Sistem Informasi Geografi STUDI PUSTAKA

25 Tampak bahwa produk SPOT-5 mempunyai skala ketelitian yang lebih tinggi 1:10.000 dan 1:20.000 dibanding generasi sebelunya, artinya misi SPOT- 5 lebih memprioritaskan peningkatan kemampuan determinasi pada skala rinci, lebih jelas lagi bahwa ketelitian lapangan data SPOT-5 juga diupgrade dengan memasang instrument baru untuk mengukur satelit pada setiap saat Lapan, 2006 . Berbagai pembaharuan pada sistem SPOT-5 dilakuan melalui peningkatan kinerja instrumennya, instrument SPOT-4 yang biasa disebut HRVIR disempurnakan agar mampu menghasilkan informasi yang lebih tajam sensor barunya disebut HRG dan yang mampu menghasilkan citra ortho dengan kualitas tertinggi sensornya disebut HRS. Dengan demikian HRG dan HRS merupakan instrumen utama untuk mengemban misi SPOT-5 Lapan, 2006 . Sensor satelit SPOT-5 memiliki kemampuan untuk mendeteksi objek bawah air karena memiliki saluranband sinar tampak hijau B1, merah B2 serta inframerah dekat B3. Kedalaman yang mampu ditembus oleh B10,49-0,61 m μ sekitar 15 meter, B2 0,61 – 0,68 m μ sekitar 5 meter, inframerah dekat B30,78 – 0,89 m μ sekitar 0,5 meter dan inframerah seluruhnya diserap oleh perairan publikasi CNES, 1999 dan Green et.al, 2000 dalam Lapan, 2006.

2.8. Sistem Informasi Geografi

Burrough 1986 dalam Manafi 2003 memberikan definisi yang agak bersifat umum, yaitu Sistem Informasi Geografi sebagai suatu perangkat alat untuk mengumpulkan, menyimpan, menggali kembali, mentransformasi dan menyajikan data spasial dari aspek-aspek permukaan bumi. Sementara ESRI 1990 dalam Manopo 2002 mendefinisikan Sistem Informasi Geografi sebagai suatu sistem informasi spasial berdasarkan komputer yang mempunyai kemampuan untuk menangani data yang bereferensi geografi dalam hal pemasukan, manajemen data penyimpanan dan memperbaharui, memanipulasi dan analisis, serta pengembangan produk dan menyajikan kembali semua bentuk informasi spasial. Lebih lanjut Star dan Estes 1990 dalam Sutrisno, et al 1994 menjelaskan bahwa Sistem Informasi Geografis SIG adalah suatu sistem yang dirancang untuk bekerja dengan data yang bereferensi spasial atau berkoordinat 26 geografi. Dengan kata lain, SIG adalah sistem basis data dengan kemampuan khusus untuk data yang bereferensi spasial bersamaan dengan seperangkat operasi kerja. SIG dapat diasosiasikan sebagai peta yang berorde tinggi yang juga mengoperasikan dan menyimpan data non-spasial. Selain data spasial dan data atribut yang dikumpulkan dari berbagai sektor terpadu, data penginderaan jauh dapat pula diintegrasikan dengan data SIG untuk dianalisa maupun dimanipulasi lebih lanjut. Data indraja ini dapat berupa citra satelit maupun foto udara. Data inderaja, terutama yang berasal dari satelit mempunyai beberapa keuntungan, antara lain liputannya yang sinoptik luas dan sistematik Sutrisno, et al, 1994. Sutrisno 1994 menjelaskan beberapa keuntungan pada kombinasi penggunaan Inderaja dan SIG pada pengelolaan informasi untuk studi, yaitu : 1. Data Inderaja dapat digunakan dengan cepat pada saat memperbaharui peta, khususnya pada kasus data hasil survei lapang yang lambat dan belum tentu selesai pada selang waktu proyek. 2. Basis data SIG dapat menyediakan data tambahan untuk memantau kondisi sebenanya dalam klasifikasi atau analisis data inderaja, dengan demikian dapat meningkatkan ketepatan peta yang dihasilkan. 3. Data Inderaja sangat bermanfaat sekali apabila dikombinasikan dengan SIG dari sumber data lainnya atau citra dari berbagai waktu dan spektrum yang berbeda disajikan secara bersama-sama. 4. SIG memiliki fasilitas untuk menerima integrasi dari berbagai format data. Pekerjaan dengan SIG membutuhkan data, khususnya data spasial yang teliti, penutupan spektral dan temporal untuk analisis dan permodelan fonomena-fenomena alami yang kompleks dan Inderaja dapat memberi semua tuntutan data tersebut. 27

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Kerangka Pikir Penelitian Menurut Aukerman 2004 wisatawan tidak hanya datang untuk

melakukan aktifitas rekreasi tetapi juga mencari lokasi rekreasi yang spesifik disamping menikmati pengalaman rekreasi tertentu sekaligus mendapatkan manfaat benefit baik secara individu, komunitas, ekonomi dan lingkungan. Sehingga dikatakan empat komponen yang membentuk peluang rekreasi recreation opportunity adalah aktifitas, lokasi, pengalaman dan manfaat. Sebagai contoh sebuah keluarga ingin berkemah di daerah modern yang memiliki fasilitas bumi perkemahan disamping untuk menghabiskan waktu yang berkualitas dengan keluarga juga untuk beristirahat dan rileks serta melihat keindahan alam. Sementara dilain pihak ada keluarga lain yang ingin berkemah di lokasi pedesaan dimana mereka dapat menguji kemampuan memancing, menikmati kesunyian dan melihat keindahan alam. Kedua keluarga tersebut sama-sama ingin pergi berkemah tetapi dilokasi yang sangat berbeda yang akan membawa mereka pada pengalaman dan manfaat yang berbeda. Dalam hal ini mereka mencari peluang rekreasi yang berbeda. Aktifitas rekreasi sangat banyak ragamnya yang dapat disediakan suatu daerah rekreasi oleh pihak pengelola karena adanya perkembangan teknologi maupun ketertarikan publik public interests namun dalam hal ini pengelola harus menentukan aktifitas rekreasi yang sesuai untuk lokasi tertentu. Lokasi rekreasi dibentuk oleh parameter fisik, sosial dan manajerial. Kombinasi ketiga parameter tersebut membentuk aktifitas tertentu yang mengarahkan pada pengalaman tertentu. Pengalaman rekreasi adalah respon psikologis terhadap aktifitas dan lokasi rekreasi. Pengalaman merupakan hasil dari sebuah manajemen lokasi disamping merepresentasikan apa yang dinikmati oleh wisatawan. Manfaat rekreasi recreation benefit merupakan peningkatan hasil dari partisipasi dalam aktifitas rekreasi yang berkualitas. Manfaat disini dapat berupa manfaat secara individu, komunitas, ekonomi dan lingkungan.