Model Alternatif Kebijakan Model Dampak Pencemaran Untul Penyusunan Kebijakan Pengendalian DioksinFuran( Studi Kasus Industri Logam Di Kawasan Cilegon)

VII MODEL ALTERNATIF KEBIJAKAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

7.1 Model Alternatif Kebijakan

Model alternatif kebijakan dilakukan dengan menggunakan metode multi kriteria analisis dengan perangkat lunak PRIME dan menggunakan data hasil simulasi model system dynamics serta judgement kualitatif. Tahap-tahap yang dilakukan pada pengembangan model alternatif kebijakan Fauzi, 2005 yaitu: a. Tahap pertama, menentukan kriteria sub atribut serta sub-kriteria yang akan mempengaruhi alternatif kebijakan yang diambil. Penelitian ini menggunakan kriteria lingkungan, sosial, ekonomi serta kelembagaaninstitusi. Sub-kriteria dipilih berdasarkan variabel-variabel yang terdapat dalam sistem dinamik serta untuk kriteria kelembagaaninstitusi digunakan judgement kualitatif. Kriteria dan sub-kriteria tersebut di masukkan ke dalam PRIME dalam bentuk value tree seperti pada Gambar 30. Gambar 30 Value tree untuk kriteria dan sub-kriteria kebijakan dioksinfuran b. Tahap kedua, penentuan alternatif kebijakan yang akan digunakan sebagai acuan skenario serta dilakukan pembobotan. Ada 3 alternatif kebijakan yang digunakan sebagai skenario yaitu: 1. Skenario I: bila tidak dilakukan apa-apa Do Nothing 2. Skenario II : kebijakan yang berbasis lingkungan Environment Driven 3. Skenario III: kebijakan yang berbasis ekonomi Economic Driven Penentuan bobot untuk kriteria-kriteria yang telah ditentukan didasarkan dari nilai rata-rata hasil simulasi system dynamics selama kurun waktu 1995-2025 untuk masing-masing variabel. Alternatif Do Nothing digunakan sebagai baseline, diasumsikan kita tidak melakukan apa-apa Do Nothing, belum ada kebijakan pengurangan emisi dioksinfuran data Lampiran 12. Alternatif kebijakan berbasis lingkungan, yaitu dengan pengurangan emisi hingga maksimal yaitu sebesar 46,1 data Lampiran 15. Sedangkan alternatif kebijakan berbasis ekonomi, yaitu dengan kenaikan produksi industri yang diasumsikan 3,8 dari produksi data Lampiran 16. Proses pembobotan beserta alternatif kebijakan pada PRIME dapat dilihat pada Tabel 35. c. Tahap ketiga, menentukan perbandingan pada tiap-tiap kriteria. Perbandingan dilakukan terhadap score assessment, weight assessment, serta holistic comparison , seperti terlihat pada Gambar 31. Tabel 35 Alternatif untuk analisis PRIME dengan nilai masing-masing kriteria Gambar 31 Informasi preference untuk menentukan score assessment Tanda panah menunjukkan teknik assessment yang dipilih Proses penentuan alternatif terbaik akan dilakukan secara otomatis oleh PRIME berdasarkan perhitungan pada persamaan 2.12-2.14. Output PRIME akan direpresentasikan dalam bentuk value intervals, weights, dominance matrix serta decision rules. a. Value interval merupakan interval nilai yang dihasilkan dari perhitungan untuk tiap- tiap alternatif kebijakan. Value interval untuk penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 32. Gambar 32 Value interval kebijakan dioksinfuran Berdasarkan hasil value interval Gambar 31, terlihat tumpang tindih nilai antara nilai interval untuk skenario kebijakan berbasis ekonomi dengan skenario Do Nothing. