Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi Anadara spp.

yang baru saja melakukan pemijahan. Hasil pengamatan pada kerang bulu A. antiquata dan kerang darah A. granosa memperlihatkan bahwa kecepatan tumbuh kedua kerang ini rata-rata 3,27 mmbulan.

2.8. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi Anadara spp.

Keberadaan hewan akuatik sangat dipengaruhi oleh faktor abiotik contohnya: suhu, salinitas, oksigen terlarut dan substrat dan faktor biotik contohnya: makanan, predasi dan kompetisi. Semua atau kombinasi beberapa variabel lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi serta distribusi Helm and Bourne 2004; Sahin et al. 2006. Beberapa faktor lingkungan yang mempengaruhi keberadaan kerang Anadara spp antara lain: Habitatsubstrat Kelas bivalvia kebanyakan hidup dengan membenamkan diri dalam substrat lumpur maupun pasir baik pada lingkungan perairan laut maupun tawar. Beberapa jenis bersifat merayap ataupun melekat pada batu, kayu, mangrove dan benda padat lainnya Brusca dan Brusca 1990. Menurut Kuang et al. 1995 in Helm and Bourne 2004 bivalvia mengubur diri pada substrat dangkal, filter feeder, kebiasaan makan dihubungkan dengan makanan di dasar dimana dia hidup, dengan komponen nutrien yang penting adalah detritus organik, fitoplankton dan algae uniseluler, serta dapat beradaptasi dengan salinitas 14-30 o oo dan temperatur optimum berkisar 20 -30 o C. Hasil penelitian Broom 1982 yang dilakukan di Sungai Selangor dan Sungai Buloh di Malaysia, menunjukkan species A. granosa mendominasi daerah dengan kandungan air substrat 55-65 dan proporsi diameter partikel yang berukuran 53 μm di dua lokasi sebesar 80-90. Mubarak 1987 melaporkan bahwa di perairan Blanakan Subang Jawa Barat kerang A. granosa ditemukan terbesar pada substrat dasar perairan bertipe C yaitu memiliki tekstur yang sedangkasar dengan median ukuran diameter sedimen berkisar antara 3,29-3, 48 μm. Kelimpahannya terkonsentrasi pada stasiun yang memiliki tipe tekstur halus liat debu maupun bertekstur agak kasar liat debu dan pasit, pasir debu. Species tersebut banyak ditemukan pada kedalaman satu meter dan makin ke tengah kelimpahannya makin rendah sehingga tidak ditemukan lagi pada kedalaman empat meter. Suhu Suhu perairan berpengaruh terhadap kelarutan oksigen, komposisi substrat, luas permukaan yang mendapat sinar matahari, kekeruhan maupun kecepatan reaksi kimia di dalam air yang juga mempengaruhi proses osmoregulasi dan pernafasan organisme perairan. Oleh karena itu dengan meningkatnya suhu perairan, maka kehidupan organisme didalamnya juga terpengaruh dan pada kondisi ekstrim dapat menyebabkan kematian. Dance 1977 dan Broom 1985 mengemukakan bahwa kerang Anadara hidup pada daerah iklim tropis. Di area beriklim tropis tidak terlihat variasi suhu sepanjang tahun. Menurut Squires et al. 1975 Anadara spp. selalu berlindung pada mangrove dengan kisaran suhu dalam lumpur antara 26,0-37,5 o C . Salinitas Variasi salinitas di daerah tropis umumnya dipengaruhi oleh angin monsoon dan dampak dari kombinasi antara salinitas dengan temperatur akan mempengaruhi siklus reproduksi pada moluska Baron 1992. Pada daerah pantai berlumpur sebagai habitat kerang Anadara salinitas bervariasi dari 28- 31 o oo di musim kemarau, dan 15 o oo pada musim penghujan. Dalam kondisi tertentu yaitu pada musim hujan dan saat air surut salinitas perairan pantai estuari tersebut dapat turun menjadi 5-10 o oo . Broom 1983 menjelaskan terdapat hubungan antara kelimpahan larva Anadara dengan penurunan salinitas. Lamanya musim penghujan menyebabkan terjadinya penurunan suhu di daerah intertidal yang berlumpur dan menunjukkan tanda lingkungan untuk menentukan musim pemijahan. Bardach 1972 in Mubarak 1987 menambahkan bahwa Anadara tidak dapat bertahan lama pada air payau dimana salinitasnya 18 o oo . Selain karena hujan besar dan rendahnya salinitas, kematian umumnya dapat disebabkan Gastropoda Natica macullosa dan Thais carinifera merupakan predator yang dapat menyebabkan besarnya jumlah kematian www.aqua. Information.mt.ac.th