Peningkatan luas area lumen pada beberapa avertebrata yang dikarenakan oleh senyawa logam berat telah diamati Tabel 7.
Tabel 7 Jenis-jenis avertebrata dan jenis logam berat yang menyebabkan perubahan luas area lumennya.
No. Taksa
Logam berat Sumber
1 Littorina littorea
Cd Vega et al. 1989
2 Porcellio laevis
Zn Odendaal Reinecke 2007
3 Arion ater
Hg Marigomez et al. 1996
4 Lumbricus terrestris
Zn, Cd Amaral et al. 2006
Penyebab perubahan luas permukaan area lumen berdasarkan penelitian Morgan et al. 2002 pada jaringan chloragogenous di usus cacing tanah
merupakan mekanisme untuk menangani keberadaan logam berat dalam jumlah besar dan cara membuangnya melalui proses peluruhan seluruh selnya.
Selanjutnya Amaral dan Rodrigues 2005 menemukan adanya peningkatan laju apoptosis pada jaringan chloragogenous dan sel-sel epitel usus cacing tanah yang
disebabkan oleh adanya konsentrasi logam Zn dan Cd yang tinggi pada tubuh hewan tersebut. Menurut Rodrigues et al. 2008, keberadaan logam berat pada
sel-sel epitel usus menyebabkan terjadinya perubahan konsentrasi unsur-unsur renik K, Mg, P dan S di dalam sel, yang kemudian akan memicu terjadinya
peningkatan apoptosis sebagai mekanisme untuk melakukan detoksifikasi.
4.5. Telaah Kualitas Fisika Sungai Cikaniki
Hasil pengukuran kualitas fisik air Sungai Cikaniki selama penelitian dijelaskan di dalam sub bab di bawah ini :
4.5.1 Suhu Air
Pengukuran suhu air selama penelitian di laksanakan dari Stasiun Cikuluwung sampai dengan Lukut menunjukkan kecenderungan meningkat dari
22,0°C sampai dengan 26,5°C Gambar 15. Suhu air dapat mempengaruhi proses yang terjadi pada sungai misalnya proses dekomposisi bahan organik,
ketersediaan oksigen terlarut, dan sejarah hidup dari banyak organisme makrozoobentos Paul Meyer 2001. Suhu air dan pergerakan air memegang
peran penting dalam fisiologi respirasi dengan cara mengontrol ketersediaan oksigen dalam tubuh dan sebagai faktor utama dalam menentukan
lokasidistribusi dari sebuah spesies Mackay Wiggins 1979. Suhu air semakin meningkat ke arah hilir dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain elevasi
tempat yang semakin rendah 597 - 264 mdpl, ketersediaan vegetasi dalam memberikan naungan, waktu pengukuran, musim, dan bahan-bahan cair lainnya
hasil dari aktivitas antropogenik.
Semakin berkurangnya tutupan vegetasi yang dapat menghalangi masuknya sinar matahari ke dasar sungai menyebabkan terjadinya peningkatan
suhu air. Secara umum suhu air di Sungai Cikaniki masih sesuai bagi kehidupan sebagian besar organisme makrozoobentos yaitu antara 35-50°C Williams 1979.
Larva trichoptera mampu mentoleransi perubahan suhu air cukup luas di perairan lotik. Larva Eobrachycentrus gellidae mampu mentoleransi suhu air 2°C dan
Oligoplectrum echo mampu bertahan pada suhu 34°C atau lebih Mackay Wiggins 1979.
Gambar 15 Hasil pengukuran suhu air di setiap stasiun pengamatan. Tanda bar menunjukkan standar deviasi.
4.5.2. Kecepatan Arus
Dalam ekosistem akuatik, variabel kecepatan arus merupakan faktor yang menentukan distribusi makrozoobentos Katano et al. 2005. Spesies ekosistem
air mengalir running water dapat mengalami stress ketika berada di ekosistem air menggenang still water. Rendahnya konsentrasi oksigen terlarut dan
tingginya suhu air dapat di toleransi dengan cepatnya arus air Mackay Wiggins 1979. Pada Gambar 16 ditunjukkan hasil pengukuran kecepatan arus di masing-
masing stasiun pengamatan yang cenderung menurun dari hulu ke hilir. Menurut Mason 1988 kecepatan arus di bagian hulu Cikuluwung hingga hilir Lukut
termasuk dalam kategori sangat cepat 1 mdt. Kecepatan arus ini dipengaruhi oleh slopekemiringan dan tingkat kekasaran dari substrat dasar. Tingginya
kecepatan arus di bagian hulu disebabkan oleh kemiringan lahan yang lebih curam di Cikuluwung dibandingkan dengan hilir Lukut yang lebih landai.
Angelier 2003 menyebutkan kecepatan arus maksimum yang masih bisa di toleransi oleh larva trichoptera Rhyacophila sp. adalah 1,22 mdt. Larva
Glossosoma sp. yang termasuk dalam ekologi feeding grazer-scraper lebih menyukai arus sungai yang cepat. Larva hydropsychid Hydropsyche siltalai
memerlukan kecepatan arus yang kontinyu dari 0,15 - 1 mdt Poepperl 2000.
0,0 5,0
10,0 15,0
20,0 25,0
30,0
Cikuluwung Cisarua
Curug Bitung Lukut
Su h
u °C
Lokasi
Gambar 16. Hasil pengukuran kecepatan arus di setiap stasiun pengamatan. Tanda bar menunjukkan standar deviasi
4.5.3. Turbiditas
Turbiditas secara umum didefinisikan sebagai tingkat kekeruhan air. Tingkat turbiditas di sungai biasanya disebabkan oleh padatan tersuspensi di
dalam air. Peningkatan turbiditas di sungai berkaitan erat dengan konsentrasi sedimen yang terbawa oleh air. Sedimen tersebut biasanya berasal dari aktivitas
antropogenik misalnya: pertanian, pembukaan lahan, erosi atau longsoran tanah, maupun yang disebabkan oleh blooming alga US EPA 1997. Hasil pengukuran
turbiditas di Sungai Cikaniki Gambar 17 menunjukkan adanya peningkatan yang cukup tinggi mulai dari Cikuluwung, Cisarua, Curug Bitung dan Lukut berturut
turut adalah 5,74, 11,37, 21,19 dan 35,52 NTU.
Quinn et al. 1992 mengamati peningkatan turbiditas di atas 23 NTU dapat
menurunkan kekayaan
dan kelimpahan
taksa sebagian
besar makroavertebrata. Wood Armitage 1997 menyatakan bahwa padatan
tersuspensi dan endapan sedimen dapat mempengaruhi makroavertebrata melalui beberapa cara yaitu: merubah komposisi substrat, meningkatkan laju
penghanyutan
drift makroavertebrata
karena ketidakstabilan
substrat, mengganggu aktivitas respirasi, menganggu aktivitas makan, khususnya bagi
kelompok filter feeding, penurunan jumlah perifiton, dan kelimpahan mangsa. Berdasarkan Quinn et al. 1992 maka komunitas larva trichoptera di Lukut
berpotensi mengalami gangguan akibat tingginya turbiditas.
0,0 1,0
2,0 3,0
4,0 5,0
6,0
Cikuluwung Cisarua
Curug Bitung Lukut
m d
e t
Lokasi