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kebijakan pada saat ini yang berbasis ekonomi, dimana hampir setiap kebijakan yang dikeluarkan pengambil keputusan ditujukan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Sedangkan skenario dengan kebijakan berbasis lingkungan mempunyai interval tertinggi dibandingkan dengan 2 alternatif kebijakan lainnya. Dengan demikian perlu dipertimbangkan tentang kebijakan yang berbasis lingkungan, yaitu terhadap pengurangan emisi. b. Output kedua, weight yang merupakan pembobotan untuk setiap atribut, dapat dilihat pada Gambar 33 berikut ini, Gambar 33 Hasil weight pembobotan Gambar 33 menunjukkan bahwa hasil pembobotan tertinggi pada model alternatif kebijakan yang dikembangkan terdapat pada sub-atribut atau kriteria lingkungan, diikuti sub-atribut pemerintahaninstitusi, sosial dan ekonomi. Dengan demikian, kriteria lingkungan merupakan prioritas untuk alternatif kebijakan yang akan diambil. Hal ini sesuai dengan pengembangan model simulasi system dynamics, dimana pengurangan emisi akan memberikan dampak yang positif baik pada lingkungan ataupun sosial. Weight untuk masing-masing kriteria dapat dilihat pada Lampiran 21. Pada kriteria lingkungan, sub-atribut yang mempunyai bobot tertinggi adalah emisi, pada kriteria sosial yaitu sosial cost, pada kriteria ekonomi yaitu keuntungan produksi dan pada kriteria pemerintahaninstitusi bobot yang tertinggi adalah keterlibatan masing-masing instansi terkait. c. Output selanjutnya dominance, yaitu suatu matrik yang menunjukkan alternatif yang terbaik yang dipengaruhi oleh hasil pembobotan weight dari keempat kriteria yang telah dipilih. Dominance dapat dilihat pada Gambar 34. Gambar 34 Dominance alternatif kebijakan dioksinfuran Bulatan dengan tanda ↓ dan tanda menyatakan bahwa alternatif kebijakan tersebut yang paling dominan alternatif kebijakan berbasis lingkungan. Hasil ini sesuai dengan value interval yang telah dihasilkan dan diperkuat dengan nilai decision rules sebagai output terakhir. → d. Decison rules menyatakan seberapa jauh kerugian yang akan diterima bila alternatif- alternatif kebijakan tersebut dilaksanakan. Decision rules dalam penelitian ini memperlihatkan bahwa kerugian terkecil diperoleh bila skenario kebijakan berbasis lingkungan dilaksanakan, karena mempunyai possible loss terkecil -0,201 Gambar 35. Gambar 35 Decision rules untuk alternatif kebijakan dioksinfuran Empat 4 informasi penting yang terdapat pada decision rules, yaitu maximax, maximin, central values dan minimax regret. Maximax merupakan alternatif dengan nilai kemungkinan terbesar. Maximin yaitu alternative dengan nilai kemungkinan terkecil yang paling besar. Minimax regret merupakan alternatif untuk possible lost terkecil dan central values merupakan alternative dimana nilai tengah value interval terbesar Gustafsson et al., 2001. Untuk kebijakan berbasis lingkungan ke empat faktor tersebut diberi tanda ∨ , yang menandakan alternatif kebijakan tersebut telah memenuhi kriteria untuk dipilih, sehingga alternatif kebijakan berbasis lingkungan adalah kebijakan yang secara perhitungan merupakan kebijakan yang terbaik. Jika ditinjau berdasarkan nilai possible loss yang didapat, maka alternatif kebijakan lingkungan mempunyai kemungkinan kerugian yang paling kecil yaitu 20,1 dibandingkan alternatif kebijakan lainnya. Implikasi model alternatif kebijakan dengan analisis multi kriteria yaitu, untuk pengendalian pencemaran emisi dioksinfuran, alternatif kebijakan yang terbaik adalah alternatif kebijakan berbasis lingkungan. Artinya, perlu diadakan pengendalian emisi dari masing-masing industri yang berpotensi mengeluarkan emisi tinggi. Dalam banyak kebijakan, kebijakan yang sekarang digunakan umumnya merupakan kebijakan berbasis ekonomi, artinya penentuan kebijakan ditekankan untuk peningkatan ekonomi. Untuk itu perubahan arah kebijakan diperkirakan melalui trade off antara lingkungan dan ekonomi dan kesejahteraan sosial. Upaya pengendalian emisi dilakukan dengan peningkatan produksi. Peningkatan produksi dapat mempertahankan keuntungan perusahaan apabila terdapat biaya untuk pengendalian emisi.

7.2 Implikasi kebijakan