Teknik non kohort digunakan ketika sejarah kehidupan sebuah populasi bersifat lebih kompleks atau tidak mengikuti sebagai kohort dari data lapangan.
Metode tersebut membutuhkan independensi dari waktu perkembangan atau laju pertumbuhan biomassa. Salah satu metode yang umum digunakan pada teknik
non kohort adalah metode frekwensi-ukuran size frequency method yang sebelumnya dikenal sebagai metode Hynes Coleman 1968. Metode tersebut
mengasumsikan sebuah rerata distribusi frekuensi-ukuran yang ditentukan dari sampel yang dikumpulkan sepanjang tahun mengikuti suatu kurva mortalitas
untuk sebuah rata-rata kohort. Benke 1979 telah melakukan koreksi dari metode Hynes Coleman 1968 dengan cara mengalikan nilai produksi yang telah
dihasilkan dengan sebuah faktor koreksi yaitu 365CPI cohort production interval ketika hewan tersebut memiliki waktu generasi yang lebih dari sekali
bereproduksi dalam jangka waktu satu tahun multivoltine. CPI umumnya ditetapkan dari rerata waktu dalam hari yang dibutuhkan dari mulai menetas
hingga mencapai ukuran akhir. Kadangkala faktor koreksi tersebut menggunakan bulan dibandingkan dengan menggunakan hari yang rumusnya adalah sebagai
berikut: 12CPI Benke Huryn 2007.
2.7 Penilaian Resiko Ekologis
Penilaian resiko ekologis adalah sebuah proses sistematik mengevaluasi yang menjelaskan dan mengkuantifikasi kemungkinan terjadinya dampak ekologis
bukan pada manusia yang merugikan sebagai akibat dari terjadinya pemaparan sebuah stressor, atau lebih USEPA 1992. Stressor di sini didefinisikan sebagai
berbagai bentuk benda baik yang bersifat kimiawi, biologis maupun fisik yang dapat menimbulkan respon buruk terhadap komponen ekologi baik individu,
populasi, komunitas, maupun ekosistem. Secara umum penilaian resiko ekologis terdiri dari empat komponen dasar, yaitu: identifikasi bahaya, penilaian
pemaparanpajanan, penilaian dampak ekologis, dan terakhir adalah karakterisasi resiko NRC 1993.
Identifikasi bahaya NRC 1993 dan formulasi masalah USEPA 1998 adalah istilah yang digunakan untuk mendeskripsikan proses dalam
mengidentifikasi dan mendefinisikan bahaya yang akan diuji. Sedangkan formulasi masalah adalah proses perencanaan dan pengumpulan informasi secara
sistematik yang ditujukan untuk menentukan cakupan yang akan dilaksanakan pada penilaian resiko ekologis Hill et al. 2000. Hasil akhir dari formulasi
masalah adalah model konseptual yang mengidentifikasi dan mengkarakterisasi awal ekosistem, stressor yang dicurigai menjadi penyebab masalah, sumber-
sumber daya ekologis yang akan dievaluasi, data-data yang diperlukan, serta metoda dan analisis yang diperlukan Mount and Henry 2008.
Pada tahap penilaian pajanan dilakukan pengumpulan dan analisis data serta informasi untuk mengkuantifikasi konsentrasi pajanan yang relevan bagi
sumberdaya-sumberdaya ekologi pada daerah yang tercemar. Menurut Mount and Henry 2008, karakterisasi komponen pajanan terdiri
dari : Pengukuran pajanan – Hasil dari pengukuran ini akan mengindikasikan
distribusi dan besarnya konsentrasi bahan pencemar yang dianalisis
dan komponen-komponennya
pada titik-titik
potensial yang
memungkinkan terjadinya kontak dengan reseptor-reseptor. Analisis pajanan – yaitu suatu suatu proses mengestimasi distribusi
spasial dan temporal pajanan bahan-bahan pencemar. Profil pajanan – yaitu sebuah ringkasan yang memuat hasil-hasil
analisis pajanan. Penilaian dampak ekologis adalah fase pengumpulan dan analisis data untuk
menentukan konsentrasi pajanan atau laju pajanan yang tidak menimbulkan pengaruh yang menyebabkan kerusakan ekologis, atau mengkarakterisasi ada atau
tidaknya dampak buruk yang ditimbulkan oleh bahan pencemar terhadap sumberdaya-sumberdaya ekologis di suatu tempat.
