22
Selain segenap potensi sumberdaya tersebut diatas, ekosistem pulau-pulau kecil juga memiliki peran dan fungsi yang sangat menentukan, bukan saja bagi
kesinambungan ekonomi tetapi juga bagi kelangsungan hidup umat manusia. Oleh karena itu, pemanfaatan sumberdaya harus secara seimbang diikuti dengan upaya
konservasi, sehingga dapat berlangsung secara optimal dan berkelanjutan Dahuri, 1998.
2.7. Penginderaan Jauh
Penginderaan jauh merupakan suatu ilmu dan seni untuk memperoleh informasi tentang suatu objek, daerah atau fenomena melalui analisis data yang
diperoleh dengan suatu alat tanpa kontak langsung dengan objek, daerah atau fenomena yang dikaji Lillesand dan Kiefer, 1990. Biasanya teknik ini
menghasilkan beberapa bentuk citra yang selanjutnya diproses dan diintrepretasikan guna menghasilkan data yang bermanfaat untuk aplikasi di
berbagai bidang seperti pertanian, pariwisata, perencanaan wilayah dan lain sebagainya.
Data penginderaan jauh ini dapat berupa citra satelit maupun foto udara. Data inderaja, terutama yang berasal dari satelit mempunyai beberapa
keuntungan, antara lain liputannya yang sinoptik luas dan sistematik Sutrisno, et al, 1994. Setiap satelit memiliki sensor tertentu untuk merekam citra. Beberapa
citra satelit maupun foto udara yang sering digunakan meliputi : NOAA, GMS, SPOT, Landsat, Ikonos, QuickBird dan lain-lain. Penggunaan citra disesuaikan
dengan kebutuhan pengelolaan, misalkan untuk pemantauan cuaca digunakan Citra NOAA dan GMS, untuk penggunaan lahan dan ekstraksi informasi perairan
umumnya digunakan citra SPOT, Landsat dan QuickBird. Sistem observasi bumi SPOT dirancang oleh Badan Antariksa Perancis
France Space Agency yaitu CNES Centre National d’Etudes Spatiales, dibiayai oleh Perancis bekerja sama dengan Belgia dan Swedia. Saat ini sistem
terdiri dari tiga seri wahana antariksa satelit yang dilengkapi dengan fasilitas penerima di bumi untuk pengendali satelit, pemrogram satelit dan produksi citra.
Seri pertama terdiri atas SPOT-1, SPOT-2, SPOT-3 disingkat SPOT 123, ketiganya telah didesain mempunyai karakteristik yang identik, seri kedua adalah
23
SPOT-4 yang telah mengalami berbagai perbaikan kinerja dan seri ketiga adalah SPOT-5 yang juga meningkatkan kinerja pendahulunya. Ciri SPOT antara lain :
resolusi tinggi, pencitraan stereo dan pengulangan orbit fleksibel. Penggunaan atau aplikasinya antara lain untuk studi penggunaan lahan, kerusakan lahan, dan
dampaknya terhadap lingkungan hidup Lapan, 2006 .
Tabel 3. Karakteristik Instrumen SPOT
Resolusi Spasial SPOT-123
SPOT-4 SPOT-5
Kanal Spektral HRV HRVIR
HRG HRS Instrumen
Vegetasi SPOT-4,5
PA : 0,49 – 0,69
m μ
10 m 10 m
5 3 m 10 m
B0 : 0,43 – 0,47
m μ
1.000 m
B1 : 0,49 – 0,61
m μ
20 m 20 m
10 m B2 : 0,61 – 0,68
m μ
20 m 20 m
10 m 1.000 m
B3 : 0,78 – 0,89
m μ
20 m 20 m
10 m 1.000 m
B4 : 1,58 – 1,75
m μ
20 m 20 m
1.000 m Sudut Pandang Field
of View 60 m
60 m 60 m
120 m 2.250 km
Sumber : Publikasi CNES, 1999 dalam Lapan 2006 Keterangan :
PA : Pankhromatik, B0 : Biru, B1 : Hijau, B2 : Merah, B3 : NIR, B4 : SWIR HRV : High Resolution Visible
PA : Pankromatik HRVIR : High Resolution Visible to Near Infrared
MS : Multi Spektral HRG : High Resolution Geometric
SWIR :Short Wave Infrared HRS : High Resolution Stereoscopic
Karakteristik sistem SPOT dari seri ke seri terus mengalami peningkatan tingkat akurasi, sesuai dengan kebutuhan penggunaannya. Peningkatan kinerja
sistem SPOT tercermin dalam karakteristik instrumen utama SPOT seperti pada Tabel 3.
