responden dengan penghasilan 2.5 juta dapat dikategorikan sebagai kelas menengah bawah, yang berpenghasilan antara 2.5 – 5 juta termasuk kategori kelas
menengah, sementara penghasilan 5 – 10 juta termasuk kategori kelas menengah atas dan penghasil 10 juta termasuk kategori kelas atas. Hal ini dapat dijadikan
acuan untuk menentukan ratio tipe rumah yang akan dibangun. Ratio yang biasanya digunakan untuk pemerataan tipe rumah berdasarkan kebijakan perumahan dan
permukiman adalah 1 : 2 : 3 atau 1 : 3 : 6 artinya setiap pembangunan 1 unit rumah mewah harus diimbangi dengan membangun 2 atau 3 unit rumah menengah dan 3
atau 6 unit rumah sederhana. Data responden menunjukkan persentase responden kelas menengah dan kelas bawah yang cukup besar sehingga dapat menggunakan
ratio 1 : 3 : 6.
Gambar 44. Distribusi penghasilan total per bulan
6.3.2 Karakteristik Responden
Selain data-data umum responden yang telah dijabarkan diatas, dalam penelitian ini juga akan dijelaskan informasi-informasi yang lebih khusus, seperti:
status kepemilikan rumah, kemampuan responden secara finansial, serta beberapa pertimbangan dan alasan yang terkait dengan perumahan dan permukiman.
Berdasarkan distribusi status kepemilikan rumah, sebelumnya secara purposive telah ditentukan bahwa lebih dari 70 responden adalah yang belum memiliki rumah
sendiri. Dalam penelitian ini status kepemilikan rumah dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu: responden yang sudah memiliki rumah sendiri dan responden yang
belum memiliki rumah sendiri. Selanjutnya untuk yang berstatus belum memiliki rumah akan dibedakan menjadi status sewakontrakkost dan status masih tinggal
bersama orang tuakeluarga. Distribusi responden berdasarkan status kepemilikan rumah dapat dilihat pada Gambar 45.
7
36 27
23 7
Rp. 1 juta Rp. 1 juta - Rp. 2.5 juta
Rp. 2.5 juta - Rp. 5 juta Rp. 5 juta - Rp. 10 juta
Rp. 10 juta
Gambar 45. Distribusi status kepemilikan rumah Dari grafik diatas dapat diketahui bahwa responden dengan status sudah memiliki
rumah sendiri sebesar 29, sementara responden yang berstatus sewakontrakkost sebesar 33 dan responden yang masih tinggal bersama orang tuakeluarga
sebesar 38. Jika dilihat dari status penghasilan responden, maka hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang sudah memiliki rumah sendiri memiliki
penghasilan rata-rata per bulan sebesar 5 juta. Gambar 46a menjelaskan berbagai alasan responden sehingga belum
memiliki rumah sendiri yang dibedakan menjadi 3 kelompok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa alasan yang paling banyak adalah karena dana yang dimiliki
belum mencukupi yaitu sebesar 58, sementara di urutan kedua dengan alasan mutasi pekerjaan, belum menikah dan lain-lain sebesar 24, dan sekitar 18
dengan pertimbangan masih menemani orang tua. Responden yang mengemukakan alasan belum mencukupi secara finansial rata-rata memiliki penghasilan kurang dari
sama dengan 2.5 juta rupiah. Berdasarkan perhitungan logis dapat diprediksi dalam jangka waktu 2-3 tahun kedepan dengan kondisi finansial yang semakin meningkat,
rencana untuk memiliki rumah sendiri akan dapat menjadi kenyataan. Dalam penelitian ini juga diperoleh informasi tentang minat responden untuk
memiliki rumah sendiri Gambar 46b. Dari 50 responden yang belum memiliki rumah dapat dilihat bahwa antusiasme responden untuk memiliki rumah sendiri sangat
besar yaitu dengan persentase 82, sementara 18 lainnya menyatakan tidak berminat dengan pertimbangan masih menemani orang tua, menempati rumah
dinas, masih banyak keperluan yang lebih mendesak dan beberapa pertimbangan lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa kebutuhan sandang sudah menjadi kebutuhan
pokok yang prioritas seiring dengan semakin tingginya tuntutan kehidupan.
