B. Kajian Biologi
1. Pertumbuhan
Penelitian dari aspek pertumbuhan mencakup beberapa kajian antara lain : Populasi hasil tangkapan, distribusi kelas ukuran, hubungan panjang berat,
faktor kondisi, indeks kondisi, berat daging, pendugaan parameter pertumbuhan,
mortalitas dan laju eksploitasi.
a. Bahan dan alat
Bahan berupa kerang darah A. granosa dari hasil tangkapan. Sedangkan peralatan yang digunakan adalah seperangkat perahu motor, garok, cool box,
wadah sampel, kaliper jangka sorong, timbangan digital, alat tulis, label, kamera.
b. Penanganan Contoh
Spesimen A. granosa hasil tangkapan kemudian dihitung dan dilakukan pengukuran morfometriknya. Lebar cangkang diukur dari ujung anterior dan
posteriornya, demikian juga panjang, tinggi dan tebal cangkang memakai caliper dengan ketelitian 0,00 mm, serta ditimbang beratnya menggunakan
timbangan digital CAMRY EHA-401 dengan ketelitian 0,00 g. Panjang cangkang adalah jarak yang diukur dari ujung anterior ke ujung
posterior cangkang. Lebar cangkang adalah jarak yang diukur pada bagian dorsal ke bagian ventral cangkang. Tebal cangkang adalah jarak yang diukur dari bagian
atas tepi cangkang ke bagian tepi cangkang bagian bawah. Cara pengukuran panjang dan lebar kerang seperti pada Gambar 6.
Data panjang dan berat kerang selain digunakan untuk mengetahui hubungan panjang berat juga untuk mengkaji pendugaan parameter pertumbuhan, mortalitas
dan laju eksploitasi. Cara pengukuran morfometrik dan penimbangan berat kerang terlihat pada Lampiran 4.
Gambar 6. Cara pengukuran panjang 1, lebar 2, dan tebal 3 kerang Oemarjati dan Wisnu 1990.
Untuk Pengukuran indeks kondisi dilakukan dengan menimbang berat kering jaringan dan berat kering cangkang A. granosa. Data berat kering jaringan
diperoleh dengan cara memisahkan jaringan lunak dari cangkangnya, kemudian dilanjutkan dengan pengovenan jaringan lunak kerang tersebut pada suhu 60
C ±24 sampai 48 jam hingga diperoleh berat kering konstan
Ramesha and Thippeswamy 2009.
c. Analisis data
Analisis data untuk kajian pertumbuhan meliputi :
1. Populasi dan Distribusi frekuensi ukuran kerang
Kelompok ukuran lebar kerang diidentifikasi atau dipisahkan menggunakan metode Battacharya Sparre dan Venema 1999. yaitu sebagai
berikut : -
Menentukan nilai maksimum dan minimum dari keseluruhan data -
Menghitung jumlah kelas ukuran dengan rumus : K = 1 + 3.32 log n; K = Jumlah kelas ukuran; n = jumlah data
pengamatan. -
Menghitung rentang datawilayah ; Wilayah = Data terbesar – Data terkecil
- Menghitung lebar kelas :
2
1
3
- Menentukan limit bawah kelas yang pertama dan limit atas kelasnya. Limit
atas kelas diperoleh dengan menambahkan lebar kelas pada limit bawah kelas.
- Mendaftarkan semua limit kelas untuk setiap selang kelas
- Menentukan nilai tengah bagi masing-masing selang dengan merata-
ratakan limit kelas -
Menentukan frekuensi bagi masing-masing kelas -
Menjumlahkan frekuensi dan memeriksa apakah hasilnya sama dengan banyaknya total pengamatan.
Distribusi frekuensi panjang cangkang kerang yang telah ditentukan dalam selang kelas yang sama kemudian diplotkan dalam sebuah sebuah grafik. Dari
grafik tersebut terlihat pergeseran distribusi kelas panjang cangkang. Pergeseran distribusi frekuensi panjang cangkang menggambarkan jumlah kelompok umur
kohort yang ada. Bila terjadi pergeseran modus distribusi frekuensi panjang cangkang berarti terdapat lebih dari satu kohort. Analisis data frekuensi panjang
menggunakan metode ELEFAN dalam Program FISAT II Pendugaan kelompok ukuran dilakukan dengan menganalisis data frekuensi
panjang. Data frekuensi panjang dianalisis menggunakan program Bhattacharya’s Method yang dikemas dalam paket program FISAT II FAO-ICLARM Stock
Assessmet Tool. Ukuran panjang diasumsikan menyebar normal. Kelompok ukuran diperoleh dengan memisahkan data frekuensi panjang ke dalam kelompok-
kelompok dengan panjang rata-rata tertentu serta simpangan bakunya.
