencana penelitian tindakan kelas yang telah disusun bersama. Media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar materi permasalahan sosial ini adalah media gambar puzzle. Media gambar puzzle adalah media gambar permainan merangkai potongan-potongan gambar yang berantakan menjadi satu gambar yang utuh dan bermakna. Potongan-potongan gambar puzzle ini berupa gambar permasalahan sosial yang terjadi di daerah yaitu gambar permasalahan sampah, pengangguran, kemacetan lalu lintas dan permasalahan putus sekolah. Siswa diminta untuk mendeskripsikan gambar setelah menyusunnya dan mencari dampak yang ditimbulkan dalam gambar.
C. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas IV SDN Sinduadi 1 Sleman tahun ajaran 2014/2015 yang berjumlah 29 siswa. Sedangkan objek dalam penelitian ini minat belajar Ilmu Pengetahuan Sosial.
D. Desain Penelitian
Prosedur penelitian ini mengacu pada desain penelitian tindakan Kemmis dan McTaggart yang dikutip oleh Suharsimi Arikunto (2009: 16).
(61)
Prosedur penelitian tersebut dapat dilihat dari langkah-langkah penelitian yang diilustrasikan dalam bentuk siklus sebagai berikut:
Gambar 2. Proses Penelitian Tindakan Kelas Model Kemmis dan McTaggart (Sumber: Arikunto, dkk., 2009: 16)
Keempat tahap dalam penelitian tindakan tersebut adalah unsur untuk membentuk sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun, yang kembali ke langkah semula. Jadi, satu siklus adalah dari tahap penyusunan rancangan sampai dengan refleksi, yang tidak lain adalah evaluasi. Apabila dikaitkan dengan bentuk tindakan, maka yang dimaksud tindakan adalah siklus tersebut. Jadi, bentuk penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan tunggal, tetapi harus selalu berupa rangkaian kegiatan yang akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus (Suharsimi Arikunto, dkk., 2009: 20).
Berikut adalah keterangan dari setiap tahapan pada model Penelitian Tindakan Kelas tersebut:
(62)
1. Perencanan (plan)
Tahap perencanaan dimulai dari penemuan masalah, kemudian merancang tindakan yang dilakukan. Peneliti melakukan langkah-langkah berikut.
a. Menentukan masalah di lapangan dengan cara peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas dan observasi di dalam kelas. Dengan mencatat hal-hal serta permasalahan yang ada di kelas IV SDN 1Sinduadi 1 Sleman berdasarkan hasil diskusi serta observasi.
b. Merencanakan langkah pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi permasalahan sosial dengan menggunakan media gambar puzzle pada siklus I. Namun perencanaan yang dibuat masih bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan dan pelaksanaan.
c. Merancang instrumen yaitu pedoman observasi dan skala dalam pelaksanaan pembelajaran pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi permasalahan sosial dengan menggunakan media gambar puzzle. 2. Pelaksanaan (acting)
Dalam tindakan dilaksanakan pemecahan masalah sebagaimana tindakan yang telah direncanakan. Tindakan ini dipandu oleh perencanaan yang telah dibuat dalam arti perencanaan tersebut telah dilihat secara rasional dari segala tindakan itu. Namun perencanaan yang dibuat tadi harus bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan dalam pelaksanaannya. Jadi, tindakan bersifat tidak tetap atau dinamis yang memerlukan keputusan cepat tentang apa yang perlu dilakukan. Pada
(63)
penelitian ini yang dijadikan tolak ukur pelaksanaan penelitian adalah mediapembelajaran, yaitu pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial pada materi permasalahan sosial dengan menggunakan media gambar puzzle. Guru melakukan pembelajaran berdasarkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat dan disesuaikan dengan media gambar puzzle.
