Penelitian Tentang Hiu TINJAUAN PUSTAKA

17

2.3 Penelitian Tentang Hiu

Penelitian-penelitian yang dilakukan terhadap ikan hiu sudah sering dilakukan, khususnya yang menjadikan bagian tubuh hiu sebagai objek penelitian. Karena pada dasarnya hampir semua bagian tubuh hiu dapat dimanfaatkan untuk penelitian seperti hati, kulit, daging dan lain- lain. Selain itu, penelitian-penelitian pendahuluan tentang pengelolaan sumberdaya hiu, kebijakan pemanfaatan hiu dan analisis sistem penangkapan hiu juga pernah dilakukan untuk beberapa perairan di Indonesia. Penelitian yang berhubungan dengan ikan hiu menggunakan darah untuk penangkapan dan pengumpulan hiu telah beberapa kali dilakukan dengan hasil yang bervariasi. Pada tahun 1993, Narsongko telah melakukan penelitian tentang pengaruh penggunaan darah sapi terhadap hasil tangkapan ikan hiu pada alat tangkap rawai cucut di Cilacap. Darah yang digunakan adalah darah sapi sebanyak 4.400 ml per operasi penangkapan. Darah tersebut dimasukan ke dalam kantung plastik dengan masing- masing berisi 200 ml darah. Kantung plastik dipasang pada tali utama atau disesuaikan dengan jarak antar tali cabang dalam satu basket. Kesimpulan yang diperoleh dari 17 kali operasi penangkapan yaitu hasil tangkapan tanpa menggunakan darah sebanyak 37 ekor dengan berat total 1.533 kg atau rata-rata 90,18 kgoperasi penangkapan, sedangkan hasil tangkapan menggunakan darah segar sebanyak 50 ekor dengan berat total 2.274 kg atau 133,76 kgoperasi penangkapan, hal ini berarti ada peningkatan hasil tangkapan sebanyak 43,58 kgoperasi penangkapan. Balai Penelitian Perikanan Indonesia BPPI telah mengadakan percobaan tentang pengaruh penambahan darah segar sapi pada operasi penangkapan dengan rawai cucut permukaan di Palabuhanratu BPPI, 1986 vide Narsongko, 1993. Pada uji coba ini, jumlah tali cabang dalam satu basket adalah 5 unit, sedangkan kantong darah dikaitkan pada bagian sekiyama. Kantong darah ini dipasang pada jarak masing- masing 50-75 meter. Kantong darah yang digunakan adalah kantong plastik berukuran 200 ml. Hasil dari uji coba ini diperoleh bahwa jumlah hasil tangkapan pada rawai cucut tanpa pemberian darah segar adalah 7 ekor dengan berat total 352,5 kg, sedangkan hasil tangkapan rawai cucut dengan pemberian darah segar berjumlah 18 16 ekor dengan berat total 674 kg. Kesimpulannya berarti pemberian darah segar dalam usaha pengumpulan untuk penangkapan cucut pada rawai cucut permukaan adalah cukup efektif untuk mendatangkan kawanan ikan hiu Narsongko, 1993. Percobaan yang dilakukan Hendrotomo 1989 menggunakan tiga jenis umpan daging ikan yaitu cakalang Katsuwonus pelamis, lemadang Coryphaena hippurus dan lumba- lumba Stenella malayan dan Orcanella breviros. Dari ketiga jenis umpan ini, daging ikan lemadang menghasilkan hasil tangkapan yang lebih rendah dibandingkan umpan menggunakan ikan cakalang dan lumba- lumba. Hal ini diduga karena daging ikan lemadang berwarna agak putih dan kandungan darahnya rendah, sedangkan dua jenis ikan lainnya memiliki daging lebih tebal, warnanya merah pekat dan kandungan darahnya lebih tinggi Hendrotomo, 1989. Para nelayan di pantai Jayanti Cianjur pernah menggunakan berbagai macam jenis daging ikan untuk umpan ikan hiu seperti ikan layur Trichiurus savala, ikan remang Congrexos talaban, ikan merah Lutjanus sanguinensis, ikan hiu Pristis cuspidatus, ikan sidat dan belut laut sebagaimana yang dilaporkan oleh Wirianata 1982. Di daerah-daerah lain seperti Lombok timur para nelayan menggunakan umpan daging ikan yang dilumuri darah seperti cakalang dan tongkol, sedangkan di daerah Cilacap nelayannya menggunakan daging ikan tuna, cakalang, pari dan lemadang. Rougley 1974 vide Narsongko 1993 menerangkan bahwa para nelayan longline sering menggunakan darah ikan tuna sebagai umpan yang ditaburkan ke perairan tempat dimana alat tangkap dioperasikan; untuk menangkap ikan hiu. Namun aktivitas ini hanya sebatas sampingan. Rougley juga menjelaskan bahwa ceceran atau tetesan darah ikan tuna yang terluka pada saat atau setelah tertangkap dengan longline sering mendatangkan kawanan ikan hiu. Penelitian lain yang tujuannya berbeda dengan penelitian-penelitian tentang pengumpulan ikan hiu diatas adalah penelitian tentang zat penangkal ikan hiu. Zat penangkal hiu yang dinamakan A-2 diperoleh dari sisa-sisa bagian tubuh ikan hiu yang dikumpulkan di pasar ikan dan dermaga New Jersey, Amerika Serikat Anonymous, 2004. Selanjutnya dilaporkan bahwa zat A-2 tersebut diyakini ampuh 19 untuk menangkal keberadaan ikan hiu, hal ini telah dicobakan oleh tim peneliti dari Puerto Rico yang dipimpin Eric Stroud di Pulau Bimini, Bahamas. Hasil pengujian yang dilakukan di Bimini Biological Field Station BBFS, dapat disimpulkan bahwa penangkal ini bekerja efektif pada empat jenis hiu yaitu hiu karang Caribbean, hiu berhidung hitam, hiu limun dan hiu nurse. Zat A-2 dapat memicu kawanan ikan hiu untuk menghindar, akan tetapi penggunaan zat tersebut belum terbukti pada hiu jenis lain seperti hiu putih dan hiu mako. Anonymous 2004 menyebutkan bahwa untuk lebih memastikan molekul aktif yang efektif bekerja pada zat ini, masih diperlukan riset lebih mendalam. Tabel 2. Penggunaan darah untuk pengumpulan hiu dalam penelitian dan praktek penangkapan hiu No Jenis Darah Penelitian Praktek Penangkapan 1 Sapi Narsongko 1993 di Cilacap dan BPPI 1986 di Palabuhanratu Cilacap Palabuhanratu 2 Ikan cakalang Hendrotomo 1989 di Palabuhanratu Cilacap Palabuhanratu Lombok Timur 3 Ikan lemadang a Hendrotomo 1989 di Palabuhanratu Cilacap 4 Ikan lumba- lumb Hendrotomo 1989 di Palabuhanratu - 5 Ikan hiu - Cianjur 6 Ikan layur - Cianjur 7 Ikan tuna - Cilacap Palabuhanratu Cirebon 8 Ikan pari - Cilacap 9 Ikan tongkol - Palabuhanratu Lombok Timur 10 Ikan remang - Cianjur 11 Ikan merah - Cianjur 12 Ikan sidat - Cianjur 13 Belut laut - Cianjur 20 2.4 Definisi Sekresi 2.4.1 Sekresi sebagai Pesan