suatu perusahaan dalam meningkatkan kualitas, pelayanan, dan diferensiasi produk akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan tersebut.
5.3. Tingkah Laku Pasar
Tingkah laku pasar yang ditunjukkan oleh tingkah laku lembaga pemasaran dapat dilihat dari praktek pembelian dan penjualan, proses penentuan
atau pembentukkan harga, dan praktek-praktek dalam menjalankan fungsi-fungsi pemasaran. Masing-masing bagian tersebut diuraikan secara lebih rinci pada
uraian dibawah ini.
5.3.1. Praktek Pembelian dan Penjualan
Antara pengrajin tahu sebagai penjual dengan lembaga pemasaran sebagai pembeli telah terbina suatu ikatan bisnis yang cukup kuat. Setiap hari pengrajin
menjual produknya kepada pedagang yang sama, walaupun demikian pedagang memiliki kebebasan untuk melakukan pembelian pada pengrajin lainnya.
Contohnya adalah pengrajin yang menjual tahunya kepada pedagang sayur keliling, pedagang di pasar, pedagang gorengan, dan pedagang siomay. Hanya
pengrajin yang menjual sendiri tahunya secara eceran dipasar yang memungkinkan menjual produknya pada pembeli yang berbeda.
Adanya hubungan kerja sama antara pengrajin dan lembaga pemasaran yang ada, tidak membatasi ruang gerak mereka, melainkan lebih memudahkan
kedua pihak. Pihak pengrajin sebagai penjual mendapat ke mudahan untuk menyalurkan hasil produksinya, sedangkan pihak pedagang sebagai pembeli
mendapat kemudahan dalam memperoleh pasokan produk yang akan dijualnya kepada lembaga pemasaran selanjutnya atau langsung kepada konsumen.
Masalah yang mungkin timbul akibat adanya kebebasan untuk keluar masuk pasar adalah bagaimana menjaga hubungan kerja sama dengan pedagang
agar pengrajin tidak kehilangan rekan bisnis. Produk yang dihasilkan oleh pengrajin biasanya langsung diantar ke lembaga pemasaran yang sudah ada
dengan biaya transportasi biasanya ditanggung oleh pengrajin, kecuali untuk pedagang sayur keliling yang mengambil sendiri ke tempat pengrajin.
Sistem pembayaran pada industri kecil ini biasanya ditangguhkan sampai tahu-tahu tersebut laku terjual, misalnya jika pengrajin mengantar tahunya pada
pagi hari kepada lembaga pemasaran, maka uang pembayaran baru diterima pengrajin sore hari atau esok harinya. Cara tersebut berlaku untuk pengrajin yang
menjual tahunya kepada lembaga pemasaran, kecuali pengrajin yang menjual mengecerkan tahunya langsung kepada konsumen maka sistem pembayarannya
tunai.
5.3.2. Praktek Penentuan Harga
Para pengrajin tahu di Kelurahan Pasir Jaya pada umumnya telah memiliki standar harga dari tahu yang mereka hasilkan. Standar harga ini merupakan hasil
negosiasi antara pengrajin sebagai penjual dan lembaga pemasaran sebagai pembeli berdasarkan pasar yang ada. Harga-harga ini ditentukan oleh adanya
informasi pasar yang sempurna, para pengrajin biasanya mengikuti standar yang ada dalam menentukan harga produknya meskipun standar harga yang ditetapkan
tidak bersifat mutlak ditetapkan oleh pengrajin. Standar tersebut berbeda untuk setiap tahu, hal ini disesuaikan dengan
ukuran dan jenis tahu yang dihasilkan. Sebagai contoh seorang pengrajin yang mengolah 1 jirangan kedelai menghasilkan tahu dengan ukuran tertentu, maka
ukuran ini yang akan menentukan harga jualnya. Penentuan harga tahu di Kelurahan Pasir Jaya yang dihasilkan per jirangan kedelai dapat dilihat pada
uraian di bawah ini : •
1 jirangan menghasilkan 950 potong tahu, maka harga jual tahu adalah Rp. 90 per potong.
• 1 jirangan menghasilkan 800 potong tahu, maka harga jual tahu adalah Rp.
100 per potong. •
1 jirangan menghasilkan 600 potong tahu, maka harga jual tahu adalah Rp. 200 per potong.
Penentuan harga di lembaga pemasaran yang satu akan berbeda dengan lembaga pemasaran yang lainnya. Pedagang yang ada di pasar akan menjual tahu-
tahu tersebut dengan harga yang lebih tinggi dari harga jual pengrajin yaitu sebesar Rp 20 sampai dengan Rp 50 per potong tahu. Harga jual tahu yang
ditetapkan oleh pedagang gorengan dan siomay tentu akan berbeda dengan harga jual dari pengrajin karen. Hal ini disebabkan dibutuhkan pengolahan lebih lanjut
dari tahu menjadi tahu siomay dan gorengan yang membutuhkan biaya produksi.
5.3.3. Praktek-praktek dalam Menjalankan Fungsi Pemasaran