Sebaran Gambut di Kawasan Sungai Raya Tipologi Perumahan di Kawasan Sungai Raya

77 Gambar 20. Posisi kawasan Sungai Raya sebagai Hinterland Kota Pontianak

4.4 Sebaran Gambut di Kawasan Sungai Raya

Lahan gambut beserta vegetasi yang tumbuh di atasnya merupakan bagian dari sumberdaya alam yang mempunyai fungsi untuk pelestarian sumberdaya air, peredam banjir, pencegah intrusi air laut, pendukung berbagai kehidupan keanekaragaman hayati, dan pengendali iklim melalui kemampuannya dalam menyerap dan menyimpan karbon. Karakteristik gambut yang terdapat di Sungai Raya bervariasi mulai dari kedalaman 0.5 sampai dengan 4 meter. Gambut yang diperbolehkan sebagai kawasan budi daya adalah gambut dengan kedalaman kurang dari 3 meter, dan untuk kedalaman lebih dari 3 meter termasuk kawasan lindung yang dikonservasi. Letak geografis kawasan Sungai Raya yang dilalui oleh Sungai Kapuas menyebabkan sebagian lahan di kawasan tersebut terbentuk dari endapan lumpur delta dengan luasan 202,70 ha. Gambut dengan kedalaman 0.5-1 meter gambut tipis mencapai luasan 1.547,94 ha, sementara gambut dengan kedalaman 1-2 meter mencapai luasan 1589.74 ha. Peta sebaran gambut di kawasan Sungai Raya dapat ditunjukkan pada Gambar 21. 78 Gambar 21. Peta sebaran lahan gambut di kawasan Sungai Raya Karakteristik Tanah : : endapan liat : endapan liat + organik : tanah organik 1-2 m : tanah organik 2-3 m 79

