33 3. Pola hierarki, yaitu pola yang terbentuk dari kumpulan beberapa kota dengan
ukuran yang berbeda dalam suatu wilayah, sehingga membentuk pola yang teratur.
Gambar 8. Pola dasar lokasi kota dalam ukuran dimensi dan bentuk
B. Pola umum perkembangan permukiman perkotaan
Semakin besar skala suatu kota semakin beragam pula aktivitas komersial penduduk kota tersebut, yang ditunjukkan dengan semakin beragamnya
penggunaan lahan oleh berbagai kategori bangunan. Secara fungsi, kategori utama penggunaan bangunan di daerah perkotaan terdiri dari : permukiman,
komersial, industri, pusat pemerintahan, sarana dan prasarana kota serta fasilitas umum lainnya.
Jalur-jalur transportasi yang direpresentasikan dalam bentuk jaringan jalan merupakan pembentuk pola penggunaan lahan yang paling dominan. Pada
awalnya penempatan bangunan-bangunan hanya menunjukkan pola sirkulasi setempat, dimana bangunan-bangunan tersebut diatur menurut pola jalan yang
tersedia. Seiring dengan perkembangan yang terjadi, akan terbentuk kelompok- kelompok bangunan yang saling berhubungan satu dengan lainnya, demikian juga
dengan jaringan utilitas dan fasilitas umum lainnya. Jalur transportasi dan utilitas kota menjadi pembentuk utama pola
penggunaan lahan dan penyebaran bangunan di kota. Sejak awal pertumbuhan, berbagai kegiatan usaha akan memilih lokasi strategis di sepanjang jalur-jalur lalu
lintas utama dan di tempat-tempat yang menjadi konsentrasi aktivitas komersial.
34 Gambar 9 berikut adalah contoh pola umum perkembangan permukiman kota:
Gambar 9. Pola umum perkembangan permukiman perkotaan
2.4 Konsep Pembangunan Berkelanjutan
Sejak tahun 1984 konsep pembangunan berkelanjutan menjadi pusat perhatian dalam pertimbangan kebijakan di seluruh dunia sebagai basis dari upaya
mewujudkan pembangunan yang seimbang. Laporan WCED World Commision on Environment and Development dalam ‘Our Common Future’
1984, menyampaikan tentang konsep pembangunan berkelanjutan sebagai berikut:
‘sustainable development is development which meets the needs of the present without compromising the ability of future generations to meet
their own needs’. Prinsipnya bahwa pembangunan berkelanjutan merupakan pembangunan untuk
memenuhi kebutuhan masa kini tanpa harus menghalangi pemenuhan kebutuhan generasi mendatang.
Pembangunan berkelanjutan merupakan kerangka pikir yang telah menjadi wacana internasional. Kerangka pikir ini kemudian disepakati oleh negara-negara
di dunia termasuk Indonesia didalam KTT Bumi di Rio de Janeiro tahun 1992 untuk
digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembangunan. Hasil KTT Bumi tersebut dikenal dengan Agenda 21.
Menurut Soemarwoto 2002 pembangunan berkelanjutan dapat didefinisikan sebagai pemenuhan kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan
kecukupan kebutuhan generasi mendatang. Pembangunan berkelanjutan tidak berarti berlanjutnya pertumbuhan ekonomi, karena tidak mungkin ekonomi tumbuh