Analisis Kepekatan Warna Darah

53

5. HASIL DAN PEMBAHASAN

Rangsangan kimiawi yang berhubungan dengan bau, rasa dan penglihatan memegang peranan penting dalam upaya-upaya pengumpulan ikan hiu untuk tujuan melakukan penangkapannya. Didalam hal ini hiu akan berhadapan dengan substansi kimiawi bahan darah. Ketertarikan hiu terhadap darah akibat rangsangan kimiawi yang dikeluarkan darah akan menyebabkan hiu mendekat atau mengumpul disekitar substansi darah tersebut. Hal diatas antara lain didasarkan pada sifat kesensitifan indera penciuman hiu terhadap darah di suatu perairan. Poznanin 1970 vide Narsongko 1993 menyatakan bahwa ikan hiu Mustalus canis mempunyai kemampuan mendeteksi makanan dengan bantuan indera penciuman yang ditunjukkan oleh kegiatan sensorik yang digantikan fungsinya oleh organ olfaktori. Bonaventura dan Bonaventura 1983 dalam Zahuranec 1983 mengatakan bahwa organ olfaktori hiu dapat mendeteksi substansi kimiawi sampai jarak ratusan meter. Engel 1979 vide Hendrotomo 1989 menambahkan bahwa hiu dilengkapi organ pencium paling tajam yang dapat menemukan tetesan darah dari jarak 400 m atau lebih.

5.1 Analisis Kepekatan Warna Darah

Sekitar 60 volume sel darah merah eritrosit terdiri dari air dan sisanya terdiri dari konjugasi protein berbentuk globin dan hem heme. Pigmen yang merupakan 4 dari konjugasi protein disebut hemoglobin Hb. Pigmen ini memberikan warna merah pada darah segar Brown, 1989. Berikut ini Tabel 11 adalah hasil pengukuran kadar hemoglobin Hb dari jenis sampel darah yaitu darah ikan hiu, darah ikan cakalang, darah ikan tongkol, darah ikan pari, darah sapi, darah ikan tuna dan darah ikan layur. 54 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 60.00 70.00 mgl Hiu Cakalang Tongkol Pari Sapi Tuna Layur Jenis darah Tabel 11. Hasil pengukuran kadar hemoglobin Hb dalam darah Kadar Hb dalam Darah gml Ulangan ke- Hiu Cakalang Tongkol Pari Sapi Tuna Layur 1 71 61 55 48 45 37 28 2 63 60 50 47 43 44 32 3 69,5 54 41 47 40 45 31 Rata-rata 67,83 58,33 48,67 47,33 42,67 42,00 30,33 Simpangan Baku 3,47 3,09 5,79 0,47 2,05 3,56 1,70 Rata-rata kadar Hb sampel darah ikan hiu menunjukkan nilai yang paling tinggi dibandingkan dengan sampel darah cakalang, tongkol, tuna, layur, pari dan sapi. Darah hiu memiliki kadar Hb sebesar 67,83 gml. Sampel darah layur memiliki kadar Hb sebesar 42,67 gml atau menunjukkan rata-rata nilai kadar Hb yang paling rendah. Jadi, dapat dinyatakan bahwa warna darah hiu paling pekat dibandingkan dengan jenis darah sampel- sampel yang lain, sedangkan warna darah ikan layur memiliki kepekatan yang terendah diantara jenis-jenis darah yang dianalisis. Secara berurutan, tingkat kepekatan warna darah dari sampel darah adalah 1 darah ikan hiu, 2 darah ikan cakalang, 3 darah ikan tongkol, 4 darah ikan pari, 5 darah sapi, 6 darah ikan tuna 7 darah ikan layur. Gambar 10. Rata-rata kadar hemoglobin Hb yang diukur dari be berapa jenis darah Bila ditinjau dari jenis sampel darah dari jenis-jenis ikan yang dimangsa hiu, maka kadar Hb darah cakalang merupakan yang tertinggi yaitu sebesar 58,33 gml. Hal ini berarti bahwa warna darah cakalang lebih pekat dibandingkan dengan jenis- 55 jenis sampel darah ikan yang dimangsa hiu. Dengan demikian, dapat diduga bahwa darah ikan cakalang lebih menarik bagi hiu dibandingkan dengan darah-darah sampel yang lainnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hendrotomo 1989 menggunakan daging ikan seperti cakalang, lumba-lumba dan lemadang, bahwa hiu lebih tertarik terhadap umpan ikan cakalang karena warna darahnya merah pekat kandungan darahnya tinggi dan dagingnya lebih tebal. Selanjutnya, tingkat ketertarikan ikan hiu terhadap darah dari jenis ikan yang dimangsa hiu