20 23
27 29
33 38
10 20
30 40
50 60
70
Rumah Sendiri SewaKontrakKost
Tinggal dengan Orang TuaKeluarga
Gambar 46. Distribusi pertimbangan terhadap status kepemilikan rumah a dan minat untuk memiliki rumah sendiri b
Berkaitan dengan sistem pembayaran yang dipilih masing-masing responden dibedakan menjadi 3 sistem pembayaran, yaitu: cash, cash bertahap dan kredit.
Hasil penelitian menggambarkan bahwa sebagian besar responden memilih pembayaran dengan sistem kredit yaitu sebesar 69. Hal ini dapat dikaitkan dengan
jenis pekerjaan responden yang sebagian besar adalah karyawan negeriswasta dengan sistem pembayaran gaji yang rutin setiap bulannya. Sementara responden
yang memilih sistem pembayaran secara cash sebesar 15 dengan penghasilan rata-rata per bulan diatas 10 juta dan jenis pekerjaan sebagian besar adalah
pengusaha wiraswasta. Hanya sekitar 7 responden yang memilih sistem pembayaran secara cash bertahap. Penjelasan dapat dilihat pada Gambar 47a.
Dalam penelitian ini dapat diketahui kisaran harga rumah yang sesuai dengan kemampuan masing-masing responden yang dibedakan menjadi 4 kelompok kisaran
58
18 24
10 20
30 40
50 60
70 80
90 100
Dana belum mencukupi
Menemani orang tua mutasi,belum
menikah,dll
82
18 20
40 60
80 100
120 140
Ya Tidak
b a
harga. Persentase terbesar adalah harga rumah kurang dari Rp. 100 juta rupiah yaitu sebesar 44, pada urutan kedua dengan harga rumah antara Rp. 100 – 250 juta
rupiah dengan persentase sebesar 36, sementara pada urutan ketiga dengan harga rumah berkisar antara Rp. 250 – 500 juta yaitu sebanyak 16, dan yang
paling sedikit adalah harga rumah dengan kisaran harga Rp. 500 juta – 1 milyar yaitu sekitar 4. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa kemampuan membayar ability
to pay responden yang masih tergolong rendah dimana secara sosial termasuk kategori masyarakat strata rendah. Distribusi kisaran harga rumah masing-masing
responden dapat dijelaskan pada Gambar 47b.
Gambar 47. Distribusi sistem pembayaran a dan kisaran harga rumah b Bagi responden yang memilih sistem pembayaran kredit, pada penelitian ini
juga diperoleh informasi tentang kesediaan membayar responden setiap bulannya untuk mencicil rumah. Dari hasil penelitian diketahui bahwa pilihan paling banyak
10 20
30 40
50 60
70 80
Rp. 100 juta Rp. 100 juta -
Rp. 250 juta Rp. 250 juta -
Rp. 500 juta Rp. 500 juta -
Rp. 1 milyar 20
40 60
80 100
120 140
Cash Cash bertahap
Kredit
4 16
36 44
69
15 7
a
b
adalah cicilan kurang dari Rp. 1 juta rupiah yaitu sebesar 51, urutan kedua terbanyak adalah cicilan antara Rp. 1 – 2.5 juta rupiah sebanyak 43, sedangkan di
urutan terakhir dengan harga cicilan berkisar antara Rp. 2.5 – 5 juta rupiah yaitu sebesar 6. Berdasarkan hasil analisis, dapat diketahui bahwa untuk cicilan kurang
dari satu juta, maka harga rumah yang dapat ditawarkan adalah seharga Rp. 50 juta dengan asumsi masa kredit 10 tahun dan bunga bank sebesar 12 per tahun, yaitu
dengan cicilan Rp. 916.667,- per bulan. Sementara untuk cicilan antara 1 - 2.5 juta per bulan, maka prediksi harga rumah yang dapat ditawarkan berkisar antara Rp. 70
– Rp. 135 juta rupiah. Ilustrasi mengenai kisaran harga cicilankredit rumah dapat dilihat pada Gambar 48.
Gambar 48. Distribusi kisaran cicilan rumah
6.3.3 Pemahaman Lingkungan dan PemilihanTipologi Perumahan