aampagepdfog.clams. pdf. A.granosa umumnya ditemukan pada area dengan kisaran salinitas normal yaitu 26-31 o oo , efisiensi pakan yang paling baik adalah pada salinitas 23 o oo , sedangkan untuk kerang muda anak kerang tetap aktif pada salinitas 18 o oo atau kurang. Hewan ini juga dapat mentolelir salinitas 12 o oo untuk periode yang singkat. Dissolved Oxygen DO, Oksigen terlarut Dissolved oxygen DO adalah kandungan gas oksigen terlarut dalam air. Pada sedimen dasar sering tidak mengandung banyak oksigen kecuali pada permukannya, dan organisme dasar akan mengambil oksigen dalam jumlah besar jika tersedia Anadara termasuk hewan ”oxyregulator” dan dapat hidup pada lingkungan rendah oksigen. Penyerapan oksigen dari lingkungannya tidak berubah meskipun tekanan oksigen turun dari 160 menjadi 80 mmHg. Di bawah tekanan oksigen 80 mmHg terjadi penurunan laju penyerapan oksigen, tetapi secara menyeluruh kerang darah mampu mengatasi kondisi hypoxia dan anoxia yaitu dengan menaikan laju penyerapan oksigen sebanyak 2,8 kali dari keadaan normal, sampai kandungan habitatnya menjadi normal kembali Davenport and Wong 1986 dalam Tetelepta 1990. Biological Oxygen Demand BOD Kebutuhan oksigen biologi BOD didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang diperlukan oleh organisme untuk pemecahan bahan organik pada kondisi aerobik, hal ini diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan dan energinya diperoleh dari proses oksidasi. Waktu yang diperlukan untuk proses oksidasi bahan organik secara sempurna menjadi CO 2 dan H 2 O adalah tidak terbatas Pescod dalam Salmin 2005. Perhitungan nilai BOD biasanya dilakukan pada hari ke 5 karena pada presentase reaksi cukup besar yaitu, 70-80 dari nilai BOD total Sawyer dan MC Carty 1978 dalam Salmin 2005. Semakin besar nilai BOD maka tingkat konsentrasi bahan organik di perairan semakin tinggi. BOD menunjukkan oksigen yang terlarut yang dibutuhkan oleh organisme untuk memecah atau mengoksidasi bahan-bahan buangan dalam air Baron 1992. Total Suspended Solid TSS TSS adalah bahan-bahan tersuspensi diameter 1 µ m yang tertahan pada saringan milipore dengan diameter pori 0,45 µ m. TSS terdiri atas lumpur dan pasir halus serta jasad-jasad renik, yang terutama disebabkan oleh kikisan tanah atau erosi tanah yang terbawa kebadan air Effendi 2003. Padatan tersuspensi total ini dipengaruhi oleh bahan-bahan tersuspensi seperti lumpur, pasir, bahan organik, dan anorganik. Padatan tersuspensi dapat menggangu proses respirasi organisme perairan dan dapat meningkatkan kekeruhan perairan dan akhirnya mereduksi produktivitas perairan, terdapat hubungan antara TSS dan kekeruhan, dimana peningkatan TSS menyebabkan peningkatan kekeruhan APHA 1992. Kesesuaian untuk kepentingan perairan untuk kepentingan perikanan berdasarkan nilai padatan tersuspensi ditunjukkan dalam Tabel 2. Tabel 2. Kisaran nilai TSS dan pengaruhnya terhadap organisme dasar Nilai TSS mgl Pengaruh terhadap organisme dasar 25 Tidak berpengaruh 25-80 Sedikit berpengaruh 81-400 Kurang baik bagi kepentingan organisme dasar 400 Tidak baik bagi kepentingan organisme dasar Sumber: Alabaster dan Lioyd, 1982 dalam Effendi, 2003 Ketersediaan makanan Sebagai faktor biotik, khlorophyl a merupakan indikator dari biomassa fitoplankton dan diketahui sebagai sumber makanan bivalvia serta berkorelasi positif dengan indeks kondisi. Tingginya nilai indeks kondisi merupakan indikator adanya akumulasi cadangan nutrien khususnya glikogen dan protein untuk perkembangan gonadik Aldrich and Crowley 1986 in Sahin 2006. Selain dikontrol oleh faktor endogen, keberadaan khlorophyl a ternyata merupakan faktor penting dalam mempengaruhi keberlanjutan aktivitas reproduksi khususnya pada proses kematangan gonad Baron 1992. Ketersediaan makanan dapat mempengaruhi pertumbuhan jaringan, penyimpanan dan penggunaan makanan dapat merubah rasio berat badan terhadap panjang cangkang Bourgett and Frechette 2001 in Richard et al. 2003. Perbedaan ketersediaan dan kelimpahan makanan antar lokasi atau antar waktu akan mempengaruhi hubungan antara berat