Kecepatan Arus Telaah Kualitas Fisika Sungai Cikaniki

kesadahan yang rendah berpotensi untuk meningkatkan toksisitas dari beberapa logam berat ke biota perairan. Kesadahan yang tinggi dalam air dapat membentuk logam hidroksida maupun karbonat yang dapat menurunkan toksisitas ion logam Me 2+ US-EPA 1986. Kesadahan dalam air mungkin erat kaitannya dengan masuknya buangan dari area pertanian maupun rumah tangga ke Sungai Cikaniki. Gambar 21 Hasil analisis kesadahan mgl setara CaCO 3 di masing-masing stasiun pengamatan. Tanda bar menunjukkan standar deviasi

4.6.3 Alkalinitas

Alkalinitas merupakan kapasitas air untuk menetralkan asam atau kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas juga sering digunakan untuk menunjukkan kapasitas ion bikarbonat, dan sampai tahap tertentu terhadap ion karbonat dan hidroksida, dalam menyangga perubahan pH perairan. Semakin tinggi alkalinitas maka semakin tinggi pula kemampuan air untuk menyangga fluktuasi pH perairan. Alkalinitas biasanya dinyatakan dalam satuan ppm mgl kalsium karbonat Yulfiperius et al. 2004. Pembentuk utama alkalinitas adalah ion-ion bikarbonat HCO 3 - , karbonat CO 3 2- , dan hidroksida OH - . Di antara ketiganya, ion bikarbonat merupakan ion yang paling dominan di perairan alami Effendi 2003. Nilai rata-rata alkalinitas pada masing-masing stasiun pengamatan dari hulu ke hilir semakin meningkat, mulai dari 10,69 mgl CaCO 3 di Cikuluwung sampai dengan 41,91 mgl CaCO 3 di Lukut Gambar 22. Peningkatan nilai alkalinitas di bagian hilir ini berhubungan dengan peningkatan nilai pH yang terjadi pada ketiga stasiun pengamatan di bagian hilir. Berdasarkan kriteria alkalinitas yang dibuat oleh Godfrey et al. 1996, nilai alkalinitas di Cikuluwung termasuk dalam kategori sensitif namun memiliki kapasitas penyangga yang sangat baik 10-20 mgl, sedangkan nilai alkalinitas di Cisarua, Curug Bitung dan Lukut termasuk dalam kategori tidak sensitif dan memiliki kapasitas penyangga yang sangat baik 20 mgl. Menurut Boyd 1988 perairan alami memiliki nilai alkalinitas sekitar 40 mgl CaCO 3 . Peningkatan aktivitas antropogenik yang menyebabkan peningkatan dekomposisi bahan organik pada kondisi anaerob di perairan dapat menyebabkan terjadinya peningkatan alkalinitas perairan tersebut Abril Frankignoulle 2001. 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 Cikuluwung Cisarua Curug Bitung Lukut Ke sad ah a m g L CaCO 3 Lokasi Stasiun pengamatan Cisarua, Curug Bitung dan Lukut merupakan daerah pemukiman dan pertanian yang sebagian besar limbahnya masih dibuang langsung ke sungai, sehingga meningkatkan kandungan bahan organik di lokasi- lokasi tersebut. Gambar 22 Hasil analisis alkalinitas di masing-masing stasiun pengamatan Tanda bar menunjukkan standar deviasi

4.6.4 Oksigen Terlarut DO

Hasil pengukuran DO konsentrasi oksigen terlarut di Sungai Cikaniki berkisar mulai dari 6,64 di Lukut sampai dengan 6,76 mgl di Curug Bitung Gambar 23. Meskipun terjadi perbedaan konsentrasi oksigen terlarut antar stasiun pengamatan, namun tidak terdapat perbedaan konsentrasi oksigen terlarut yang nyata. Oksigen terlarut di perairan sebagian besar melalui difusi langsung dari atmosfer, selain itu dapat pula berasal dari hasil fotosintesis tanaman air Weiner 2007. Di perairan air tawar yang belum tercemar konsentrasi oksigen terlarutnya sekitar 8 mgl pada suhu 25°C Effendi 2003. Secara umum kondisi DO lebih dari 4 mgl masih memenuhi syarat untuk kehidupan biota akuatik untuk hidup secara layak. Konsentrasi DO kurang dari nilai tersebut dapat dikategorikan mengalami tercemar berat oleh bahan organik BPLHD 2006. Shakla Srivastava 1992 memberikan batas minimum DO pada kehidupan larva trichoptera yaitu sebesar 5-6 mgl. 10 20 30 40 50 60 Cikuluwung Cisarua Curug Bitung Lukut Al ka li ni tas m g CaC0 3 l Lokasi