Pembangunan Permukiman Berkelanjutan Konsep Pembangunan Berkelanjutan

38 Menurut Sarosa 2002 bahwa kota berkelanjutan memiliki beberapa karakteristik antara lain : a tata guna lahan yang terintegrasi dengan rencana transportasi; b pola tata guna lahan; c tata guna lahan yang membantu melindungi sember daya air; d kontrol penggunaan lahan untuk setiap orang; e kota yang manusiawi, pasar, ruang hijau, pedestrian; f mendukung kota menjadi lebih kompak. Manuwoto 2006 menyarankan manajemen perkotaan yang efektif untuk mendukung keberhasilan pembangunan perumahan yang berwawasan lingkungan. Pembangunan perumahan masa depan yang bertumpu pada kemandirian masyarakat dengan asas manfaat, adil dan merata, kebersamaan, kekeluargaan, keterjangkauan, dan kelestarian lingkungan hidup. Untuk mencapai keberlanjutan perkotaan perlu melibatkan berbagai pihak yang terkait dengan perkotaan. Pemerintah kota tidak akan dapat memecahkan permasalahannya sendiri, dimana peran pemerintah kota semakin lama semakin bergeser ke peran sebagai fasilitator. Intinya sistem pelaku majemuk akan menggantikan sistem pelaku tunggal yang selama ini didominasi pihak pemerintah. Dimasa depan akan terdapat titik majemuk kewenangan, pengaruh, dan tantangan yaitu bagaimana memberdayakan pihak pihak tersebut agar dapat bekerjasama secara kooperatif. Manfaatnya adalah terciptanya kepercayaan dan koneksi sosial Social Capital yang terus terakumulasi, dan pada gilirannya akan mencapai tiga sasaran yaitu : menjaga agar pemerintah semakin memiliki akuntabilitas dan tidak korup, menurunkan sumber konflik, dan memberdayakan para pelaku non pemerintah Alexander, 1977.

