melindungi kehidupan hewan-hewan akuatik dari toksisitas akut maka konsentrasi merkuri di perairan tidak boleh melebihi 2,4 µgl. Berdasarkan ketentuan tersebut,
maka konsentrasi merkuri di Sungai Cikaniki sudah melewati nilai ambang batas hampir sepanjang tahun.
Larva trichoptera merupakan salah satu insekta air dominan di Sungai Cikaniki memiliki peranan yang sangat penting, selain sebagai perombak bahan
organik, juga sebagai sumber makanan bagi hewan air lain Greve et al. 1998 yang berada pada tingkat trofik predator yang pada umumnya berupa ikan maupun
serangga air pada Ordo Odonata, Plecoptera, Coleoptera dan Hemiptera Yoga et al. 2009. Di perairan, larva trichoptera termasuk pada kelompok kebiasaan
makan fungsional collector filterer Merritt Cummins 2006. Bioakumulasi merkuri yang terjadi pada larva trichoptera dapat berpotensi menyebabkan
terjadinya biomagnifikasi pada predator yang memangsa hewan tersebut. Bioakumulasi merkuri pada trichoptera di Sungai Cikuluwung, yang rata-rata per
tahunnya 2,14 mgkg, meskipun tidak mengalami pencemaran merkuri, namun nilainya jauh lebih tinggi dibandingkan dengan bioakumulasi merkuri pada
trichoptera di Danau Washington, 6 µ gkg McIntyre Beauchamp 2007, dan Danau Range serta Danau Mouse, konsentrasinya berturut-turut adalah 70,5 6
µgkg dan 92,4 6 µgkg Wong et al. 1997.
Merkuri merupakan unsur yang sangat mudah menguap dan mengalami transportasi melalui udara atmospheric transportation, sehingga dapat terbawa
ke tempat yang tidak ada aktivitas yang menyebabkan pencemaran merkuri. Boening 2000. Bioakumulasi merkuri pada trichoptera yang terjadi pada semua
lokasi pengambilan sampel yang terdampak pencemaran merkuri di Sungai Cikaniki berkisar antara 90,20
– 376,09 mgkg. Nilai tersebut jauh lebih tinggi bila dibandingkan dengan bioakumulasi merkuri pada jenis biota yang sama yang
terjadi di Sungai Indrijca, Slovenia yang juga tercemar oleh merkuri karena penambangan emas selama 500 tahun. Meskipun tambang tersebut sudah ditutup
sejak tahun 1994, konsentrasi merkuri di perairan tersebut masih cukup tinggi yaitu berkisar antara 0,004
– 0,02 µgl yang kemudian menyebabkan bioakumulasi merkuri pada trichoptera yang hidup di sungai tersebut berkisar
antara 0,4 – 50,5mgkg Zizek et al. 2007.
4.2. Toksisitas Merkuri terhadap Trichoptera
Uji toksisitas merkuri terhadap trichoptera dilakukan dengan dua tahap. Pertama, uji pendahuluan selama 24 jam untuk mencari konsentrasi ambang atas
dan ambang bawah, kemudian dilanjutkan dengan uji definitif untuk menentukan nilai LC
50
selama 48 jam. Pengamatan pada kedua uji toksisitas tersebut dilakukan setiap 24 jam.
Pada uji toksisitas pendahuluan Tabel 3, kematian trichoptera sudah mulai tampak sejak konsentrasi terendah, 1 mgl. Kematian hewan uji semakin
meningkat seiring dengan meningkatnya konsentrasi merkuri yang digunakan. Pada konsentrasi tertinggi, 10 mgl, kematian hewan uji mencapai 100. Dari
data kematian hewan uji tersebut kemudian didapat nilai LC
50
tentatif 0,53 mgl. Nilai tersebut kemudian digunakan sebagai dasar penentuan konsentrasi uji pada
uji definitif.
Tabel 3 Rata-rata kematian trichoptera pada konsentrasi uji toksisitas pendahuluan
Konsentrasi Jumlah awal
Kematian 24 jam Kontrol
10 1 mgl
10 7
2 mgl 10
7 4 mgl
10 8
8 mgl 10
9 10 mgl
10 10
Pada uji toksisitas akut definitif, kematian hewan uji pada kontrol tidak pernah melebihi 20 yang merupakan batas kematian maksimum yang
dimungkinkan dalam uji toksisitas akut menurut USEPA 2002. Pada jangka waktu 24 jam konsentrasi merkuri 2,00 mgl menyebabkan kematian sebesar 90,
sedangkan pada 48 jam menyebabkan kematian 100 Tabel 4. Tampak adanya hubungan dosis-respon dose response relationship pada kelulushidupan
trichoptera setelah pemaparan merkuri selama 24 dan 48 jam. Nilai LC
50
yang didapat dari uji toksisitas akut tersebut untuk jangka waktu 24 dan 48 jam,
berturut-turut adalah 0,391 dan 0, 318 mgl. Perbedaan antara nilai LC50 24 jam dan 48 jam tidak terlalu besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa toksisitas
merkuri terhadap trichoptera setelah 24 jam menurun.
Tabel 4 Rata-rata kematian trichoptera pada konsentrasi uji toksisitas akut definitif saat 24 jam dan 48 jam
Konsentrasi Jumlah awal
Mortalitas 24 jam Mortalitas 48 jam
Kontrol 10
1 0,25 mgl
10 3
5 0,50 mgl
10 6
7 0,75 mgl
10 8
8 1,00 mgl
10 8
9 2,00 mgl
10 9
10 Informasi toksisitas merkuri terhadap insekta terutama trichoptera belum
banyak diungkap. Nilai LC
50
48 jam merkuri terhadap trichoptera lebih rendah apabila dibandingkan dengan nilai LC
50
48 jam merkuri terhadap Crangonyx pseudogracilis, 0,47 mgl, dan Asellus aquaticus, 0,65 mgl Martin Holdich
1986. Hal tersebut menunjukkan bahwa trichoptera lebih sensitif terhadap logam merkuri bila dibandingkan dengan kedua avertebrata air tersebut. Dibandingkan
sensitivitasnya terhadap logam-logam lain seperti Cd, Cu, Pb Ni dan Zn, maka merkuri merupakan logam yang sangat toksik bagi Trichoptera, tokisisitasnya
hanya lebih tinggi dibandingkan logam Cu Tabel 5.
Berdasarkan nilai LC
50
tersebut kemudian dapat diketahui nilai konsentrasi aman merkuri bagi larva trichoptera adalah 0,00032 mgl atau 0,32 µgl. Menurut
Sprague 1971, nilai konsentrasi aman pada umumnya digunakan berdasarkan beberapa pertimbangan, yaitu 1 pada pemaparan polutan jangka panjang,
kematian yang terjadi dapat diabaikan, 2 berdasarkan pengamatan pengaruh kronik pada perairan yang tercemar, dan 3 tidak ada data pengaruh sublethal
atau kronik dari uji toksisitas di laboratorium. Pada penelitian ini nilai uji