secara berturut-turut dapat diduga adalah darah ikan tongkol, darah ikan pari, darah ikan tuna dan darah ikan layur. Tabel 12. Analisis sidik ragam kadar hemoglobin Hb pada jenis sampel darah yang berbeda Sumber Keragaman SK Db Jumlah Kuadrat JK Kuadrat Tengah KT F-hitung F-tabel Sampel Darah 6 2632,17 438,69 27,24 2,85 Galat 14 225,5 16,11 Total 20 2857,67 Berdasarkan analisis sidik ragam menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL terhadap tujuh sampel darah diatas menghasilkan F-hitung 27,24 lebih besar dari F-tabel 2,85 Tabel 12. Hal ini menyimpulkan bahwa jenis-jenis sampel darah yang berbeda adalah berpengaruh secara nyata terhadap kadar Hb darah pada taraf á = 5 . Dengan demikian, secara analo g, sampel-sampel darah yang digunakan juga berpengaruh sangat nyata terhadap kepekatan warna darah. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata setiap perlakuan jenis sampel darah yang berbeda maka dilakukan uji Beda Nyata Terkecil BNT terhadap kadar Hb Tabel 13. 56 Tabel 13. Uji beda nyata terkecil BNT pengaruh sampel darah yang berbeda terhadap rata-rata kadar Hemoglobin. Selisih Perlakuan BNT á Sampel Darah Cakalang Tongkol Tuna Layur Pari Hiu Sapi 0,05 0,01 Cakalang - 9.67 16.33 28.00 58.11 9.50 15.67 Tongkol - - 6.67 18.33 1.33 19.17 6.00 Tuna - - - 11.67 5.33 25.83 0.67 Layur - - - - 17.00 37.50 12.33 Pari - - - - - 20.50 4.67 Hiu - - - - - - 25.17 Sapi - - - - - - - 6.95 9.21 Keterangan : = berbeda nyata pada taraf á = 5 = berbeda sangat nyata á = 1 tanpa tanda = tidak berbeda Berdasarkan uji BNT diatas dapat diketahui bahwa secara umum nilai kadar Hb darah hiu, bila dibandingkan dengan nilai kadar Hb darah sampel-sampel yang lain, adalah berbeda sangat nyata pada taraf á = 1 . Kondisi yang sama juga terjadi pada nilai kadar Hb darah cakalang, bila dibandingkan dengan nilai kadar Hb darah sampel-sampel yang lain yaitu berbeda sangat nyata pada taraf á = 1 . Selanjutnya, nilai kadar Hb darah layur adalah berbeda sangat nyata pada taraf á = 1 terhadap semua jenis darah sampel yang dianalisis. Untuk perbandingan masing- masing nilai kadar Hb darah selain darah hiu dan darah cakalang adalah sangat beragam. Nilai kadar Hb darah tongkol berbeda sangat nyata pada taraf á=1 terhadap darah layur dan darah hiu. Nilai kadar Hb darah tuna bila dibandingkan dengan nilai kadar Hb darah layur dan darah hiu adalah berbeda sangat nyata pada taraf á =1 , tetapi nilai kadar Hb darah tuna tersebut tidak berbeda bila dibandingkan dengan nilai kadar Hb darah tongkol, darah pari dan darah sapi. Selanjutnya, nilai kadar Hb darah pari adalah berbeda sangat nyata pada taraf á = 1 terhadap darah cakalang, darah layur dan darah hiu. Nilai kadar Hb darah sapi berbeda sangat nyata pada taraf á = 1 terhadap darah cakalang, darah layur dan darah hiu. Dari hasil diatas didapatkan 4 kelompok sampel darah yang secara berurutan memiliki kepekatan darah tertinggi sampai dengan terendah yaitu 1 darah hiu, 2 57 darah cakalang, 3 darah tongkol, darah pari, darah sapi atau darah tuna dan 4 darah layur. Sehubungan dengan hal-hal diatas, maka dapat dinyatakan bahwa ketertarikan ikan hiu terhadap darah-darah sampel secara berturut-turut, tertinggi adalah darah ikan hiu sendiri, selanjutnya adalah darah ikan cakalang, sedangkan darah ikan tongkol, darah ikan pari, darah sapi dan darah ikan tuna berada pada ketertarikan hiu urutan ketiga, dan darah ikan layur pada urutan terakhir. Keterangan : 1, 2, 3,…..