2. Kepadatan kerang
Kepadatan kerang dihitung berdasarkan hubungan antara kecepatan tarik garok, lama tarikan, panjang head pore garuk dan bukaan mulut jaring. Secara
matematis penghitungan kepadatan Stok adalah dengan menggunakan formula sebagai berikut Sparre dan Venema 1989.
Jarak lintasan yang diliput yaitu : D = V. T
Keterangan: D = Jarak lintasan sapuan yang diliput
V = Kecepatan tarik garok kmjam t = Lama penarikan garok jam
Penentuan luasan wilayah Sapuan : A = D. h. X
1
Keterangan : A = Luas sapuan m
2
h = Panjang ’head rope” garok m D = Jarak lintasan sapuan yang diliput
X1= bukaan mulut jaring dengan nilai koefisien 0,5 Jarak yang diliput D diketahui berdasarkan posisi kapalperahu pada
awal dan akhir penarikan garok yang diketahui melalui alat perekam GPS sehingga jarak yang diliput berdasarkan rumus :
D= 60.V Lat
1
- Lat
2 2
+ Lon
1
– Lon
2 2
Cos
2
{0.5 Lat
1
–Lat
2
}
Keterangan: Lat
1
= Derajat lintang pada awal tarikan Lat
2
= Derajat lintang pada akhir tarikan Lon
1
= Derajat bujur pada awal tarikan Lon
2
= Derajat bujur pada akhir tarikan
Kepadatan :
Dihitung dengan menggunakan rumus
Q = Cw a ef
Keterangan : Q = Kepadatan per luas sapuan indm
2
Cw = Hasil tangkapan kerang per luas sapuan individu a = Luas daerah sapuan m
2
ef = Faktor kelolosan 0,4
Untuk mengetahui signifikansi perbedaan kepadatan antar zona dilakukan analisis variance ANOVA. Jika terdapat perbedaan yang signifikan maka
dilanjutkan dengan uji Tukey untuk melihat zona mana yang paling berbeda Steel and Torrie 1989.
3. Hubungan panjang berat
Pertumbuhan somatik panjang cangkang dan dan berat tubuh dianalisis dengan mengkaji hubungan alometrik antara variabel panjang cangkang cm
dengan berat tubuh kerang g. Hubungan panjang-berat digambarkan dalam dua bentuk yaitu isometrik dan alometrik Park and Oh 2002; Jamabo et al. 2009.
Untuk kedua pola ini berlaku persamaan:
W = aL
b
Keterangan : W = bobot individu kerang dalam gram;
L = panjang individu kerang dalam mm; a = intersep perpotongan kurva hubungan panjang-bobot dengan sumbu y
b = Penduga pola pertumbuhan panjang-bobot Untuk mendapatkan persamaan linier atau garis lurus digunakan persamaan
sebagai berikut : Ln W = Ln a + b Ln L
Untuk mendapatkan parameter a dan b, digunakan analisis regresi dengan Ln W sebagai Y dan Ln L sebagai X, sehingga didapatkan persamaan regresi :
Y = a + b X Untuk menguji nilai b = 3 atau b
≠ 3 dilakukan uji-t uji parsial, dengan hipotesis :
H : b = 3, hubungan panjang dengan berat adalah isometrik.