2.4.2 Pembangunan Permukiman Berkelanjutan

Pembangunan permukiman yang berkelanjutan merupakan pembangunan permukiman yang dapat memenuhi kebutuhan dan aspirasi masa kini maupun masa depan secara merata. Ciri-ciri model pembangunan yang berkelanjutan adalah berwawasan lingkungan dan memperhatikan aspek-aspek sosial, ekonomi, politik, budaya, falsafah, hukum, dan perundang-undangan. Model ini berusaha mencapai keselarasan hubungan antara manusia dengan lingkungan hidup sebagai tujuan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya, terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana. Terwujudnya manusia Indonesia yang mampu membina lingkungan hidup, dan terlaksananya pembangunan yang berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang. 39 Dengan pola pembangunan berkelanjutan, kualitas lingkungan ditingkatkan dan kerusakan lingkungan ditekan menjadi sekecil mungkin. Menurut Hertzen et al. 1973 bahwa pembangunan perumahan berkelanjutan adalah pembangunan perumahan yang memperhatikan perencanaan sosial mencakup pelayanan sosial, partisipasi masyarakat, organisasi dan metode, informasi, ketrampilan dalam perencanaan, komunikasi, dan manajemen. Pembangunan permukiman yang berkelanjutan diartikan sebagai upaya yang berkelanjutan untuk memperbaiki kondisi sosial, ekonomi dan kualitas lingkungan tempat hidup dan bekerja semua orang. Sehingga dalam mewujudkan pembangunan permukiman yang berkelanjutan sangatlah penting untuk mempertimbangkan permukiman yang berwawasan lingkungan Kirmanto, 2002. Beberapa konsep yang pernah dikemukakan para pakar dalam melaksanakan pembangunan yang berwawasan lingkungan adalah : pelestarian ekologi, teknologi hijau, dan mengatasi pencemaran lingkungan Budiharjo et al., 1999. Lebih lanjut dijelaskan beberapa prinsip dasar pembangunan yang berkelanjutan terdiri atas: 1 Ekonomi, 2 Ekologi, 3 Equity, 4 Engagement, dan 5 Energi. Dua aspek yang sangat terkait dengan fisik pembangunan berkelanjutan adalah aspek ekologi dan energi yang dijabarkan sebagai berikut Budihardjo, 1999: 1. Aspek ekologi :  Pemanfaatan Sumberdaya Alam: konservasi sumber daya alam, pencegahan polusi dan penanggulangan bencana.  Peraturan penggunaan tanah: penggunaan lahan campuran, menciptakan ruang-ruang terbuka, menetapkan batas perkembanganpemekaran kota. 2. Aspek energi:  Sumber energi: penghematan energi dan pemilihan sumber energi alternatif.  Sistem transportasi: optimalisasi transportasi missal public transportation.  Bangunan: optimalisasi pencahayaan dan penghawaan alami. Berbagai konsep perencanaan kota yang berkelanjutan sudah dipaparkan oleh para pakar perencana kota seperti : ‘The City of Tomorrow’ Corbusier, 1977, ‘Garden City’ Howard, 1902, dan ‘New Town’ Osborn dan Whittick, 1963. Konsep-konsep para urban designer tersebut tidak akan dapat mencapai tujuan dari Kota yang Berkelanjutan apabila manusia yang menghuni kota tersebut tidak menjalankan peran yang semestinya. Dengan kata lain dibutuhkan keterpaduan 40 dari semua bidang kehidupan dalam mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Konsep permukiman yang berwawasan lingkungan bertujuan untuk mencapai pembangunan yang berkelanjutan. Indikator-indikator permukiman berwawasan lingkungan dijelaskan pada Gambar 10. Sumber: Maclaren, 1996 Gambar 10. Indikator permukiman yang berwawasan lingkungan Pembangunan perumahan dan permukiman berkelanjutan didominasi oleh penggunaan lahan dan pemanfaatan ruang. Untuk itu perlu dipertimbangkan 4 empat hal utama, yaitu Campbell, 1996: a. Socially and culturally suitable and accountable, yaitu pembangunan yang secara sosial dan kultural bisa diterima dan dipertanggung jawabkan; b. Politically acceptable, yaitu pembangunan yang secara politik dapat diterima; c. Economically feasible, yaitu pembangunan yang layak secara ekonomis; dan d. Environmentally sound and sustainable, yaitu pembangunan yang bisa dipertanggung jawabkan dari segi lingkungan. Menurut Maclaren 1996 dalam mewujudkan permukiman yang berwawasan lingkungan ada 4 komponen yang digunakan sebagai indikator, yaitu: Ekonomi, Sosial, Lingkungan dan Budaya. Jadi ketika kita berbicara tentang permukiman yang berwawasan lingkungan tidak hanya melibatkan indikator fisik saja melainkan juga indikator non-fisiknya. Kirmanto 2002 menjelaskan bahwa salah satu upaya untuk mewujudkan permukiman yang berwawasan lingkungan adalah dengan menciptakan kawasan perumahan ekologis yang lebih memperhatikan aspek lingkungan dalam merencanakan huniannya. 41 Gambar 11 menjelaskan komponen-komponen yang dibutuhkan untuk terwujudnya sebuah permukiman : Sumber: Huovilla dan Pekka, 1999 Gambar 11. Komponen-komponen sebuah kawasan perumahan Gambar diatas menjelaskan tentang komponen-komponen apa saja yang saling terkait dalam suatu kawasan perumahan mulai dari konsep perencanaan sampai kepada perumahan yang siap huni. Komponen tersebut yang akan berperan dalam mewujudkan permukiman yang berwawasan lingkungan. Beberapa strategi perencaan kawasan permukiman yang berwawasan lingkungan dapat dilihat pada prinsip-prinsip dibawah ini Grant et al., 1996:  Mengelola dan memelihara lingkungan supaya berfungsi dengan semestinya, seperti: tempat pembuangan sampah, drainase lingkungan dan sistem pembuangan air limbah.  Meminimalisasi pengaruh bangunan pada lingkungan sekitar, contoh pemanfaatan ruang, fasilitas pelayanan, dan perencanaan infrastruktur yang efisien.  Melindungi sumber-sumber alam dan sumberdaya lahan untuk generasi mendatang, seperti melindungi sumberdaya air, tanah, dan udara.  Mengurangi dan mengolah limbah yang dihasilkan dari hunian agar tidak mencemari lingkungan.  Meningkatkan peran serta dan partisipasi masyarakat dalam memelihara lingkungan.  Menciptakan lingkungan sosial yang sehat, seperti keamanan dan kesehatan lingkungan sanitasi. 42 Campbell 1996 mengatakan bahwa ada 3 tiga konflik yang dapat terjadi dalam usaha mencapai tujuan Permukiman yang Berwawasan Lingkungan, yaitu : 1. Konflik Properti Property Conflict, yaitu konflik yang terjadi antara pertumbuhan ekonomi dan pemerataan ekonomi, konflik antara pemilik rumah dan penyewa, atau konflik antara pengelola kawasan dan pekerja. 2. Konflik Sumberdaya Resource Conflict, yaitu konflik tentang prioritas sumberdaya alam. Dari aspek bisnis sedapat mungkin memanfaatkan sumberdaya alam secara bijaksana, namun pada saat yang bersamaan juga dibutuhkan kebijakan tentang konservasi sumberdaya alam tersebut untuk kepentingan masa yang akan datang. 3. Konflik Pembangunan Development Conflict, yaitu melaksanakan kegiatan pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia tanpa harus merusak lingkungan hidup. Untuk mendukung pembangunan perumahan dan permukiman yang berkelanjutan dan berwawasan lingkungan Sustainable Development, undang- undang penataan ruang dan undang-undang perumahan dan permukiman perlu ditaati dan kemampuan pemerintah perlu ditingkatkan. Pembangunan yang tidak memperhatikan kondisi kemampuan daya dukung serta kelestarian lingkungan akan cenderung menurunkan kemampuan daya dukung lingkungan tersebut degradasi lingkungan. Oleh karena itu pembangunan permukiman harus diarahkan pada kondisi ideal atau berada pada kondisi daya dukung lingkungan yang optimal.

2.4.3 Pengembangan Bangunan Tinggi Berwawasan Lingkungan