= urutan langkah B1 = berbeda nyata pada taraf á = 1 B2 = berbeda nya ta pada taraf á = 5 S = tidak berbeda pada taraf á = 1 = garis hubungan Gambar 11. Tingkatan dugaan ketertarikan hiu terhadap kepekatan warna darah sampel menggunakan analisis pengelompokan Menurut Fujaya 2002 bahwa yang menentukan tinggi rendahnya kadar Hb dalam darah adalah hematokrit dan aktivitas organisme tersebut. Hubungan antara hemoglobin, hematokrit dan aktivitas organisme adalah berbanding lurus. Jadi, semakin tinggi kadar hematokrit dalam darah suatu organisme maka semakin tinggi pula kadar hemoglobinnya dan sebaliknya. Demikian pula dengan semakin tinggi Hiu 67,83 gml Layur 30,33 gml Cakalang 58,33 gml Tongkol 48,67 gml Pari 47,33 gml Sapi 42,67 gml Tuna 42,00 gml Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3 6B1 4B1 1 B1 3 B1 2 B1 5B1 1 B1 2 B1 3 S Tahap 1 Tahap 2 Kelompok 4 58 aktifitas suatu organisme maka semakin tinggi pula kadar hemoglobinnya dan sebaliknya. 5.2 Analisis Total Amoniak Nitrogen TAN Amoniak adalah bentuk utama ekskresi nitrogen oleh kebanyakan hewan akuatik. Ikan- ikan teleostei mengekskresikan 60 sampai 90 nitrogen dalam bentuk amoniak ke perairan dan sebagian besar dikeluarkan oleh insang. Bentuk lain dari ekskresi nitrogen adalah urea, kreatin, kreotenin, trimetilalanin oksida dan asam amino. Amoniak yang masuk ke perairan adalah sebagai hasil katabolisme protein. Laju amoniak akan meningkat dengan cepat sebagai respon terhadap penambahan protein pakan atau protein bahan yang dimasukkan ke dalam perairan Saridewi, 1998. Rougley 1974 vide Wirianata 1982 menyatakan bahwa sifat hiu yang sering dimanfaatkan dalam teknik penangkapan adalah reaksinya terhadap bau darah. Hal serupa juga diungkapkan oleh Engel 1979 vide Hendrotomo 1989 bahwa meskipun ikan hiu berburu sendiri-sendiri, namun bau darah cukup untuk mengumpulkan kawanan hiu. Ikan- ikan hiu tidak akan memperdulikan resiko, bila salah satu hiu terluka maka hiu lainnya dengan seketika akan berbalik menyerang hiu yang terluka tersebut. Tabel 14. Hasil pengukuran kadar TAN dalam darah. TAN dalam Darah ppm Ulangan ke- Sapi Hiu Tuna Cakalang Tongkol Pari Layur 1 308,3 223 150,5 118,3 110,8 113,2 119,2 2 304,2 143,9 150,7 123 124,5 99,7 98,7 3 291,7 119,4 117,3 109,3 102,9 120,3 97,8 Rata-rata 301,4 162,1 139,5 116,87 112,73 111,07 105,23 Simpangan Baku 7,06 44,21 15,70 5,68 8,92 8,54 9,88 Tabel 14 dan gambar 12 diatas menyajikan hasil pengukuran Total Amoniak Nitrogen TAN dari sampel-sampel darah yang diidentifikasi dan histogramnya. Darah sapi memiliki rata-rata kadar TAN tertinggi yaitu sebesar 301,4 ppm 59 0.00 50.00 100.00 150.00 200.00 250.00 300.00 350.00 ppm Sapi Hiu Tuna Cakalang Tongkol Pari Layur jenis darah dibandingkan dengan jenis sampel-sampel darah yang lain. Sampel darah ikan hiu dan darah ikan tuna memiliki rata-rata kadar TAN tertinggi kedua dan ketiga, masing- masing sebaesar 162,1 ppm dan 139,5 ppm, sedangkan sampel darah ikan cakalang, tongkol, layur dan pari memiliki rata-rata kadar TAN yang konsentrasinya tidak berbeda jauh masing- masing sebesar 116,9 ppm, 112,7 ppm, 105,2 ppm dan 111,1 ppm, atau berkisar 105,2 – 116,9 ppm. Semakin tinggi kadar TAN semakin tinggi pula “bau” yang ditimbulkannya, dengan demikian dapat dinyatakan untuk sementara bahwa darah sapi memiliki kadar bau yang lebih tinggi dibandingkan sampel-sampel darah lainnya. Gambar 12. Rata-rata kadar TAN yang diukur dari beberapa jenis darah Hendrotomo 1989 menjelaskan bahwa umpan daging hiu setelah direndam dalam air laut, warnanya menjadi putih, teksturnya mengeras dan bau amis dari darah segar berganti dengan bau pesing. Kondisi umpan seperti ini diduga dapat menyebabkan umpan daging hiu kurang menarik perhatian ikan hiu untuk mendekat. Zat yang dapat dijadikan indikator bau pesing tersebut adalah amoniak. Wibowo dan Susanto 1995 menambahkan bahwa amoniak berasal dari urea yang mengangkibatkan bau yang sngat khas yaitu bau pesing. Sehingga dari penjelasan