Kemampuan SPOT seri-I dapat dijelaskan dari Tabel 4, yakni menghasilkan citra hitam putih dari saluranband PA dan berwarna dari
saluranband PA, B1, B2 dan B3 yang mampu menjelaskan kenampakan objek dengan tingkat kerincian pada skala 1:35.000 dan 1:70.000 dari citra komposit
warna B1, B2 dan B3. Citra ortho untuk menghasilkan citra tiga dimensi 3D dapat diperoleh dengan mengarahkan sensor kearah daerah interes, sehingga dua
citra yang sama diindera dari arah yang berbeda dengan durasi tiga sampai lima hari. Citra ortho yang dihasilkan berasal dari saluranband multispektral.
24
Kemampuan SPOT-4 atau SPOT seri II seperti seri-I tetapi ada tambahan informasi yang signifikan untuk produk multispektral yang berasal dari
saluranband B4 khususnya diskripsi tipe atau jenis-jenis tanah. Berbagai produk SPOT seri-II mempunyai tingkat ketelitian pada skala yang sama seperti SPOT
seri-I. Pada SPOT-5 atau SPOT seri-III terjadi perombakan besar pada tingkat ketelitian baik planimetri maupun altimetri. Diskripsi menggunakan saluranband
pankhromatik 2,5 m dan 5m akan menghasilkan informasi pada skala ketelitian 1:10.000 dan 1:20.000, dan bila digunakan saluranband multispekral B1, B2, B3
dan B4 diperoleh skala ketelitian 1:35.000 dan 1:70.000 seperti produk multispektral SPOT-4. Untuk ketelitian altimetri, instrumen HRS High
Resolution Stereoscopic berperan dalam memproduksi DEM Digital Elevation
Model yang lebih baik dari SPOT-4. Produk ortho SPOT-5 durasinya 90 detik
sedangkan SPOT-4, tiga sampai lima hari, durasi yang relative singkat merupakan jaminan kualitas DEM yang cukup baik. Dari penjelasan di atas dapat
dibandingkan skala ketelitian produk SPOT sebagaimana disajikan pada Tabel 4. Lapan, 2006
.
Tabel 4. Skala Ketelitian Produk SPOT
Seri SPOT Pengindera
SPOT -123 SPOT-4
SPOT-5 Keterangan
Instrumen HRV HRVIR HRG HRS
Saluranband PA 1 : 35.000
1 : 35.000 1 : 10.000
1 : 20.000 1 : 35.000
Saluranband MS VNIR
1 : 70.000 1 : 70.000
1 : 35.000 Saluranband
MX SWIR 1
: 70.000
1 1 : 70.000
1 Ukuran frame
60 km 60 km
60 km 60 km
Produk SPOT PA, MS dapat
juga menghasilkan
skala ketelitian yang lebih rendah
dari yang disebutkan
misalnya 1 : 50.000 dan 1 :
100.000 seperti produk Landsat-7
Sumber : Publikasi CNES, 1999 Keterangan:
HRV : High Resolution Visible PA : Pankromatik
HRVIR : High Resolution Visible to Near Infrared MS : Multi Spektral VNIR :Visible and Near Infrared
MX : Monokhrome HRG : High Resolution Geometric
SWIR : Short Wave Infrared HRS : High Resolution Stereoscopic
25
Tampak bahwa produk SPOT-5 mempunyai skala ketelitian yang lebih tinggi 1:10.000 dan 1:20.000 dibanding generasi sebelunya, artinya misi SPOT-
5 lebih memprioritaskan peningkatan kemampuan determinasi pada skala rinci, lebih jelas lagi bahwa ketelitian lapangan data SPOT-5 juga diupgrade dengan
memasang instrument baru untuk mengukur satelit pada setiap saat Lapan, 2006 .
Berbagai pembaharuan pada sistem SPOT-5 dilakuan melalui peningkatan kinerja instrumennya, instrument SPOT-4 yang biasa disebut HRVIR
disempurnakan agar mampu menghasilkan informasi yang lebih tajam sensor barunya disebut HRG dan yang mampu menghasilkan citra ortho dengan kualitas
tertinggi sensornya disebut HRS. Dengan demikian HRG dan HRS merupakan instrumen utama untuk mengemban misi SPOT-5 Lapan, 2006
. Sensor satelit SPOT-5 memiliki kemampuan untuk mendeteksi objek
bawah air karena memiliki saluranband sinar tampak hijau B1, merah B2 serta inframerah dekat B3. Kedalaman yang mampu ditembus oleh B10,49-0,61
m μ sekitar 15 meter, B2 0,61 – 0,68 m
μ sekitar 5 meter, inframerah dekat B30,78 – 0,89 m
μ sekitar 0,5 meter dan inframerah seluruhnya diserap oleh perairan publikasi CNES, 1999 dan Green et.al, 2000 dalam Lapan, 2006.
2.8. Sistem Informasi Geografi