Unit Penangkapan Jaring Liong Bun Gillnet Cucut Unit Penangkapan Rawai Cucut

15 Narsongko 1993 menyatakan bahwa ikan hiu Mustalus canis mempunyai kemampuan mendeteksi makanan dengan bantuan indera pencium yang ditunjukkan oleh kegiatan sensorik yang digantikan fungsinya oleh organ olfaktori. Bisa dikatakan bahwa indera penciuman hiu lebih berperan daripada indera penglihatannya. Biasanya hiu mendeteksi bau makanan dengan berenang melawan arus, kemudian bergerak ke kiri dan ke kanan artinya bila bau menjadi kurang tajam di sebelah kiri maka dia akan bergerak ke sebelah kanan dan sebaliknya sampai ia menemukan sumber bau tersebut. Pengalaman menunjukkan bahwa jika satu lubang hidung hiu disumbat maka ikan itu akan berenang berputar-putar mengikuti jejak bau yang diterimanya dari satu arah saja Went, 1979 vide Narsongko, 1993.

2.2 Unit Penangkapan Hiu

Hiu dapat ditangkap menggunakan alat tangkap seperti pukat cincin, pancing, jaring insang, tuna longline dan rawai mini. Alat tangkap tersebut tidak spesifik untuk menangkap hiu sebagai hasil tangkapan utama. Alat tangkap yang lebih spesifik dan khusus menangkap hiu adalah jaring liong bun dan rawai cucut. Nelayan Cirebon menggunakan jaring liong bun gillnet cucut untuk menangkap hiu dimana pengoperasiannya berada di dekat dasar perairan, sedangkan rawai cucut terdapat di daerah Cilacap.

2.2.1 Unit Penangkapan Jaring Liong Bun Gillnet Cucut

Jaring liong bun disebut juga dengan bottom gillnet, set bottom gillnet atau jaring insang tetap. Alat tangkap ini dioperasikan dengan cara direntangkan dekat dasar perairan dengan bantuan jangkar. Posisi jaring dapat diketahui dengan keberadaan pelampung di permukaan. Biasanya nelayan menggunakan jaring sebanyak 100 piece per kapal Fauziyah, 1997. Selanjutnya Fauziyah menyatakan bahwa kapal yang digunakan oleh nelayan jaring liong bun terbuat dari kayu, umumnya memiliki lima buah palkah yaitu tiga buah palkah ikan dan dua buah palkah untuk perlengkapan dengan daya tampung masing- masing 30 ton. Fasilitas penunjang kapal ini terdiri dari GPS, kompas 16 magnet, peta pelayaran dan radio komunikator. Tenaga penggerak kapal terbuat dari mesin berkekuatan 120-180 PK. Fauziyah juga menjelaskan bahwa nelayan jaring liong bun terdiri dari 10 orang. Satu orang bertugas sebagai penanggung jawab operasi penangkapan yang disebut sebagai tekong. Tekong juga berperan dalam menentukan letak fishing ground, kapan harus melakukan setting dan kapan harus melakukan hauling. Satu orang lagi sebagai kepala kamar mesin KKM yang bertugas mengatur stabilitas mesin, sedangkan sisanya bertugas dalam operasi penangkapan seperti setting dan hauling.

2.2.2 Unit Penangkapan Rawai Cucut

Rawai cucut yang digunakan biasanya adalah rawai permukaan. Di Cilacap dikenal dengan nama krawai. Bagian-bagian dari alat tangkap ini meliputi tali utama, tali cabang, tali pelampung, pelampung, mata pancing dan tiang bendera. Tali utama disebut juga tali pelampar yang berfungsi sebagai tempat bergantungnya tali cabang. Tali utama memiliki panjang kira-kira 4.250 meter dan memiliki diameter 8 mm. Pemasangan tali cabang tidak boleh lebih dari setengah panjang tali utama atau jarak tali cabang yang menggantung pada tali utama supaya tidak saling mengait. Jarak antar tali cabang kira-kira 24 meter. Mata pancing yang digunakan yaitu nomor 6 dan 7 Rahayuningsih, 1993. Selanjutnya Rahayuningsih menyebutkan bahwa kapal rawai cucut termasuk jenis motor duduk atau bermesin dalam inboard, dimana hampir seluruh bagian kapal terbuat dari kayu. Mesin yang digunakan biasanya berkekuatan 30 hingga 40 PK. Spesifikasi kapal ini terdiri dari dua buah palka, tempat tali jangkar, dudukan mesin, gandar kemudi, dapur, tempat pelampung, tonggak kayu dan ruang istirahat. Nelayan atau anak buah kapal ABK rawai cucut berjumlah 8 orang. Satu orang sebagai juru mudi yang tugasnya memimpin dan bertanggung jawab terhadap operasi penangkapan dan menentukan daerah penangkapan, sedangkan 7 orang lagi bertugas sebagai pelaksana operasi penangkapan seperti setting, hauling, dan penanganan hasil tangkapan Rahayuningsih, 1993 17

2.3 Penelitian Tentang Hiu