Hendrotomo diatas, dapat dinyatakan bahwa darah yang memiliki kadar bau pesing yang tinggi akan memberikan pengaruh daya tarik yang lemah terhadap ikan hiu, sebaliknya jika darah yang memiliki kadar bau pesing yang rendah akan memberikan pengaruh daya tarik yang lebih kuat terhadap ikan hiu. 60 Berdasarkan hasil analisis TAN Tabel 14, darah sapi ditinjau dari kadar bau pesingnya, diduga memiliki daya tarik yang lebih lemah bagi hiu dibanding sampel- sampel darah lainnya. Sampel-sampel darah yang memiliki kadar bau pesingnya rendah berkisar antara 105,2 – 116,9 ppm seperti darah layur, darah pari, darah tongkol dan darah cakalang diduga memiliki daya tarik yang lebih kuat bagi hiu. Tabel 15. Analisis sidik ragam kadar TAN pada jenis sampel darah yang berbeda Sumber Keragaman SK db Jumlah Kuadrat JK Kuadrat Tengah KT F-hitung F-tabel Sampel Darah 6 87554,78 14592,46 26,88 2,85 Galat 14 7599,99 542,86 Total 20 95154,77 Berdasarkan analisis sidik ragam menggunakan Rancangan Acak Lengkap RAL diperoleh F- hitung 26,88 lebih besar dari F-tabel 2,85 Tabel 15. Dapat dinyatakan bahwa jenis-jenis darah yang berbeda berpengaruh secara nyata terhadap kadar TAN darah pada taraf á = 5 . Untuk mengetahui perbedaan rata-rata setiap perlakuan jenis sampel darah yang berbeda maka dilakukan uji Beda Nyata Terkecil BNT terhadap kadar TAN dalam darah Tabel 16. Tabel 16. Uji beda nyata terkecil BNT pengaruh sampel darah yang berbeda terhadap rata-rata kadar TAN Keterangan : = berbeda nyata pada taraf á = 5 = berbeda sangat nyata pada taraf á = 1 tanpa tanda = tidak berbeda Selisih Perlakuan BNT á Sampel Darah Cakalang Tongkol Tuna Layur Pari Hiu Sapi 0,05 0,01 Cakalang - 4,13 22,63 11,63 5,80 45,23 184,53 Tongkol - - 26,77 7,50 1,67 49,37 188,67 Tuna - - - 34,27 28,43 22,60 161,90 Layur - - - - 5,83 56,87 196,17 Pari - - - - - 51,03 190,33 Hiu - - - - - - 139,30 Sapi - - - - - - - 40,35 53,47 61 Berdasarkan hasil analisa uji BNT pada tabel 16, diketahui bahwa secara umum nilai kadar TAN darah sapi bila dibandingkan dengan nilai kadar TAN darah- darah sampel yang lain adalah berbeda sangat nyata pada taraf á = 1 . Nilai kadar TAN darah hiu bila dibandingkan dengan kadar TAN darah sampel-sampel lainnya adalah beragam. Pada taraf á = 1 , kadar TAN darah hiu adalah berbeda sanga t nyata hanya terhadap nilai kadar TAN darah layur, sedangkan pada taraf á = 5 kadar TAN darah hiu adalah berbeda nyata terhadap kadar TAN darah cakalang, darah tongkol dan darah pari. Sebaliknya, nilai kadar TAN darah hiu adalah tidak berbeda bila dibandingkan dengan nilai kadar TAN darah tuna. Keterangan : 1, 2, 3 …. = urutan langkah B1 = berbeda nyata pada taraf á = 1 B2 = berbeda nyata pada taraf á = 5 S = tidak berbeda pada taraf á = 1 = garis hubungan Gambar 13. Tingkatan dugaan ketertarikan hiu terhadap kadar bau darah menggunakan analisis pengelompokan Untuk perbandingan nilai kadar TAN masing- masing darah seperti darah tuna, cakalang, tongkol, pari dan layur adalah tidak berbeda nyata pada taraf á = 5 . Hasil dari uji BNT diatas didapatkan 3 kelompok sampel darah yang memiliki kadar TAN berbeda: 1 darah sapi adalah yang tertinggi, 2 kedua tertinggi adalah darah hiu, 3 terendah adalah darah tuna, darah cakalang, darah tongkol, darah pari atau darah Sapi 301,4 ppm Hiu 162,1 ppm Layur 105,23 ppm Pari 111,07 ppm Tongkol 112,73 ppm Tuna 139,50 ppm Kelompok 1 Kelomp ok 2 Kelompok 3 Cakalang 116,87 ppm 1 B1 2 B1 3 S 62 layur. Sehingga, dapat dinyatakan bahwa darah tuna, darah cakalang, darah tongkol, darah pari atau darah layur ditinjau dari kadar TAN memiliki karakteristik bau yang sama dan memiliki bau yang paling rendah dibanding terhadap darah hiu dan darah sapi.

5.3 Analisis Asam Amino