diakibatkan emisi dioksinfuran, maka seluruh lapisan masyarakat akan lebih menyadari besarnya kerugian yang diakibatkan pencemaran tersebut.
Pada penelitian ini akan dilakukan estimasi emisi dioksinfuran pada industri produksi logam besi dan non besi dan akan dikembangkan dalam bentuk model dampak
pencemaran dioksinfuran terhadap lingkungan, sosial dan ekonomi. Berdasarkan inventarisasi yang telah dilakukan Suminar 2004, industri logam besi dan non besi
bukan merupakan sumber penghasil emisi dioksinfuran utama di Indonesia, tetapi ke-4, yaitu sebesar 948 gTEQ pada tahun 2000. Penelitian yang menggunakan sumber emisi
dioksinfuran yang berasal dari industri logam besi dan non besi hingga saat ini belum pernah diteliti, dibandingkan dengan sumber-sumber lain, maka dari itu penelitian ini
berkonsentrasi pada industri logam besi dan non besi. Keuntungan penelitian dengan pemodelan adalah kebutuhan biaya relatif lebih
rendah, dan setiap variabel yang dianalisis dapat dikuantifikasikan, sehingga setiap alternatif kebijakan yang akan diambil lebih mudah untuk dibandingkan. Idealnya, emisi
dioksinfuran diukur secara langsung dari sumber, tapi hal tersebut sangat sulit dilakukan, maka dilakukan estimasi emisi. Estimasi emisi ini harus dilakukan dengan akurat,
perhitungan keakuratan dapat dilakukan dengan menggunakan teori ketidakpastian atau uncertainty
IPCC, 2000 dan perhitungan konsentrasi ambien akan dilakukan dengan metode dispersi. Estimasi dan dampak pencemaran akan dipetakan melalui suatu model
dinamik dimana hasil simulasi dapat dijadikan dasar untuk pembuatan skenario kebijakan. Usulan kebijakan yang dihasilkan berdasarkan dari kuantifikasi variabel-
variabel yang terkait. Informasi ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan sebagai penunjang pembuat keputusan dan kebijakan.
1.2. Tujuan Penelitian
Secara umum tujuan penelitian adalah merumuskan alternatif kebijakan untuk pengendalian dioksinfuran dengan pendekatan sistem menggunakan model dinamik
untuk melihat dampak pencemaran dioksinfuran pada lingkungan, sosial dan ekonomi. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk:
1. Memperoleh nilai emisi dan konsentrasi dioksinfuran ke udara yang berasal dari
industri logam besi dan non besi
2. Memperoleh tingkat dampak dari emisi dioksinfuran terhadap faktor sosial,
ekonomi dan lingkungan 3.
Memberi rekomendasi alternatif kebijakan dioksinfuran dari segi pengendalian pencemaran
1.3. Kerangka Pemikiran
Berdasarkan data BPS 2004, laju pertumbuhan penduduk terus meningkat yaitu 0,5 pada tahun 2002 dan 1,5 pada tahun 2003. Pertambahan jumlah penduduk akan
menyebabkan meningkatnya kebutuhan hidup yang ditandai dengan bertambahnya produksi barang dan jasa. Sebagai contoh adalah peningkatan produksi dari industri baja
dari 0,5 juta ton pada tahun 1975 menjadi 2,5 juta ton pada tahun 1993 Situs Krakatau Steel, 2005. Secara umum, sektor industri mengalami peningkatan tiap tahunnya.
Pertumbuhan industri ini telah ikut mendorong pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, pertumbuhan industri tersebut juga telah menimbulkan masalah lingkungan akibat bahan
pencemar. Dampak pencemaran dirasakan oleh masyarakat makin hari makin bertambah.
Pada tahun 2002 persentase warga desa yang mengalami gangguan pencemaran air dan udara mengalami kenaikan dibanding dengan tahun 1996. Sebagai contoh di Jawa Barat,
pada tahun 1996 tercatat 2,04 wilayah mengalami gangguan lingkungan akibat pencemaran udara, pada tahun 1999 meningkat menjadi 4,49 dan tahun 2002 menjadi
6,41 BPS, 2004. Adanya industri-industri spesifik, misalnya industri kertas, industri kimia, industri
semen, ataupun industri besi baja akan memberikan dampak positif ataupun negatif. Dampak positif yaitu adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat, yang juga akan
meningkatkan Produk Domestik Regional Bruto PDRB
setempat. Sedangkan dampak negatif adalah adanya emisi dioksinfuran. Emisi dioksinfuran ini apabila telah melebihi
batas ambang, maka akan terjadi pencemaran. Pencemaran dioksinfuran akan berakibat pada lingkungan, sosial, maupun ekonomi.
Dampak pada lingkungan yaitu adanya penurunan kualitas udara sekitarnya, atau terjadinya degradasi terhadap kualitas udara; serta terjadinya konsentrasi ambien
dioksinfuran yang melebihi ambang batas. Dampak pada sosial yaitu terjadi gangguan
pada kesehatan yang mengakibatkan terjadinya potensi kasus kanker yang meningkat yang dapat mengakibatkan kematian. Hal ini juga akan berimplikasi pada social cost
yang harus dibayarkan sebagai kompensasi adanya pencemaran dioksinfuran. Dampak pada ekonomi adalah adanya abatement cost yang harus dikeluarkan industri untuk
mengurangi pencemaran dioksinfuran. Selain itu, adanya pencemaran akan mempengaruhi keuntungan industri serta manfaat bersih yang dihasilkan dari industri
tersebut. Secara tidak langsung, adanya pencemaran juga akan menyebabkan penurunan produktivitas kerja yang akhirnya menyebabkan berkurangnya pendapatan Soeparmoko,
1997; Hung, 2005. Penyelesaian masalah dampak dioksinfuran membutuhkan penyelesaian yang komprehensif melalui suatu pendekatan kesisteman dengan
menggunakan model dinamik. Diharapkan penelitian ini dapat menghasilkan suatu usulan kebijakan untuk pengendalian pencemaran dioksinfuran, yaitu kebijakan yang
berdasarkan skenario-skenario, misalnya kebijakan dengan skenario berbasis ekonomi ataupun lingkungan. Kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.
Penduduk meningkat, kualitas hidup meningkat, industri meningkat
Dampak negatif
Dampak pada sosial Dampak pada lingkungan
Membutuhkan penyelesaian yang komprehensif
Model Dampak Pencemaran Emisi DioksinFuran
Gambar 2 Kerangka pemikiran
Industri spesifik
Dampak positif
Keuntung- an industri
Peningkat- an PDRB
Peningkatan kesejahteraan
masyarkat. Emisi
dioksinfuran Standar
emisi
Standar Konsen-
trasi ambien
Degra- dasi
ling- kungan
Kon sen-
trasi ambien
Kasus kanker
Kasus kema-
tian Soci
al cost
Emi- si
total Abate-
ment cost
Keun tunga
n Indus
t i Dampak pada ekonomi
Man faat
ber sih
Usulan kebijakan pengendalian dioksinfuran
Konsentrasi ambien
dioksinfuran
1.4. Perumusan Masalah