Estimasi Emisi dan Konsentrasi DioksinFuran di Lingkungan

c. sumber area area source, yang merupakan integrasi dari sumber titik dan garis, misalnya daerah penimbunan sampah dan sebagainya. Sumber pencemar udara dapat pula digolongkan ke dalam sumber diam stationary, misalnya industri dan sumber bergerak mobile, misalnya transportasi. Secara teknis, Spash dan McNally 2001 dan Rabl et al. 2005 menyarankan langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengkaji degradasi lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran udara. Langkah-langkah tersebut adalah: 1. Menggunakan model dispersi udara untuk memperkirakan perubahan emisi polutan di atmosfir. 2. Menghitung dampak perubahan konsentrasi pencemar di atmosfir pada recipient makhluk hidup. 3. Menghitung dampak pada ekosistem menggunakan fungsi dose-response. 4. Mengestimasi kerusakan dengan menghitung secara ekonomi dampak pencemaran valuasi ekonomi. Pencemaran dioksinfuran sebagian besar terjadi melalui media udara dimana udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan. Sifat persisten, akumulasi dan beracun dari dioksinfuran menyebabkan pencemaran dioksinfuran berdampak besar pada lingkungan, kesehatan sosial dan ekonomi.

2.1.1. Estimasi Emisi dan Konsentrasi DioksinFuran di Lingkungan

Pencemaran dioksinfuran diawali dengan berkembangnya peningkatan produksi industri yang mengandung unsur klor plastik, PVC, industri besi baja, industri kimia dan sebagainya. Industri-industri tersebut selain memberikan kemudahan dan meningkatkan kesejahteraan tapi di lain pihak juga memberikan dampak negatif yaitu pencemaran yang disebut juga eksternalitas negatif. Pencemaran dioksinfuran tercatat menimbulkan penurunan kualitas udara, seperti adanya industri peleburan besi di Netherlands menyebabkan kualitas udara terkontaminasi dioksinfuran sebesar 22.700 pg TEQgr debu Rappe, 1996. Contoh lain adalah di Jerman, konsentrasi rata-rata dioksinfuran yang keluar dari cerobong insinerator sampah adalah 8 ng I-TEQm 3 , sedangkan batas konsentrasi adalah 0,1 ng I-TEQm 3 International Toxic Equivalent pada tahun 1994 UNEP Chemical, 1999. Penurunan kualitas udara, secara tidak langsung akan menurunkan fungsi lingkungan atau terjadi degradasi lingkungan. Laju degradasi atau menurunnya kondisi lingkungan dapat dirumuskan sebagai perbandingan antara keadaan yang sebenarnya dan keadaan standar, sebagai berikut Fauzi dan Anna, 2005: ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ + = µ hst hat e 1 1 2.1 µ = laju degradasipenurunan kualitas hat = hasil sebenarnya hst = hasil standar Pengukuran konsentrasi emisi dioksinfuran dapat dilakukan dengan cara menggunakan satuan TEQ Toxic Equivalent. Nilai TEQ merupakan jumlah konsentrasi semua komponen dioksinfuran yang masing-masing telah dikalikan dengan TEF Toxic Equivalent Factor . Sedangkan TEF menyatakan berapa kali tingkat toksisitas satu isomer dioksin atau furan terhadap tingkat toksisitas 2,3,7,8-TCDD apabila 2,3,7,8- TCDD sama dengan 1 UNEP, 2003. Terdapat berbagai cara perhitungan TEF, seperti yang dinyatakan dengan I-TEF International Toxic Equivalent Factor, dan ada pula yang dianjurkan oleh WHO, yaitu WHO-TEF yang disyaratkan penggunaannya dalam Konvensi Stockholm. Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan dari dua cara pengukuran tersebut. Estimasi emisi dioksinfuran ke lingkungan per tahun dinyatakan dalam g TEQ per tahun sangat dipengaruhi oleh data aktivitas yaitu produksi yang dihasilkan atau bahan mentah yang digunakan sesuai dengan persamaan 2.2 UNEP, 2003; EPA, 2003: E yr = A yr x EF 2.2 E yr = emisi tahun g TEQtahun A yr = data aktivitas per tahun yaitu banyaknya bahan baku atau produk yang diproduksi kgtahun EF = faktor emisi, massa emisi dioksinunit tingkat aktivitas, dinyatakan dalam µg I-TEQ per unit bahan baku atau produk yang diproduksi. Penentuan faktor emisi dapat dilakukan dengan menggunakan Standardized Toolkit yang dikeluarkan UNEP UNEP, 2003. Nilai faktor emisi bergantung pada kategori dan sub-kategori suatu aktivitaskegiatan. Selain itu, faktor emisi juga ditentukan oleh jenis teknologi dan jenis penyebaran media emisi. Konsentrasi pencemar di udara dipengaruhi oleh faktor dispersi, dimana salah satu penentunya adalah kondisi meteorologi. Faktor dispersi juga digunakan untuk menjelaskan pengaruh jarak penyebaran terhadap konsentrasi ambien. Model dispersi yang umum digunakan adalah model dispersi Gaussian Plume Colls, 2002; Liu dan Liptak, 2000 yaitu : ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎣ ⎡ − − − = 2 2 2 2 2 exp 2 exp 2 , , , z y z y H z y Q H z y x σ σ σ πµσ χ 2.3 x,y,z,H = konsentrasi pada ttk x, y, z, gm 3 σ y , σ z = standar deviasi pada arah y dan z, m H = tinggi total pelepasan, m Q = kecepatan emisi pencemar, gs µ = kecepatan angin rata-rata , ms y = jarak lateral, m z = jarak vertikal, m Asumsi yang digunakan pada model ini adalah sistem dalam keadaan mantap steady state yaitu besarnya emisi dari sumber konstan; kecepatan angin, arah dan karakteristik difusi uap konstan; serta tidak terjadi perubahan kimia. Modifikasi dari model ini adalah model Gaussian Plume yang digunakan untuk keadaan long term, dimana data waktu lebih dari 1 bulan. Diasumsikan bahwa arah angin terdistribusi secara random pada rata-rata perioda Schenelle dan Dey, 1999. Untuk menghitung konsentrasi polutan NO x dan SO 2 dari industri yang menggunakan cerobong sumber tak bergerak Hamonangan et al. 2003 melakukan modifikasi persamaan Gaussian sebagai berikut: 2.4 ⎟ ⎠ ⎝ ⎟ ⎠ ⎝ 2 2 2 2 z y z y σ σ µ σ σ π ⎟ ⎞ ⎜⎜ ⎛ − ⎟ ⎞ ⎜ ⎜ ⎛ − = 2 2 exp exp e p H y Q c c = konsentrasi polutan Qp = kecepatan emisi He = tinggi cerobong efektif µ = kecepatan angin σy = lebar cerobong pada arah y σz = lebar cerobong pada arah z Khusus untuk dioksinfuran Rufo dan Rufo Jr. 2004, serta Rabl dan Spadaro 1998 menggunakan model ISC yaitu model yang telah memodifikasi persamaan dispersi Gaussian. Modifikasi meliputi refleksi dari permukaan tanah ground, serta batas mixing height untuk menentukan penyebaran vertikal antara permukaan tanah dan mixing height Rufo dan Rufo Jr. 2004, sehingga persamaan menjadi sebagai berikut: ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎟⎟ ⎠ ⎞ ⎜⎜ ⎝ ⎛ σ σ σ π χ y 2 z y s y 0.5 - exp u 2 QKVD = 2.5 = konsentrasi pada jarak x m dan y m Q = emisi polutan massa per unit waktu K = koefisien konversi V = jarak vertikal D = peluruhan decay term exp = eksponensial σy, σz = standar deviasi pada jarak lateral dan vertikal distribusi konsentrasi m

2.1.2. Dampak Pencemaran DioksinFuran pada Kesehatan