24 Menyadari gejala perkotaan yang semakin rusak, Howard 1902
mengajukan perencanaan humanopolis yaitu kota yang lembut dan manusiawi dengan menyembuhkan luka-luka yang diakibatkan oleh perbuatan manusia yang
sewenang-wenang terhadap alam dengan cara mengolah lingkungan manusia dan lingkungan binaannya secara lebih akrab, arif dan bijaksana.
2.3.1 Teori Spasial Perkotaan
Kota sebagai perwujudan spasial akan cenderung mengalami perubahan- perubahan baik secara fisik maupun non fisik. Perkembangan perkotaan adalah
suatu proses perubahan keadaan perkotaan dari suatu kondisi ke kondisi yang lain dalam suatu periode waktu yang berbeda. Perkembangan kota dapat terjadi
secara alami, maupun terjadi secara artifisial dengan campur tangan manusia yang mengatur arah perubahan keadaan tersebut.
Terdapat 3 tiga teori klasik tentang struktur keruangan spasial kota, yaitu: teori konsentris, teori sektoral, dan teori inti ganda Rahardjo, 2004:.
A. Teori Konsentris Burgess - Tahun 1925 Teori ini dikemukakan oleh E.W Burgess seorang sosiolog beraliran human
ecology pada tahun 1925. Teori ini merupakan hasil penelitiannya mengenai morfologi kota Chicago, yang diterbitkan dalam sebuah buku yang berjudul
‘The City’. Menurut teori cincin konsentris Burgess ini, bahwa kota-kota besar memiliki kecenderungan berkembang atau memekarkan diri kearah luar di
semua bagian kota tersebut. Oleh karena semua bagian berkembang ke segala arah, maka pola keruangan yang di hasilkan akan membentuk lingkaran
yang berlapis-lapis, dimana daerah pusat kegiatan berfungsi sebagai intinya Gambar 4.
Secara berurutan, tata guna lahan yang mengikuti pola konsentris ini adalah sebagai berikut :
1. Zona Kawasan Pusat Bisnis KPB atau dikenal juga dengan istilah Central Bussines District CBD, merupakan kawasan pusat bisnis yang
disebut sebagai loop dan menjadi pusat kegiatan ekonomi, sosial, budaya dan politik. Fungsi bangunan yang terdapat pada zona ini antara lain :
perkantoran, pertokoan, bank, gedung pertunjukan, dan sebagainya. 2. Zona transisi atau disebut juga zona peralihan, pada awalnya merupakan
perumahan tua dan beralih fungsi menjadi perkantoran dan industri ringan.
25 3. Zona perumahan masyarakat penghasilan rendah, merupakan daerah
tempat tinggal para buruh pabrik berupa rumah tua dengan kepadatan tinggi.
4. Zona perumahan masyarakat penghasilan menengah keatas, merupakan kawasan hunian masyarakat berkelas dengan tingkat kerapatan bangunan
sedang karena masih terdapat jarak antar bangunan. 5. Zona penglaju commuter, yaitu zona pinggiran yang merupakan tempat
bermukim masyarakat penglaju yaitu masyarakat yang tinggal di daerah pinggiran namun bekerja di pusat kota.
Gambar 4. Teori Konsentri Burgess B. Teori Sektoral Homer Hoyt – tahun 1939
Teori ini dikemukakan oleh seorang ekonom bernama Homer Hoyt pada tahun 1939. Hoyt mengemukakan bahwa perkembangan yang terjadi pada
suatu kota akan mengarah keluar pusat kota dan membentuk sektor-sektor baru, dimana pengelompokan tata guna lahan yang terjadi akan membentuk
pola seperti irisan kue tar. Perkembangan dalam sector-sektor tersebut kemudian oleh para analis ruang dihubungkan lagi dengan latar belakang
kondisi geografi dari kota yang bersangkutan dan jalur transportasi yang ada. Hoyt juga mengemukakan bahwa pajak tanah dan bangunan juga berbeda-
beda berdasarkan sektor-sektor yang terbentuk. Jadi, tidak berarti bahwa pajak tertinggi harus berada di dekat pusat kota seperti halnya teori Burgess.
Secara berturut-turut tata guna lahan yang terbentuk pada teori sektoral dapat dilihat pada Gambar 5.
Keterangan : 1. Zona Kawasan Pusat Bisnis
2. Zona Pabrik Ringan 3. Zona Permukiman kelas
Rendah 4. Zona Permukiman kelas
Menengah Keatas 5. Zona Penglaju commuter
26
Gambar 5. Teori Sektoral Homer Hoyt Berdasarkan teori sektoral ini, ditemukan pula bahwa makin ke pusat kota
dalam sektor yang sama bangunan gedung atau perumahan makin kuno, dan juga makin ke pusat kota fungsi industri semakin berkurang atau mengalami
perubahan. Sebaliknya perindustrian lebih berkembang pesat di wilayah pinggiran kota dimana zona sektornya cenderungan lebih besar.
C. Teori Inti Ganda Harris Ullman - Tahun 1945 Teori ini pertama kali dikemukakan oleh Harris dan Ullman pada tahun
1945, yang kemudian diterbitkan dalam sebuah buku yang berjudul Readings In Urban Georaphy. Mereka berpendapat, meskipun pola konsentris dan pola
sektoral suatu kota memang ada, namun kenyataannya lebih kompleks dari apa yang sekedar di teorikan oleh Burgess dan Hoyt. Dijelaskan secara khusus
bahwa pertumbuhan kota yang bermula dari suatu pusat akan menjadi lebih kompleks polanya. Hal ini disebabkan oleh munculnya pusat-pusat baru yang
masing-masing akan berfungsi sebagai kutub pertumbuhan. Di sekitar kutub- kutub baru tersebut akan mengelompok tata guna lahan yang bersambungan
secara fungsional. Keadaan seperti itu akan melahirkan struktur kota yang memiliki sel-sel pertumbuhan.
Tempat-tempat yang merupakan inti-inti Nucleus dapat berupa pelabuhan udara, universitas, kawasan industry, pelabuhan laut, ataupun stasiun-stasiun
besar. Yang memiliki Nucleus bukan hanya kota, melainkan juga desa-desa besar atau kota-kota kecil yang pusatnya merupakan pusat pelayanan bagi
penduduk. Kemudian di sekitarnya terjadi pengelompokan tata guna lahan dengan pertimbangan keuntungan ekonomis. Industri mencari lokasi dekat
terminal transportasi, sedangkan perumahan baru mencari lokasi dekat dengan pusat-pusat perbelanjaan.
Keterangan : 1. Zona Kawasan Pusat Bisnis CBD
2. Zona Industri pabrik ringan 3. Zona Permukiman kelas Rendah
4. Zona Permukiman kelas Menengah 5. Zona Permukiman kelas Atas
27 Secara berturut-turut tata guna lahan yang terbentuk pada teori inti ganda
ini dijelaskan pada Gambar 6:
Keterangan : 1. Zona CBD
2. Zona pabrik ringan 3. Perumahan masyarakat kelas rendah
4. Perumahan masyarakat kelas sedang 5. Zona perumahan masyarakat kelas atas
6. Zona pabrik-pabrik besar 7. Pusat perdagangan dipinggiran kota
8. Zona perumahan penglaju Commuter 9. Zona daerah industry diluar kota
Gambar 6. Teori Inti Ganda Harris Ullman
2.3.2 Teori Wilayah Inti dan Hinterland