11 Urea dibentuk di dalam darah dan cairan tubuh semua ikan laut yang bertulang
keras maupun ikan laut yang bertulang rawan. Bedanya, kedua kelompok ikan ini dengan cepat akan mengeluarkan urea tersebut, sedangkan hiu tidak. Urea tersebut
akan ditimbun di dalam darah. Akibatnya, kandungan urea di dalam darah hiu menjadi lebih tinggi, tekanan osmotisnya pun menjadi lebih tinggi daripada ikan
bertulang keras. Kondisi ini ternyata berpengaruh terhadap cara minumnya, dengan tekanan osmotis darah ya ng biasa-biasa saja maka kebanyakan ikan harus minum
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak demikian halnya dengan ikan ini, hiu tidak harus minum untuk mendapatkan air, melainkan dengan cara menyerapnya
melalui membran secara osmosis. Sejumlah besar urea yang terdapat dalam darah, cairan tubuh dan jaringan-jaringan daging hiu, dalam kadar lebih dari 1,5 berat,
dipercaya merupakan bagian dari mekanisme osmoregulasi yang mengatur daya selam dan daya apung dari ikan jenis Elasmobranchii ini Wibowo dan Susanto,
1995. Hasil analisis kadar urea pada daging hiu dengan bobot basah dan bobot kering
yang berasal dari bagian ekor, perut dan punggung menunjukkan bahwa kadarnya tidak berbeda yaitu 1,81 bobot basah atau 7, 64 bobot kering Saleh et. al.,
1995. Tabel 1 berikut mengemukakan hasil analisis kimiawi daging ikan hiu :
Tabel 1. Analisis kimiawi daging ikan hiu
No Parameter
Bobot Basah Bobot Kering
1 Kadar Air
76,33 -
2 Kadar Abu
1,22 5,14
3 Protein kasar
21,34 90,23
4 Lemak
0,37 1,55
5 Urea
1,81 7,64
6 Amoniak mg.N
15,43 -
7 pH
5,96 -
Sumber : Saleh et. al. 1995
2.1.3 Fisiologi Hiu
Banyak hal- hal yang menarik dan unik yang dimiliki ikan hiu bila dibandingkan dengan ikan lain, seperti kemampuan menga mbang dimana hiu tidak memiliki
12 kantung udara, karena ikan- ikan pada umumnya memiliki kantong udara yang
berfungsi sebagai alat untuk mengambang atau tenggelam. Bentuk tubuh yang khas dan ditunjang posisi sirip-siripnya, hiu secara alami dapat membentuk gerakan
hidrodinamik sehingga tubuhnya dapat terangkat. Selain itu cara berenang hiu juga menjadi salah satu keunikan tersendiri yaitu dengan cara menggeleng ke kiri dan ke
kanan. Cara berenang hiu seperti tersebut diatas digunakan pada saat hiu mencari dan melacak mangsanya Wibowo dan Susanto, 1995.
Selanjutnya Wibowo dan Susanto mengatakan bahwa hiu memiliki hati yang cukup besar. Rata-rata hiu memiliki hati dengan berat hingga 25-30 dari berat total
tubuhnya. Berdasarkan volumenya, hati hiu bisa mencapai 30 dari total volume tubuhnya. Hati hiu menyimpan hampir 80 lemak berupa minyak dari total berat
hati. Berat jenis lemak tersebut lebih ringan dari air laut yaitu 0,82 – 0,92 gml. Secara keseluruhan berat jenis hiu pun menjadi lebih ringan dari berat jenis air laut.
Ternyata, kondisi inilah sebagai pengganti kantung udara untuk memberikan daya mengambang pada hiu. Jadi, mengambangnya hiu ditentukan oleh minyak di dalam
hatinya, sedangkan gerakannya di dalam air ditentukan oleh sistem hidrodinamik yang terbentuk pada sirip dan bentuk tubuhnya.
2.1.4 Habitat Hiu
Ikan hiu terdapat di seluruh perairan Indonesia, mereka umumnya ditemukan di perairan berkarang atau perairan yang dasarnya berpasir dengan kedalaman bervariasi
tergantung jenisnya Wibowo dan Susanto, 1995. Selain dilaut, beberapa jenis hiu ada yang hidup atau berenang ke daerah air tawar Collins, 1992 vide Susanti, 1997,
seperti hiu sentani yang dijumpai di danau Sentani, Papua. Pada siang hari, hiu sering dijumpai di perairan karang yang lebih
dangkal, sedangkan di perairan yang lebih dalam hiu lebih sering ditemukan. Meski demikian, banyak juga jenis hiu yang menyukai tempat-tempat seperti perairan
dangkal, dasar perairan berpasir atau berlumpur, air payau bahkan air tawar. Hal ini seperti dikatakan Stead 1963 vide Narsongko 1993 bahwa ikan hiu terdapat di
13 perairan dengan kedalaman yang paling dangkal sampai beberapa ribu meter di lautan
lepas. Wibowo dan Susanto 1995, membedakan jenis-jenis hiu menjadi dua populasi
besar yaitu hiu permukaan atau hiu-atas yang hidup di perairan dangkal dan hiu perairan dalam atau hiu-dasar. Perbedaan habitat ini sangat mempengaruhi sifat dan
ciri-ciri hiu. Hiu-dasar akan mengalami tekanan air yang lebih kuat, suhu yang lebih rendah dan keterbatasan caha ya, sedangkan di peraiaran yang lebih dangkal
tekanannya lebih kecil, suhu makin mendekati permukaan dan cahaya melimpah. Faktor-faktor ini yang menentukkan sifat biologis hiu di setiap kedalaman perairan.
Umumnya hiu yang hidup di perairan dalam memiliki tubuh yang lebih ramping daripada hiu yang hidup di perairan yang lebih dangkal.
Selanjutnya Wibowo dan Susanto mengemukakan bahwa perbedaan tekanan air juga berpengaruh pada sifat dan ketahanan kulit hiu. Biasanya kulit hiu-dasar lebih
mudah rusak dibandingkan hiu-atas. Kekuatan dan kelenturannya juga berbeda serta warna daging hiu-dasar lebih putih daripada hiu-atas.
2.1.5 Penyebaran Hiu