27 Secara berturut-turut tata guna lahan yang terbentuk pada teori inti ganda
ini dijelaskan pada Gambar 6:
Keterangan : 1. Zona CBD
2. Zona pabrik ringan 3. Perumahan masyarakat kelas rendah
4. Perumahan masyarakat kelas sedang 5. Zona perumahan masyarakat kelas atas
6. Zona pabrik-pabrik besar 7. Pusat perdagangan dipinggiran kota
8. Zona perumahan penglaju Commuter 9. Zona daerah industry diluar kota
Gambar 6. Teori Inti Ganda Harris Ullman
2.3.2 Teori Wilayah Inti dan Hinterland
Urban Fringe dapat diartikan sebagai wilayah pinggiran. Selain dalam pengertian batas administratif, wilayah pinggiran biasanya juga merupakan daerah
transisi antara built up areas dan non built up areas. Secara fisik, wilayah pinggiran tersebut dapat dicirikan oleh kegiatan pedesaan rural yang bercampur dengan
kegiatan perkotaan rural-urban, atau dapat juga wilayah tersebut sudah fully build-up. Bergantung pada lokasinya, setiap wilayah pinggiran mempunyai
karakteristik unik tersendiri. Friedmann 1967 menganalisis aspek-aspek tata ruang, lokasi, serta
persoalan kebijakan dan perencanaan pengembangan wilayah dalam ruang lingkup yang lebih general. Friedmann mengemukakan teori wilayah intinya yang
berjudul ‘A General Theory of Polarized Development’ dan teori lainnya tentang pengembangan wilayah yang berjudul ‘Regional Development and Planning’.
Menurut Friedmann, di sekitar daerah inti terdapat daerah-daerah pinggiran atau periphery regions atau hinterland. Daerah-daerah pinggiran seringkali disebut juga
daerah pedalaman atau daerah sekitar. Pengembangan dipandang sebagai proses inovasi yang diskontinu tetapi
kumulatif yang berasal dari sejumlah kecil pusat-pusat pertumbuhan, yang terletak pada titik interaksi yang memiliki potensi tertinggi. Pembangunan inovatif
28 cenderung menyebar keluar dari pusat-pusat wilayah inti ke daerah-daerah yang
lebih rendah yang mempunyai potensi interaksi yang baik Gambar 7.
Gambar 7. Daerah inti dan daerah pinggiran urban fringe
Pusat-pusat besar pada umumnya berbentuk kota-kota besar, atau kota metropolitan, ataupun kota megapolitan yang dikategorikan sebagai daerah-
daerah inti sentral, sedangkan daerah-daerah pinggiran yang relatif statis merupakan subsistem yang kemajuan pembangunannya ditentukan oleh aktifitas
di daerah inti yang artinya bahwa daerah pinggiran berada dalam suatu hubungan ketergantungan yang substansial. Wilayah inti dan daerah pinggiran secara
bersama-sama membentuk suatu sistem spasial yang lengkap. Proses dimana daerah inti mengkonsolidasikan dominasinya terhadap
daerah pinggiran dilakukan melalui pengaruh-pengaruh umpan balik. Menurut Hasen 1972 dalam Rahardjo 2004 pengaruh-pengaruh tersebut dapat berupa:
a. Pengaruh dominasi, yaitu dengan cara melemahkan perekonomian didaerah pinggiran sebagai akibat dari mengalirnya SDASDM dan modal ke wilayah inti.
b. Pengaruh informasi, yaitu peningkatan dalam interaksi potensial yang dapat menunjang pembangunan inovatif.
c. Pengaruh psikologis, penciptaan kondisi yang memicu terjadinya kegiatan inovatif yang lebih nyata.
d. Pengaruh mata rantai, yaitu kecenderungan inovasi-inovasi yang ada untuk menghasilkan inovasi baru lainnya.
e. Pengaruh produksi, yaitu penciptaan struktur balas jasa yang menarik untuk menghasilkan interaksi yang lebih inovatif.
Pada umumnya daerah inti melaksanakan fungsi pelayanan terhadap daerah sekitarnya. Beberapa daerah inti memperlihatkan fungsi yang khusus,
Daerah Inti
Daerah Pinggiran Daerah Pinggiran
29 seperti : sebagai pusat perdagangan dan industri, serta pusat pemerintahan.
Sehubungan dengan peranan wilayah inti dalam pembangunan spasial, Friedmann 1967 mengemukakan 5 lima preposisi utama sebagai berikut :
1. Daerah inti mengatur keterhubungan dan ketergantungan daerah sekitarnya melalui sistem suplai, pasar, dan wilayah administrasi.
2. Daerah inti meneruskan secara sistematis dorongan-dorongan inovasi ke daerah sekitarnya yang terletak dalam wilayah pengaruhnya.
3. Sampai pada suatu titik tertentu, pertumbuhan daerah inti cenderung mempunyai pengaruh positif dalam proses pembangunan system spasial, akan
tetapi mungkin pula mempunyai pengaruh negatif jika penyebaran pembangunan wilayah inti ke daerah sekitarnya tidak berhasil diciptakan
sehingga nilai ketergantungannya menjadi rendah. 4. Dalam suatu system spasial, hirarki daerah inti ditetapkan berdasarkan
kedudukan fungsionalnya masing-masing, seperti karakteristik dan prestasi yang dimiliki.
5. Kemungkinan inovasi-inovasi akan ditingkatkan ke seluruh sistem spasial dengan cara mengembangkan pertukaran informasi.
Meskipun hubungan antara daerah inti – daerah pinggiran sebagai kerangka dasar kebijakan dan perencanaan pembangunan regional masih
dianggap sederhana dan masih bersifat umum, namun hal ini dapat digunakan sebagai acuan untuk menjelaskan hubungan dan ketergantungan antara daerah
pusat dengan wilayah disekitarnya.
2.3.3 Perkembangan Kota Baru New Town