3. Observasi (observing)
Observasi atau pengamatan merupakan upaya mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi terhadap proses tindakan yang sedang dilaksanakan untuk mendokumentasikan pengaruh tindakan yang dilaksanaka, berorientasi ke masa yang akan datang dan memberikan dasar bagi kegiatan refleksi yang kritis. Proses tindakan, pengaruh tindakan yang disengaja dan tidak disengaja, situasi, tempat tinadakan dilakukan dan kendala semuanya dicatat dalam kegiatan observasi yang terencanakan secara fleksibel dan terbuka.
4. Refleksi
Refleksi merupakan bagian yang penting dalam langkah proses penelitian tindakan, hal inikarena dengan kegiatan refleksi akan memantapkan kegiatan dan tindakan untuk mengatasai permasalahan dengan memodifikasi perencanaan sebelumnya sesuai dengan apa yang akan terjadi di lapangan. Berdasarkan hasil observasi, akan dilakukan analisis data yang telah terkumpul dan diberi tindakan untuk mencapai kriteria keberhasilan, apabila data tersebut belum mencapai kriteria
(64)
keberhasilan, maka peneliti akan melakukan langkah perbaikan pada siklus selanjutnya. Apabila hasil perbaikan yang diperoleh sudah mencapai kriteria keberhasilan pada siklus berikutnya, maka penelitian dapat dikatakan berhasil.
E. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian tindakan kelas ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa data perilaku siswa selama proses pembelajaran. Data kuantitatif berupa tingkat minat siswa selama proses pembelajaran. Sumber data diambil pada saat dan sesudah proses belajar mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial. Data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh melalui beberapa cara sebagai berikut.
1. Teknik Observasi
Observasi merupakan teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Dalam penelitian ini, observasi akan dilakukan pada setiap siklus selama proses pembelajaran sedang berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengamati minat belajar siswa pada saat pembelajaran dan ketrampilan guru dalam mengajar maupun dalam menggunakan media pembelajaran puzzle. Peneliti akan dibantu oleh dua orang rekan dalam mengobservasi menggunakan lembar pedoman observasi yang telah disiapkan. Penilaian observasi dilakukan dengan memberikan tanda (v) pada lembar pedoman
(1)
Lampiran 11. Perhitungan Kategori Data Angket dan Observasi
ANGKET
skor max 4 * 15 = 60
skor min 1 * 15 = 15
Mi 75 / 2 = 37.5
Sbi 45 / 6 = 7.5
1,8 x Sbi 13.5 a
0,6 x Sbi 4.5 b
Sangat Baik : X > Mi + a
Baik : Mi + b < X ≤ Mi + a
Cukup : Mi - b < X ≤ Mi + b
Kurang : Mi - a < X ≤ Mi - b
Kategori Skor
Sangat Baik : X > 51
Baik : 42 < X ≤ 51
Cukup : 33.00 < X ≤ 42.00
Kurang : 24.00 < X ≤ 33.00
OBSERVASI
skor max 1 * 29 = 29
skor min 0 * 29 = 0
Mi 29 / 2 = 14.5
Sbi 29 / 6 = 4.8333333
1,8 x Sbi 8.7 a
0,6 x Sbi 2.9 b
Sangat Baik : X > Mi + a
Baik
: Mi + b < X ≤ Mi
+ a
Cukup
: Mi - b < X ≤ Mi
+ b
Kurang
: Mi - a < X ≤ Mi -
b
(2)
Lampiran 12. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Guru Siklus I Aspek yang
Dinilai Indikator
Pilihan
Jawaban Ket. Ya Tidak
Kegiatan Pendahuluan
1. Guru membuka pelajaran dengan salam
2. Guru memberikan motivasi dan menjelaskan mengenai media
pembelajaran yang akan dilaksanakan 3. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran 4. Guru memberikan apersepsi
Kegiatan Inti 1. Guru membagi siswa menjadi kelompok kecil yang beranggotakan lima orang siswa.
2. Guru memberikan media gambar puzzle yang harus diselesaikan oleh kelompok tersebut. Selain itu, siswa juga harus mendeskripsikan media gambar puzzle.