Karakterisasi komponen-komponen dampak ekologis menurut Mount Henry 2008 terdiri atas :
Pengukuran dampak – Hasil dari pengukuran atau pengamatan yang dilakukan terhadap dampak yang terjadi akibat adanya pencemaran
yang disebabkan bahan toksikan tertentu tersebut akan menentukan tindakan selanjutnya dalam menilai dampak pencemaran tersebut
pada berbagai variasi pajanan.
Analisis respon ekologi – Yaitu merupakan suatu analisis kuantifikasi data-data dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran bahan toksikan.
Profil stressor-respon – Analisis respon komponen-komponen ekologis yang secara spesifik berkaitan dengan penjelasan hubungan
antara besaran dan durasi pajanan dan dampak-dampak yang ditimbulkannya.
Estimasi resiko – Yaitu sebuah proses yang memakai data-data yang
dihasilkan dari analisis pajanan untuk membuat parameter dan menerapkankan model pajanan
– respon exposure – response model dan mengestimasi resiko beserta analisis kemungkinan kejadiannya.
Estimasi resiko dapat dihitung dengan menggunakan berbagai macam pendekatan dan teknik. Salah satu teknik yang umum dipakai adalah dengan
menggunakan metoda quotient. Metoda ini sering digunakan pada bahan pencemar tunggal dan digunakan untuk mengidentifikasi adanya potensi resiko
dari keberadaan bahan pencemar tersebut, namun tidak dapat digunakan untuk mengidentifikasi besaran dan probabilitas nya. Metoda quotient pada prinsipnya
dilakukan dengan membandingkan konsentrasi bahan pencemar di lingkungan Probable Effect Concentration, PEC dengan konsentrasi standar bahan
pencemar tersebut yang tidak menimbulkan damapak negatif Predicted No Effect Concentration, PNEC terhadap organisma yang dapat dianggap mewakili
ekosistemnya. Nilai yang dihasilkan dari perbandingan PEC dan PNEC dikenal dengan nama hazard quotient HQ atau quotient resiko.
III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian
Metoda penelitian yang digunakan adalah penelitian deskripsi-analitik. Dasar pendekatan sistematik penelitian adalah keterkaitankorelasi antara
pencemaran logam berat merkuri yang ada di perairan dengan kerusakan jaringan, dan produksi sekunder insekta air tersebut di Sungai Cikaniki, Kabupaten Bogor
Jawa Barat. Penelitian ini terbagi atas dua bagian, bagian pertama, yaitu penelitian di lapangan yang terutama ditujukan untuk melihat pengaruh pencemaran merkuri
terhadap produksi sekunder trichoptera. Bagian kedua adalah uji toksisitas merkuri terhadap trichoptera yang dilakukan di laboratorium untuk mengetahui
hubungan antara tingkat pemaparan merkuri dengan kerusakan jaringan yang dihasilkannya.
3.2. Waktu dan Lokasi Penelitian 3.2.1. Waktu
Penelitian ini dilaksanakan selama sepuluh bulan dari bulan Januari 2012 sampai dengan Oktober 2012. Pengambilan sampel di lokasi pengamatan
dilakukan setiap bulan selama 10 bulan secara berkala time series.
3.2.2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah ruas Sungai Cikaniki, Kabupaten Bogor, Jawa Barat yang tercemar oleh logam berat merkuri Gambar 6. Penentuan lokasi
pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan bantuan peta rupa bumi dengan skala 1 : 125.000 yang didapatkan dari Badan Koordinasi Survei
Pertanahan Nasional Bakosurtanal dan informasi data sekunder dari penelitian sebelumnya mengenai PETI di Sungai Cikaniki Syawal, 2000; Halimah 2002.
Penentuan posisi lokasi sampling di lapangan dilakukan dengan menggunakan alat Global Positioning System GPS. Pengambilan sampel air dan biota untuk
daerah yang tercemar dilakukan di daerah Cisarua, Curug Bitung dan Lukut yang terletak di bantaran S. Cikaniki
– Sub DAS Cisadane Kecamatan Nanggung, Kabupaten Bogor. Sedangkan untuk pengambilan sampel pada daerah yang belum
tercemar dilakukan di daerah bagian hulu Sungai Cikuluwung, di kawasan Taman Nasional Gunung Salak Endah, Kabupaten Bogor. Deskripsi mengenai seluruh
lokasi pengambilan sampel dapat dilihat pada Tabel 2.