Pendahuluan STATUS KEBERLANJUTAN TIPOLOGI PERUMAHAN EKSISTING DI KAWASAN BERGAMBUT SUNGAI RAYA

85

V. STATUS KEBERLANJUTAN TIPOLOGI PERUMAHAN EKSISTING DI KAWASAN BERGAMBUT SUNGAI RAYA

Abstrak Kawasan Sungai Raya mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam kurun waktu sepuluh tahun belakangan ini khususnya dibidang permukiman. Sungai Raya yang berbatasan langsung dengan Kota Pontianak menjadi kawasan permukiman strategis dengan kegiatan perekonomian yang berkembang pesat. Keberadaan dan penyebaran permukiman penduduk di Sungai Raya cukup mengkhawatirkan jika ditinjau secara ekologi dikarenakan lahan gambut mengemban fungsi lingkungan yang tinggi. Perkiraan dampak yang terjadi akibat eksploitasi lahan gambut yang tidak terkendali berupa ketidakstabilan lingkungan bencana ekologis seperti hilangnya sejumlah daerah resapan yang akan berpotensi menyebabkan banjir dan lepasnya sejumlah gas rumah kaca ke atmosfer yang dapat menyebabkan semakin meningkatnya suhu permukaan bumi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis keberlanjutan terhadap tipologi perumahan yang terdapat di kawasan Sungai Raya yang secara umum terdiri dari 2 dua macam tipologi yaitu ‘tipologi rumah panggung’ dan ‘tipologi rumah tapak’. Analisis keberlanjutan dilakukan dengan metode Multi Dimensional Scalling MDS yang diberi nama Rap- PEATSET Rapid Appraisal Peat Settlement yang hasilnya dinyatakan dalam bentuk indeks dan status keberlanjutan. Kemudian, untuk mengetahui indikator- indikator sensitif dan paling berpengaruh terhadap indeks dan status keberlanjutan dilakukan analisis Laverage dan analisis Monte Carlo. Nilai keberlanjutan diperoleh dari rekapitulasi penilaian para pakar dan stakeholders terpilih. Hasil analisis keberlanjutan tipologi rumah panggung menunjukkan bahwa dimensi ekologi cukup berkelanjutan sebesar 65,52, dimensi ekonomi kurang berkelanjutan sebesar 41,18, dimensi sosial-budaya kurang berkelanjutan sebesar 46,01, dan dimensi teknologi juga kurang berkelanjutan sebesar 46,69. Sementara hasil analisis keberlanjutan untuk tipologi rumah tapak menunjukkan dimensi ekologi tidak berkelanjutan sebesar 21,05, dimensi ekonomi cukup berkelanjutan sebesar 67,16, dimensi sosial-budaya cukup berkelanjutan sebesar 69,36, dan dimensi teknologi kurang berkelanjutan sebesar 46,10. Analisis keberlanjutan multidimensi rumah panggung sebesar 54,27 cukup berkelanjutan dan rumah tapak sebesar 46,46 kurang berkelanjutan. Dari 20 indikator yang dianalisis, terdapat 9 atribut sensitif dan 5 atribut dominan untuk rumah panggung, serta 15 atribut sensitif dan 3 atribut dominan untuk rumah tapak.Tingkat galat error sangat kecil pada taraf kepercayaan 95. Hasil analisis Monte Carlo memperlihatkan nilai yang tidak jauh berbeda dari hasil analisis Rap-Peatset MDS yang berarti bahwa kesalahan dalam analisis dapat diperkecil. Kata kunci : status keberlanjutan, tipologi perumahan, kawasan bergambut.

5.1 Pendahuluan

Keberlanjutan pembangunan di kawasan perkotaan tentunya akan berpengaruh pada peningkatan fisik bangunan dan perekonomian. Di satu sisi sektor ekonomi akan semakin menarik perhatian para investor dan migran, di sisi lain pembangunan fisik kota cenderung menimbulkan dampak negatif berupa hilangnya sejumlah daerah resapan dan menurunnya fungsi lingkungan. 86 Terlebih lagi pembangunan di kawasan Sungai Raya yang notabene memiliki karakteristik lahan bergambut. Seperti diketahui bahwa ekosistem gambut mengemban fungsi lingkungan yang sangat besar. Selain berperan sebagai pengatur sistem hidrologi dan water storage yang baik, lahan gambut juga sangat berperan dalam menjaga stabilitas iklim global terkait kemampuannya dalam menyerap dan menyimpan karbon. Apabila ekosistemnya mengalami gangguan, lahan gambut justru akan melepaskan sejumlah gas rumah kaca CO 2 dan CH 4 Sampai saat ini belum ada kebijakan pemerintah daerah yang mengatur tentang pembangunan permukiman di kawasan bergambut Sungai Raya, sementara proses pembangunan terus berlangsung bahkan semakin pesat. Berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah RTRW Kabupaten Kubu Raya, telah ditetapkan areal peruntukan lahan untuk permukiman yang terkonsentrasi di kawasan Sungai Raya hingga tahun 2032 dengan luasan mencapai 4.532,80 ha. ke atmosfer, sehingga dapat menyebabkan suhu bumi meningkat. Berdasarkan permasalahan yang ada maka perlu kiranya dilakukan suatu tindakan penanganan yang terpadu dan komprehensif. Pembangunan permukiman di kawasan bergambut Sungai Raya ini diharapkan dapat menunjang pembangunan berkelanjutan Sustainable Development. Berkaitan dengan hal tersebut, perlu kiranya dikaji status keberlanjutan permukiman eksisting. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status keberlanjutan permukiman eksisting di kawasan Sungai Raya berdasarkan 4 empat dimensi keberlanjutan yaitu dimensi ekonomi, dimensi ekologi, dimensi sosial-budaya, dan dimensi teknologi. Status keberlanjutan masing-masing dimensi ditentukan berdasarkan hasil analisis dari metode Multi Dimensional Scaling MDS yang dinyatakan dalam bentuk indeks keberlanjutan. Dengan mengetahui status berkelanjutan permukiman dari ketiga dimensi tersebut, akan memudahakan dalam melakukan perbaikan terhadap indikator-indikator sensitif yang berpengaruh terhadap peningkatan status keberlanjutan permukiman di lahan bergambut Sungai Raya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rekomendasi bagi pembuat kebijakan khususnya Pemerintah Daerah Kabupaten Kubu Raya dalam rangka meningkatkan status keberlanjutan permukiman di kawasan Sungai Raya. 5.2 Metode Penelitian 5.2.1 Jenis dan Sumber Data