Estimasi dampak sosial Hasil Simulasi .1 Estimasi dampak lingkungan

dengan Gambar 19c, laju degradasi meningkat secara tajam, karena telah melewati batas ambang konsentrasi ambien. Gambar 21 Hasil simulasi hubungan antara laju degradasi dengan konsentrasi di ambien

6.2.2 Estimasi dampak sosial

Berdasarkan hasil simulasi, potensi kasus kanker yang terjadi yaitu 0,000301-0,003147 atau 3,01-3,14 per mil dari total penduduk. Tiap tahun terjadi penambahan kasus kanker minimal 1 orang, tapi mulai tahun 2009 tiap tahun terjadi penambahan kasus kanker 2 orang. Berdasarkan simulasi menggunakan data baseline Lampiran 12, antara tahun 1995-2004 total estimasi potensi kasus kanker yang terjadi akibat emisi dioksinfuran adalah 64 kasus dan total kasus kanker hingga 30 tahun mendatang 2025 adalah 1092 kasus dari jumlah penduduk 1,5– 4,5 juta orang. Bila dibandingkan dengan penelitian yang telah dilakukan Rufo dan Rufo Jr. 2004, berdasarkan penelitian tersebut estimasi kasus kanker yang terjadi akibat emisi dioksinfuran melalui insinerator pada tahun 2000-2014 adalah sebesar 2.347 kasus atau sebanyak 0,00192–0,00349 dari jumlah penduduk sebanyak 7,04-9,93 juta orang. Tampak bahwa estimasi kasus kanker yang diakibatkan industri besi baja di Cilegon mempunyai dampak kasus kanker yang lebih kecil dibandingkan estimasi pada penelitian insenerator yang telah dilakukan oleh Rufo dan Rufo Jr. 2004. Menurut penelitian, dari sekian banyak kasus kanker yang terjadi, maka 0,16 atau 16 Rufo dan Rufo Jr., 2004; Kishimoto et al., 2001 akan mengalami kematian. Nilai ini selanjutnya digunakan sebagai perkiraan angka kematian. Tingginya estimasi potensi kasus kanker tersebut akan berimplikasi pada ekonomi dan sosial masyarakat setempat yang dihubungkan dengan nilai kematian VOSL dan nilai kesakitan VOI dalam hal ini potensi terkena kanker. Nilai VOSL Indonesia sangat rendah, yaitu bila dibandingkan dengan nilai VOSL dari negara lain Tabel 27. Hal ini disebabkan pendapatan rata-rata tahunan masyarakat Indonesia, khususnya Serang dan Cilegon Banten masih sangat rendah dibandingkan negara lain. Sebagai gambaran, pendapatan per kapita Indonesia pada tahun 2005 adalah 4.684 US, yang merupakan urutan ke 114 dari 179 negara Wikipedia, 2007. Bila dikuantifikasi, berdasarkan simulasi, maka nilai kesehatan akibat kasus kanker dan kematian yang terjadi akibat emisi dioksinfuran dari tahun 1995-2025 sebesar Rp.5,86-177,00 Milyar hingga akhir tahun 2025. Nilai kesehatan yang didapat berdasarkan penelitian Rufo dan Rufo Jr. 2004 di Filipina dari tahun 2000-2014 adalah 338-2355 juta Peso atau sekitar Rp. 64,38-448,57 Milyar. Tampak bahwa nilai kesehatan berdasarkan penelitian ini lebih kecil dibandingkan nilai kesehatan pada penelitian di Filipina. Hal ini disebabkan jumlah yang terpapar lebih besar kanker dan kematian serta nilai VOSL maupun VOI Filipina lebih tinggi Tabel 27. Estimasi potensi kasus kanker dan kasus kematian akan berkurang pula dengan terjadinya pengurangan emisi. Bila tidak ada pengurangan emisi, estimasi potensi kematian akibat kanker tahun 1995-2004 sebanyak 10 orang, tiap tahun terjadi kematian sebanyak 1 orang akibat emisi dioksinfuran . Pada pengurangan emisi 30,3, 40,7, serta 46,1 hingga tahun 2025, akan mengurangi potensi kasus kematian dan potensi kasus kanker seperti pada Tabel 32. Pengurangan emisi 46,1 akan mengurangi potensi kanker sebesar 69. Tabel 32 Hasil simulasi estimasi potensi kasus kanker dan kasus kematian dengan asumsi pengurangan emisi tahun 1995-2025 Jumlah kasus dengan asumsi pengurangan emisi: 0 30,3 40,7 46,1 Kasus kanker 1092 485 -55,6 377 -65,48 336 -69,23 Kasus kematian 175 78 -55,43 60 -65,71 54 -69,14 Peningkatan produksi 3,8 tanpa pengurangan emisi akan memberikan dampak yang sangat besar bagi estimasi potensi