dengan panjang cangkang. Selain itu variasi morfologi cangkang sebagai akibat variasi phenotipyc juga dapat mempengaruhi berat jaringan lunak terhadap panjang cangkang Kemp Bertness 1983 in Richard et al. 2003. Variasi indeks kondisi pada waktu yang berbeda sejalan dengan fluktuasi dan perubahan ketersediaan makanan di perairan. Hal ini ditunjukkan dengan hasil penelitian pada kerang A. antiquata bahwa indeks kondisi akan bervariasi dengan ketersediaan makanan dan status reproduktifnya Mzigani 2005. Logam berat Logam berat merupakan bahan pencemar yang dapat disebabkan karena pengaruh langsung dari masukan air sungai ke dalam suatu perairan. Logam berat yang berbahaya dan sering ditemukan di lingkungan perairan adalah Merkuri Hg, Timbal Pb, Cadmium Cd, Tembaga Cu dan seng Zn Broom 1985. Logam berat yang terbuang ke sungai, pantai dan badan air dapat menyebabkan kontaminasi mahluk hidup didalamnya. Melalui rantai makanan, logam tersebut akan terakumulasi pada tingkat tropik yang lebih tinggi. Akumulasi logam berat dipengaruhi oleh faktor biologis dan fisik seperti musim, reproduksi, salinitas dan kedalaman air. Bioakumulasi logam berat tegantung pada zat kimia, pereadarannya dan mekanisme masuknya logam interseluler kompartement serta aspek homeastatis seluler logam Gosling 2003. Pada kerang bioakumulasi logam yang baik adalah logam Zn, Cu, Cd dan logam yang belum diketahui fungsinya secara biologis adalah logam Cd dan Hg. Logam-logam lain yang diakumulasi oleh kerang adalah Ag, Al, Cr, F, Mn, Ni dan Pb serta logam radionuklida seperti Uranium U dan logam transuranium seperti 239 Pu, 238 Pu dan 241 Am Gosling 2003. Toksisitas logam subakut terhadap hewan air erat hubungannya dengan sifat bioakumulatif logam dalam jaringan organisme air, hal ini menyangkut toksisitas marjinal dari hewan tersebut Palar 2004. Nitrat NO 3 Nitrat adalah nutrien utama bagi pertumbuhan alga. Nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil, dihasilkan dari proses oksidasi sempurna nitrogen di perairan . Sumber utama nitrat berasal dari erosi tanah, limpasan dari daratan termasuk pupuk di tanah dan dari buangan limbah. Selain itu, nitrat berasal dari permukaan air selama ada produktivitas primer, ketika tumbuhan mati akan terdekomposisi kemudian nitrat teregenerasi ke massa air Effendi 2003. Kebedaradaan nitrat sangat mempengaruhi fitoplankton yang merupakan makanan alami dari kerang. Nitrit NO 2 Senyawa nitrit NO 2 yang terdapat dalam air laut merupakan hasil reduksi senyawa nitrat NO 3 atau oksidasi amoniak NH 3 oleh mikro-organisme. Selain itu, senyawa nitrit juga berasal dari hasil ekskresi fitoplankton, terutama pada saat timbulnya ledakan populasi fitoplankton Hutagalung et al. 1997. Dalam air laut senyawa nitrit tidak stabil, mudah teroksidasi menjadi nitrat bila kadar oksigen dalam air tinggi atau tereduksi menjadi amoniak bila kadar oksigen rendah. Distribusi vertikal kadar nitrit semakin tinggi sejalan dengan pertambahan kedalaman laut dan semakin rendahnya kadar oksigen. Sedangkan distribusi horizontal kadar nitrit semakin tinggi menuju ke arah perairan pantai atau muara sungai. Meningkatnya kadar nitrit di laut berkaitan erat dengan masuknya bahan organik yang mudah terurai. Amoniak NH 3 Senyawa amoniak yang terdapat dalam air laut merupakan hasil reduksi senyawa nitrat NO 3 atau senyawa nitrit NO 2 oleh mikroorganisme. Selain itu, senyawa amoniak juga berasal dari hasil eksresi fitoplankton terutama pada saat timbulnya ledakan populasi fitoplankton dan hasil degradasi zat organik seperti protein dan lain-lain. Kadar amoniak dalam air laut sangat bervariasi dan dapat berubah dengan cepat, dan distribusi kadar amonia semakin tinggi menuju ke arah perairan pantai atau muara sungai. Meningkatnya kadar ammonia di laut terkait dengan masuknya bahan organik yang mudah terurai baik yang mengandung unsur nitrogen maupun tidak. Penguraian bahan organik yang mengandung unsur nitrogen akan menghasilkan senyawa nitrat, nitrit yang seterusnya akan menjadi amoniak.

2.9. Distribusi kerang darah A. granosa