4.5 Tipologi Perumahan di Kawasan Sungai Raya

Permukiman yang terdapat di kawasan Sungai Raya sebagain besar dikembangkan oleh developer lokal, dan sebagian kecil lainnya dibangun secara swadaya oleh masyarakat setempat. Permukiman dan kegiatan ekonomi di kawasan Sungai Raya berkembang di sepanjang sisi jalan kolektor yang secara administratif berbatasan langsung dengan Kota Pontianak. Berdasarkan luas area yang dibangun, perumahan di kawasan Sungai Raya termasuk tipe perumahan skala kecil. Komplek-komplek perumahan dibangun per jalur dimana lebar persil komplek berkisar antara 35 – 45 meter. Secara umum, terdapat dua tipologi permukiman di kawasan Sungai Raya, yaitu: 1 Rumah Panggung, yaitu rumah dengan pondasi pancang kayu tiang tongkat yang merupakan rumah tradisional masyarakat Pontianak namun saat ini rumah jenis panggung sudah mulai ditinggalkankurang diminati masyarakat dan jumlahnya sudah sangat sedikit; 2 Rumah Tapak, yaitu rumah dengan pondasi lajur batu kali. seperti tipe rumah di daerah Jawa. Rumah tapak saat ini menjadi trend yang dikembangkan oleh pihak developer dimana minat masyarakat terhadap rumah tapak cukup besar. Gambar 22. Tipologi rumah panggung di Sungai Raya 80 Menurut pendapat beberapa pakar, rumah panggung yang merupakan local wisdom masyarakat Kota Pontianak dinilai lebih ramah lingkungan. Hal ini disebabkan struktur panggung yang tidak merusak daerah resapan air sehingga infiltrasi air tanah tetap terjaga. Hal ini juga sebagai salah satu upaya antisipasi apabila terjadi air pasang, mengingat karakteristik kawasan yang dekat dengan sungai sehingga mengalami pasang surut. Gambar 23 berikut menunjukkan kondisi kanal Sungai Raya pada saat terjadi air pasang: Gambar 23. Kondisi kanal Sungai Raya pada saat air pasang Selain beberapa kelebihan yang dimiliki, rumah panggung juga memiliki kekurangan, misalnya banyak sampah berserakan di kolong rumah yang terbawa arus pada saat pasang. Jarak antara permukaan tanah dan lantai bangunan yang rendah 50–100 cm menyebabkan sulitnya melakukan maintenance. Kondisi lahan yang cenderung basah menyebabkan tanaman air tumbuh subur sehingga mengurangi estetika lingkungan dan menjadi sarang nyamuk. Fakta yang ditemukan di lapangan adalah rumah panggung saat ini sudah jarang ditemukan dan jumlahnya relatif sedikit di kawasan Sungai Raya kecuali permukiman yang berada di atas air tepian Sungai Kapuas. Hal ini menunjukkan bahwa tipologi rumah panggung sudah kurang diminati oleh masyarakat. Sebagian besar rumah panggung yang masih eksis hingga saat ini merupakan rumah warisan peninggalan nenek buyut dengan umur bangunan antara 40 – 50 tahun. 81 Gambar 24. Kondisi lingkungan di sekitar rumah panggung Trend perkembangan permukiman saat ini menunjukkan bahwa minat masyarakat lebih mengarah kepada konsep bangunan modern yang notabene tidak menggunakan struktur panggung atau dengan kata lain rumah tapak seperti tipologi rumah di pulau Jawa dengan tampilan facade tampak bangunan yang lebih modern. Industri permukiman di kawasan Sungai Raya menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Kondisi kawasan Sungai Raya sepuluh tahun yang lalu masih merupakan hutan rawa gambut, kini secara gradual telah dikonversi menjadi permukiman penduduk. Fenomena yang terjadi cukup mengkhawatirkan, mengingat masyarakat maupun pemerintah belum sepenuhnya menyadari arti dan manfaat ekosistem gambut sebagai penyelamat lingkungan. Tipologi rumah tapak yang saat ini tengah menjadi bisnis primadona bagi developer lokal di kawasan Sungai Raya dapat dikatakan tidak ramah lingkungan karena dapat merusak kelestarian ekosistem gambut. Tipologi rumah tapak dapat dilihat pada Gambar 25. 82 Gambar 25. Tipologi rumah tapak dengan desain arsitektur modern Perumahan skala kecil yang berkembang di Sungai Raya ditandai dengan jumlah unit rumah yang dibangun di masing-masing komplek hanya berkisar antara 30–50 unit, dalam bentuk rumah tunggal atau Koppel. Dari kondisi eksisting dapat diketahui bahwa ketersediaan RTH dan sarana bermain sangat minim bahkan tidak tersedia. Demikian juga ruang untuk publik yang kurang menjadi prioritas. Gambar 25 menunjukkan bahwa dalam satu persil bangunan sekitar 70-80 resapan hilang karena tertutup lantai bangunan. Hanya tersisa sekitar 20 saja untuk resapan. Dapat diprediksi degradasi lingkungan yang terjadi apabila seluruh lahan gambut di kawasan Sungai Raya dibangun rumah tapak yang notabene merampas fungsi ekologis dari lahan gambut. Tren rumah tapak dengan gaya arsitektur modern selain dikembangkan oleh pihak developer juga dilakukan secara swadaya oleh masyarakat. Hasil temuan di lokasi penelitian menunjukkan rumah tapak yang dibangun di atas lahan gambut yang masih dalam keadaan tergenang belum didrainasekan. Lahan yang akan dibangun terlebih dahulu di pancangkan kayu cerucuk berdiameter 8 cm untuk meningkatkan daya rekat tanah. Selanjutnya dibuat bekisting untuk pengecoran pondasi beton bertulang mengelilingi batas bangunan setelah itu air dipompa keluar. Sebagian besar masyarakat belum mengetahui fungsi ekosistem gambut. Mereka lebih memilih rumah beton dengan pertimbangan lebih kokoh dan stabil dibanding rumah panggung tiang tongkat. 83 Gambar 26. Perkerasan lantai rumah tapak yang menutupi permukaan tanah Fakta lain yang ditemukan dilapangan yaitu kegiatan konstruksi rumah tapak yang dibangun diatas lahan gambut yang tergenang, dimana masih terdapat air gambut yang berwarna kehitaman Gambar 27. Gambar 27. Pekerjaan konstruksi rumah tapak beton di lahan gambut 84 Selain dua tipologi struktur bangunan yang ditemukan di lapangan panggung dan tapak, ada juga tipologi hunian vertikal tingkat sedang 3-4 lantai dengan struktur pondasi tapak di kawasan Ahmad Yani dengan radius yang tidak terlalu jauh dari lokasi penelitian. Status hunian vertikal tersebut adalah rumah susun sederhana sewa rusunawa. Hasil wawancara dengan beberapa penghuni menyatakan bahwa peminat rusunawa tersebut cukup banyak sehingga dalam waktu 3 tahun telah dilakukan penambahan unit baru. Selain harga sewa yang cukup terjangkau, lokasi rusunawa tersebut juga berada pada lokasi yang strategis yaitu dekat dengan kampus Universitas Tanjungpura dan Politeknik Negeri Pontianak dan perkantoran. Gambar 28. Hunian vertikal dengan struktur tapak di kawasan Ahmad Yani I 85