kasus kanker dan potensi kasus kematian seperti pada Tabel 33. Peningkatan produksi 3,8 diikuti dengan pengurangan emisi menghasilkan persentase pengurangan jumlah kasus yang cukup tinggi. Pada peningkatan produksi 3,8 dan pengurangan emisi 46,1 akan menurunkan kasus kanker sebesar 76. Tabel 33 Hasil simulasi estimasi potensi kasus kanker dan kasus kematian dengan asumsi peningkatan produksi 3,8 dan pengurangan emisi tahun 1995-2025 Jumlah kasus dengan asumsi peningkatan produksi 3,8 dan pengurangan emisi: 0 30,3 40,7 46,1 Kasus kanker 1857 723 -61,07 516 -72,21 437 -76,47 Kasus kematian 297 116 -60,94 83 -72,05 70 -76,43 Untuk mengetahui keadaan aktual, sulit untuk mendapatkan data dari lingkungan setempat mengenai kasus kanker ataupun kasus kematian akibat emisi dioksinfuran. Walaupun ada data kasus kanker dan kematian akibat kanker, tetapi tidak dapat dipastikan apakah memang kanker tersebut diakibatkan dari emisi dioksinfuran atau sebab lainnya. Hal ini perlu dibuktikan lebih lanjut dengan monitoring terus menerus dalam jangka waktu yang panjang. Hubungan antara potensi kasus kanker dengan konsentrasi di ambien dapat digambarkan seperti pada Gambar 22. Pada gambar tersebut tampak bahwa bila tidak dilakukan intervensi kebijakan untuk pengendalian emisi dioksinfuran, konsentrasi di ambien akan terus meningkat, sehingga kasus kanker juga akan meningkat secara linier. Dioksinfuran merupakan zat yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, sehingga walaupun sedikit dapat merupakan racun bagi tubuh, terlebih dengan sifatnya yang dapat berakumulasi dalam jaringan lemak. Sehingga bila telah melewati batas ambang, respon pada peningkatan dosis makin tajam Connell dan Miller, 1995. Gambar 22 Hasil simulasi hubungan antara konsentrasi di ambien dengan kasus kanker Adanya pengurangan emisi berdampak pula pada social cost Gambar 23. Perhitungan social cost tidak saja hanya berdasarkan estimasi kasus kanker dan kasus kematian saja, tapi juga ditambah dengan adanya abatement cost. Walaupun estimasi potensi kasus kanker dan kematian telah berkurang, tetapi abatement cost yang harus dikeluarkan industri mempunyai nilai yang cukup besar untuk diperhitungkan. Hal ini pula yang menyebabkan social cost pada pengurangan emisi 46,1 lebih besar dari social cost pada pengurangan 30,3. Makin besar pengurangan emisi, abatement cost nya juga semakin tinggi. Pada beberapa tahun pertama, terjadi penambahan social cost, setelah itu, social cost menjadi lebih kecil dari baseline data lengkap dalam Lampiran 13-15. 50000 100000 150000 200000 250000 300000 350000 400000 1 995 1 997 1 999 2 001 2 003 2 005 2 007 2 009 2 011 2 013 2 015 2 017 2 019 2 021 2 023 2 025 Tahun S o s ial co st j u ta r p h peng.emisi_30,3 peng.emisi_40,7 peng.emisi_46,1 peng.emisi_0 Gambar 23 Hasil simulasi social cost dengan berbagai asumsi pengurangan emisi Untuk pengurangan emisi 46,1, kenaikan social cost mula-mula sebesar 123,51 dan berangsur-angsur turun hingga 64. Social cost sebelum adanya pengurangan emisi dari tahun 1995-2025 adalah Rp.5,86-36,16 Milyar, sedangkan social cost setelah adanya pengurangan emisi 46,1 adalah Rp.13,11-64,06 Milyar. Adanya peningkatan produksi 3,8 juga akan meningkatkan social cost secara keseluruhan, karena peningkatan produksi menyebabkan kenaikan emisi, terjadi peningkatan konsentrasi di ambien dan akhirnya peningkatan kasus kanker dan kematian. Adanya emisi dioksinfuran akan memberikan estimasi dampak sosial yang perlu diperhatikan, terutama sebagai penyabab kasus kanker dan kematian. Walaupun membutuhkan waktu yang cukup lama untuk melihat kasus kanker yang terjadi, tapi emisi dioksinfuran ini tidak dapat diabaikan, karena bersifat akumulatif, sehingga membahayakan untuk generasi yang akan datang.

6.2.3 Estimasi dampak ekonomi