3. Guru memberikan pertanyaan kepada setiap kelompok secara acak. Siswa harus menyebutkan permasalahan sosial apa yang ada dalam gambar puzzle masing-masing.
4. Guru mengajak Siswa untuk kembali berdiskusi mengenai dampak apa saja dari gambar permasalahan sosial. 5. Setelah selesai berdiskusi, kemudian
guru akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
6. Guru akan memberikan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan.
7. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dan poin penting dari materi Kegiatan Penutup
1. Guru memberikan rangkuman tentang materi yang telah dipelajari
2. Guru menutup pelajaran dengan salam
(3)
Lampiran 13. Hasil Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Guru Siklus II Aspek yang
Dinilai Indikator
Pilihan
Jawaban Ket. Ya Tidak Kegiatan
Pendahuluan
1. Guru membuka pelajaran dengan salam
2. Guru memberikan motivasi dan menjelaskan mengenai media
pembelajaran yang akan dilaksanakan 3. Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran
4. Guru memberikan apersepsi
Kegiatan Inti 1. Guru membagi siswa menjadi kelompok kecil yang beranggotakan lima orang siswa.
2. Guru memberikan media gambar puzzle yang harus diselesaikan oleh kelompok tersebut. Selain itu, siswa juga harus mendeskripsikan media gambar puzzle.
3. Guru memberikan pertanyaan kepada setiap kelompok secara acak. Siswa harus menyebutkan permasalahan sosial apa yang ada dalam gambar puzzle masing-masing.
4. Guru mengajak Siswa untuk kembali berdiskusi mengenai dampak apa saja dari gambar permasalahan sosial. 5. Setelah selesai berdiskusi, kemudian
guru akan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan hasil diskusinya.
6. Guru akan memberikan refleksi mengenai proses pembelajaran yang telah dilakukan.
7. Guru membimbing siswa untuk menarik kesimpulan dan poin penting dari materi Kegiatan Penutup
1. Guru memberikan rangkuman tentang materi yang telah dipelajari
2. Guru menutup pelajaran dengan salam
(4)
Lampiran 14. Peningkatan Minat Belajar Siswa Berdasarkan Hasil Pengamatan
No Aspek yang diamati
Siklus I Siklus II Skor
Kriteria Skor Kriteria 4 3 2 1 4 3 2 1
1 Adanya kemauan untuk menyusun puzzle
√ Baik √ Sangat
Baik 2 Menunjukkan
kegairahan dalam mengikuti
pembelajaran dengan media puzzle
√ Cukup √ Sangat
Baik 3 Menunjukkan
konsentrasi dalam menyusun puzzle
√ Cukup √ Baik
4 Menunjukkan ketelitian dalam menyusun puzzle
√ Cukup √ Baik
5 Memiliki rasa ingin tahu yang besar tentang puzzle
√ Baik √ Baik
6 Menunjukkan keaktifan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran menyusun puzzle
√ Baik √ Sangat
Baik 7 Menunjukkan aktivitas
dalam menyusun puzzle
√ Baik √ Sangat
Baik 8 Berusaha
menyelesaikan tugas dalam menyusun puzzle
√ Baik √ Baik
9 Kesungguhan dalam menyelesaikan tugas menyusun puzzle
(5)
Lampiran 15. Dokumentasi Foto
Kegiatan Siklus I
Peneliti Membagikan Angket Pra Tindakan
Siswa Membentuk Kelompok-Kelompok Diskusi
Siswa Terlihat Ramai Ketika Guru Menjelaskan
Beberapa Siswa Terlihat Tidak Fokus Saat Melakukan Diskusi
(6)
Kegiatan Siklus II
Guru Memberikan Motivasi Sebelum Memulai Pembelajaran
Guru Mengawasi Siswa Ketika Berdiskusi
Siswa Sedang Mengerjakan Soal Diskusi
Media Gambar Puzzle