b. Kementerian Lingkungan Hidup mempunyai kewenangan yang terbatas untuk
merumuskan kebijakan nasional di bidang pengelolaan lingkungan hidup. c.
Pemahaman tentang POP’s, belum dikenal secara jelas oleh aparat pemerintah serta di kalangan masyarakat luas termasuk para industriawan.
d. Kapasitas laboratorium sangat bervariasi, tapi belum ada laboratorium yang dapat
menganalisis dioksinfuran.
2.4.2 Peraturan Mengenai Dioksinfuran di Beberapa Negara
Beberapa negara telah menentukan standar untuk dioksinfuran. Baku mutu dioksinfuran dapat ditetapkan berdasarkan media emisinya, misalkan berdasarkan kadar
maksimum dalam emisi udara dari insinerator limbah per m
3
udara, kadar maksimum dalam air per liter air atau berdasarkan asupan rata-rata per hari Tolerable Daily
Intake TDI.
Emisi dioksinfuran
terbanyak berasal dari pembakaran, sehingga media emisi terbanyak melalui udara. Karena itu, saat ini beberapa negara mengendalikan emisi
dioksinfuran dengan menetapkan baku mutu emisi dioksinfuran yang berasal dari insinerator. Persyaratan peraturan untuk emisi dioksinfuran dari insinerator sangat
bervariasi di beberapa negara. Misalnya, Uni Eropa melalui The European Commision mempublikasikan suatu peraturan mengenai pembakaran insinerasi limbah
mensyaratkan bahwa emisi dioksinfuran harus diminimalisasi hingga 0,1 ngTEQm
3
sebagai nilai panduan yang tidak boleh dilewati. Selain itu, ada beberapa negara yang mensyaratkan batas ambang untuk emisi yang keluar dari pabrik logam besi non besi.
Secara lengkap, data mengenai konsentrasi batas ambang dari tiap negara terdapat pada Tabel 4.
Tabel 4 Konsentrasi standar dioksinfuran di beberapa negara
Sumber Emisi Udara No Negara
Insinerator Pabrik logam besi
non besi 1 WHO
European Commision, 2001 Rabl dan Spadaro, 1998
1–4 pg WHO-TEQkg bbhari
b
0,11 pgm
3 a
2 Jepang Environment Agency of Japan,
1999; UNEP Chemicals, 1999 Kishimoto et al., 2001
0,6 pg I-TEQm
3 a
1-5 ng I-TEQm
3
lama 0,1 – 0.5 ng I-TEQm
3
baru ≤ 4 pgTEQkg bbhari
b
10 pg TEQkg bbhari
b
1 ng I-TEQm
3
lama 0,5 ng I-TEQm
3
baru 3 Amerika
UNEP Chemicals, 1999; Mackie et al., 2003
0,2 ng I-TEQm
3
lama 0,15 ng I-TEQm
3
baru 5 ng TEQ m
3
4 Connecticut Rao and Brown, 1990
1 pgTEQ m
3
per tahun
a
5 Jerman UNEP Chemicals, 1999
0,1 ng I-TEQm
3
6 Kanada UNEP Chemicals, 1999
0,5 ng I-TEQm
3
7 Thailand Kictham, 2002
30 ngm
3
8 Inggris UNEP Chemicals, 1999
1 ng I-TEQm
3
9 Swedia UNEP Chemicals, 1999
0,1 – 0,5 ng I-TEQm
3
10 Belanda UNEP Chemicals, 1999
0,1 ng I-TEQm
3
11 Austria UNEP Chemicals, 1999
0,1 ng I-TEQm
3
0,4 ng I-TEQm
3
EAF 12 Filipina
Rufo dan Rufo Jr., 2004 0,1 ng 100pg TEQm
3
13 Hong Kong
Eduljee,
2000 2 ng TEQm
3
105 pghari
b
14 Polandia Grochowalski, 2002
0,1 ng TEQm
3
baru 0.3 -8.2 pg TEQm
3 a
15 Negara Berkembang
UNEP Chemicals, 1999 2-6 pgTEQkg bbhari
b
Ket. : - bb = berat badan - I-TEQ = International Toxic Equivalent
- a standar udara ambien ; b TDI
Menurut UNEP Chemical 1999 ada 2 cara perlakuan untuk mereduksi emisi dioksinfuran ke lingkungan, yaitu cara primer dan cara sekunder. Cara primer yaitu
langkah untuk menghalangi terjadinya pembentukan dioksinfuran, meliputi:
a. subsitusi bahan baku atau bahan tambahan pada proses produksi
b. modifikasi pengoperasian pabrik misalnya, kondisi pembakaran yang baik
dengan memperhatikan waktu dan temperatur c.
mengubah desain pabrik Sedangkan cara sekunder adalah langkah untuk menghilangkanmengurangi emisi
dioksinfuran yang keluar ke lingkungan. Langkah ini antara lain meliputi: a.
mengadsorpsi dioksinfuran pada karbon aktif b.
menggunakan dry scrubber dengan karbon aktif pada fabric filter c.
selective catalytic reduction SCR menggunakan katalis TiO
2
Selain pengaturan baku mutu dioksin, beberapa negara mengeluarkan perundangan khusus untuk dioksin yang mengatur segala sesuatu yang berhubungan
dengan dioksin, misalnya di Jepang. Contoh perundangan mengenai dioksinfuran yang telah diterapkan di Jepang adalah sebuah dokumen yang berjudul Law concerning special
measures againts dioxins Enviromental Agency of Japan, 1999.
Secara keseluruhan, dokumen di atas isinya cukup lengkap, antara lain mengatur tanggung jawab masing-masing instansi pemerintah pusatdaerah, pengusaha dan
masyarakat; standar untuk diberlakukannya kebijakan dioksin serta TDI; rencana pemerintah untuk mereduksi emisi dioksin; dan fasilitas serta hukuman yang diberikan
bila melanggar emisi yang telah ditentukan.
2.5. Analisis System Dynamics