V. STATUS KEBERLANJUTAN TIPOLOGI PERUMAHAN EKSISTING DI KAWASAN BERGAMBUT SUNGAI RAYA

Abstrak Kawasan Sungai Raya mengalami kemajuan yang sangat pesat dalam kurun waktu sepuluh tahun belakangan ini khususnya dibidang permukiman. Sungai Raya yang berbatasan langsung dengan Kota Pontianak menjadi kawasan permukiman strategis dengan kegiatan perekonomian yang berkembang pesat. Keberadaan dan penyebaran permukiman penduduk di Sungai Raya cukup mengkhawatirkan jika ditinjau secara ekologi dikarenakan lahan gambut mengemban fungsi lingkungan yang tinggi. Perkiraan dampak yang terjadi akibat eksploitasi lahan gambut yang tidak terkendali berupa ketidakstabilan lingkungan bencana ekologis seperti hilangnya sejumlah daerah resapan yang akan berpotensi menyebabkan banjir dan lepasnya sejumlah gas rumah kaca ke atmosfer yang dapat menyebabkan semakin meningkatnya suhu permukaan bumi. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis keberlanjutan terhadap tipologi perumahan yang terdapat di kawasan Sungai Raya yang secara umum terdiri dari 2 dua macam tipologi yaitu ‘tipologi rumah panggung’ dan ‘tipologi rumah tapak’. Analisis keberlanjutan dilakukan dengan metode Multi Dimensional Scalling MDS yang diberi nama Rap- PEATSET Rapid Appraisal Peat Settlement yang hasilnya dinyatakan dalam bentuk indeks dan status keberlanjutan. Kemudian, untuk mengetahui indikator- indikator sensitif dan paling berpengaruh terhadap indeks dan status keberlanjutan dilakukan analisis Laverage dan analisis Monte Carlo. Nilai keberlanjutan diperoleh dari rekapitulasi penilaian para pakar dan stakeholders terpilih. Hasil analisis keberlanjutan tipologi rumah panggung menunjukkan bahwa dimensi ekologi cukup berkelanjutan sebesar 65,52, dimensi ekonomi kurang berkelanjutan sebesar 41,18, dimensi sosial-budaya kurang berkelanjutan sebesar 46,01, dan dimensi teknologi juga kurang berkelanjutan sebesar 46,69. Sementara hasil analisis keberlanjutan untuk tipologi rumah tapak menunjukkan dimensi ekologi tidak berkelanjutan sebesar 21,05, dimensi ekonomi cukup berkelanjutan sebesar 67,16, dimensi sosial-budaya cukup berkelanjutan sebesar 69,36, dan dimensi teknologi kurang berkelanjutan sebesar 46,10. Analisis keberlanjutan multidimensi rumah panggung sebesar 54,27 cukup berkelanjutan dan rumah tapak sebesar 46,46 kurang berkelanjutan. Dari 20 indikator yang dianalisis, terdapat 9 atribut sensitif dan 5 atribut dominan untuk rumah panggung, serta 15 atribut sensitif dan 3 atribut dominan untuk rumah tapak.Tingkat galat error sangat kecil pada taraf kepercayaan 95. Hasil analisis Monte Carlo memperlihatkan nilai yang tidak jauh berbeda dari hasil analisis Rap-Peatset MDS yang berarti bahwa kesalahan dalam analisis dapat diperkecil. Kata kunci : status keberlanjutan, tipologi perumahan, kawasan bergambut.

5.1 Pendahuluan

Keberlanjutan pembangunan di kawasan perkotaan tentunya akan berpengaruh pada peningkatan fisik bangunan dan perekonomian. Di satu sisi sektor ekonomi akan semakin menarik perhatian para investor dan migran, di sisi lain pembangunan fisik kota cenderung menimbulkan dampak negatif berupa hilangnya sejumlah daerah resapan dan menurunnya fungsi lingkungan.