Kondisi kualitas udara Model Dampak Pencemaran Untul Penyusunan Kebijakan Pengendalian DioksinFuran( Studi Kasus Industri Logam Di Kawasan Cilegon)

Tabel 16 Hasil produksi industri logam di Cilegon tahun 1995-2004 PRODUKSI INDUSTRI TON TAHUN I II III IV V VI VII 1995 368.595 464.663 1.170.150 5.837 24.676,07 563,36 1996 1.010.754 1.198.867 2.934.188 1.437 31.235,53 31.657 619,56 1997 473.903 597.417 1.504.463 912 42.210,17 32.309 552,69 1998 305.462 553.894 1.332.633 432 52.111,32 48.119 516,52 1999 317.643 586.633 1.485.472 112 63.159,12 27.803 740,03 2000 430.422 618.320 1.460.623 221 87.177,13 32.772 400,1 2001 422.989 587.040 1.326.128 1.934,26 139.161,65 48.487 466,13 2002 415.555 555.759 1.191.633 3.647,51 191.146,16 46.678 756,24 2003 321.979 495.608 1.000.152 3.123,41 17.287 35.319 622,94 2004 406.607 608.649 1.189.153 3.647,51 92.000 50.038 457,98 Sumber: Sensus Ekonomi BPS 1995-2004 dan hasil interview, diolah Bila dikaji berdasarkan keragaman antar industri tersebut, dengan menggunakan ANOVA Lampiran 2, tampak bahwa secara signifikan terjadi pengelompokan industri berdasarkan produksi, kelompok I yaitu industri I dan II dengan kapasitas produksi rata- rata 447.000-627.000 ton; kelompok II yaitu industri III dengan kapasitas produksi rata- rata 1.000.000-1.460.000 ton; kelompok III yaitu industri IV, V, VI dan VII dengan kapasitas produksi rata-rata 570-74.000 ton. Produksi industri I, II dan III jauh lebih tinggi dibandingkan industri-industri lainnya. Walaupun industri-industri tersebut mempunyai hasil produksi yang rendah, namun emisi dioksinfuran tidak dapat diabaikan. Emisi tersebut bersifat kumulatif, sehingga walaupun kecil, berkonstribusi pada pencemaran yang dihasilkan.

4.4. Kondisi kualitas udara

Kondisi udara yang baik bagi kesehatan tubuh adalah salah satu kebutuhan manusia. Kualitas udara ini erat hubungannya dengan tingkat kesehatan penduduk. Sedangkan tingkat kesehatan penduduk merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Masalah kesehatan merupakan hal yang juga berkaitan dengan peningkatan jumlah industri dengan limbah yang mencemari lingkungan. Berdasarkan hasil pemantauan AMDAL yang dilakukan oleh PT KS pada tahun 1997, kondisi kualitas udara ambien di sekitar kota Cilegon hingga 6 km dari sumber cukup aman. Hal ini dapat dilihat pada jumlah konsentrasi debu, SO 2 , NO 2 , H 2 S dan NH 3 seperti pada Tabel 17. Tabel 17 Hasil pengukuran kualitas udara ambien tahun 1997 Kadar mgm 3 Lokasi Debu SO 2 NO 2 H 2 S NH 3 No Standar Jarak m 260 260 29,5 42 1360 I Daerah Industri Mesjid KIEC 1400 54,17 4,02 6,78 ttd 11,2 PT ASC 6000 II Daerah Perkotaan Hotel Permata Krakatau 4600 53,51 1,97 1,73 ttd 3,02 Jl. Madani 5100 78,42 0,91 0,79 ttd 4,95 III Daerah Pemukiman Kompl. Rawa Arum 3300 58,71 5,11 4,54 ttd ttd Desa Semang Raya 1050 132,47 3,70 1,83 ttd 6,81 ttd = tidak terdeteksi Sumber: AMDAL Terpadu PT Krakatau Steel, 1997 Berdasarkan Tabel 17, konsentrasi-konsentrasi yang dikeluarkan industri masih berada di bawah ambang batas, akan tetapi konsentrasi dioksinfuran belum dimasukkan dalam ketentuan yang harus diukur oleh industri. Di sisi lain, berdasarkan data yang dikeluarkan BPS 2004, banyak desa yang mengalami gangguan lingkungan di daerah Banten pada tahun 2002, termasuk Cilegon dan Serang seperti pada Tabel 18. Indikator dari gangguan lingkungan adalah banyaknya masyarakat yang mengalami berbagai macam penyakit. Tabel 18 Banyaknya desa yang mengalami gangguan lingkungan pada tahun 2002 Pencemaran Provinsi Air Tanah Polusi udara dan bau Berkurangnya RTH Pencemaran suara bising Banten 143 21,7 44 6,7 193 29,2 109 16,5 171 25,9 Sumber: BPS 2004 Berdasarkan data tersebut, polusi udara dan bau merupakan pencemar yang paling tinggi mengganggu desa-desa yang ada, diikuti dengan pencemaran suara. Hal ini dikarenakan banyaknya industri yang menimbulkan pencemaran, sehingga mengganggu masyarakat yang tinggal di desa-desa tersebut. Data ini sesuai pula dengan data yang dikeluarkan oleh BPS kota Cilegon 2004a yang menyatakan bahwa keluhan terbanyak yang dialami oleh masyarakat Cilegon adalah panas, batuk, dan pilek. Hampir 50 penduduk menyatakan keluhan terhadap batuk dan pilek. Tingkat pencemaran udara baik dari industri maupun kendaraan kemungkinan merupakan penyebab utama terhadap keluhan pada alat pernafasan manusia. Keluhan kesehatan lain adalah sakit kepala berulang dan 21,88 dan diare 6,79. Industri logam di daerah Cilegon, merupakan industri yang terbesar di Indonesia. Jika dikaji berdasarkan jumlah industri logam, industri ini membutuhkan paling tidak 2.000.000 ton bahan baku yang harus dibakar setiap tahunnya. Tentu saja proses ini akan berpotensi mengeluarkan emisi dioksinfuran yang tingkat konsentrasi di ambien sangat dipengaruhi pula oleh kondisi fisik industri serta kondisi cuaca. V MODEL ESTIMASI EMISI DAN KONSENTRASI DIOKSINFURAN Model yang akan dibangun dalam penelitian ini yaitu model dampak pencemaran emisi dioksinfuran yang terdiri atas model system dynamics yang komprehensif yang terdiri atas 3 sub model serta model formulasi kebijakan, sehingga secara keseluruhan terdiri dari 4 sub-model, yaitu: a. Sub model produksi dan potensi emisi b. Sub model dispersi untuk menentukan konsentrasi c. Sub model prediksi dampak emisi pada lingkungan, sosial, ekonomi dengan model system dynamics d. Sub model formulasi kebijakan Masing-masing sub-model tersebut memerlukan data dan mempunyai dasar perhitungan yang berbeda. Secara umum, dasar perhitungan pembuatan model dalam penelitian menggunakan data secara time series selama 10 tahun terakhir yaitu dari tahun 1995– 2004, sedangkan sumber data adalah data sekunder maupun primer seperti tercantum pada Tabel 7.

5.1 Sub model produksi dan estimasi emisi