H
1
: b ≠ 3, hubungan panjang dengan berat adalah allometrik, yaitu:
Allometrik positif, jika b 3 pertambahan berat lebih cepat daripada pertambahan panjang dan, allometrik negatif, jika b 3 Pertambahan panjang
lebih cepat daripada pertambahan berat. T hitung = b
1
-b Sb
1
Keterangan : b
1
: b dari hubungan panjang berat b
: 3 Sb
1
: Simpangan koefisien b Kemudian dibandingkan nilai t hitung dengan nilai t tabel pada selang
kepercayaan 95.. Selanjutnya untuk mengetahui pola pertumbuhan kerang , kaidah keputusan yang diambil adalah :
t
hitung
t
tabel
: tolak hipotesis nol H t
hitung
t
tabel
: gagal tolak hipotesis nol H
4. Faktor kondisi
Faktor Kondisi dihitung dengan menggunakan rumus King 1995
Keterangan :
K = Faktor kondisi
W = Rata-rata berat tubuh g
LH = Rata-rata panjanglebar baku mm
a, b = Konstanta regresi
5. Indeks kondisi dan berat daging
Nilai Indeks Kondisi IK diperoleh dari perbandingan berat kering jaringan dan berat cangkang. Berat kering jaringan A.granosa untuk selanjutnya
disebut sebagai berat jaringan. Indeks kondisi dan berat daging dihitung menggunakan pendekatan dua rumus berikut Chen and Davenport 1987; Sahin et
al. 2006 dan Yilzid et al. 2006, yaitu :
Berat daging = berat basah daging berat total X 100 Indeks kondisi = Berat kering dagingberat kering cangkang x 100
Kriteria nilai Indeks Kondisi A. granosa dengan mengikuti modifikasi BCOM 2003, mempunyai kategori sebagai berikut :
Nilai Indeks Kondisi 2,5 termasuk kurus Nilai Indeks Kondisi yang berkisar antara 2,5 – 4,5 termasuk sedang
Nilai Indeks Kondisi 4,5 termasuk gemuk
6. Parameter Pertumbuhan
Plot-Walford merupakan salah satu metode paling sederhana dalam menduga parameter pertumbuhan L
∞ dan K dari persamaan von Bertalanffy dengan interval waktu pengambilan contoh yang sama King 1995. Setelah data
pertumbuhan L ∞ dan K diperoleh, selanjutnya nilai tersebut dimasukkan kedalam
persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy sebagai berikut :
L
t
= L ∞ 1-e
[-Kt-t0]
Keterangan : L
t
: Panjang kerang pada saat umur t satuan waktu L
∞
: Panjang maksimum secara teoritis panjang asimtotik K : Koefisien pertumbuhan per satuan waktu
t : Umur teoritis pada saat panjang sama dengan nol
Penurunan plot Ford-Walford didasarkan pada persamaan pertumbuhan Von Bertalanffy dengan t
sama dengan nol, maka persamaannya menjadi sebagai berikut :
L
t
= L ∞1-e
[-Kt-t0]
1 L
t
= L ∞ - L∞ e
[-Kt]
L ∞ - L
t
= L ∞ e
[-Kt]
2 Setelah L
t+1
disubtitusikan ke dalam persamaan 1 maka diperoleh perbedaan persamaan baru tersebut dengan persamaan 1 seperti berikut.
L
t+1
– L
t
= L ∞ 1-e
[-Kt+1]
- L ∞ e
[-Kt]
= -L ∞ e
[-Kt+1]
+ L ∞ e
[-Kt]
= L ∞ e
[-Kt]
1-e
[-K]
3 Persamaan 2 disubtitusikan ke dalam persamaan 3 sehingga diperoleh
persamaan sebagai berikut :
L
t+1
– L
t
= L ∞ e
[-Kt]
1-e
[-K]
= L ∞ 1-e
[-K]
– L
1
+ L
t
e
[-K]
= L ∞ 1-e
[-K]
+ L
t
e
[-K]
4
Persamaan 4 bentuk persamaan linier dan jika L
t
sumbu x diplotkan terhadap L
t+1
sumbu y maka garis lurus yang terbentuk akan memiliki kemiringan slope b = e
[-K]
. L
t
dan L
t+1
merupakan panjang cangkang kerang pada saat t dan panjang cangkang kerang yang dipisahkan oleh interval waktu
yang konstan Pauly 1984. Nilai L ∞ dan K didapatkan dari hasil perhitungan
dengan metode ELEFAN I Electronic Length Frequencys Analisis yang terdapat dalam program FISAT II.
Umur teoritis kerang pada saat panjang cangkang sama dengan nol dapat diduga secara terpisah menggunakan persamaan empiris Pauly Pauly 1984
sebagai berikut :
Log -t = 0,3922 – 0,2752 Log L
∞ – 1,038 Log K
Perhitungan tersebut dibantu dengan menggunakan Pauly’s M equation yang terdapat dalam paket program FISAT II. Untuk mengetahui pertambahan
individu pertama ke dalam populasi kerang dari data frekuensi panjang dibantu dengan suatu pendekatan yang difasilitasi oleh perangkat lunak FISAT Sparre
Venema 1998. Program ini merekonstruksi pulsa rekruitmen dari suatu runutan data
frekuensi panjang yang disesuaikan dengan persamaan Von Bertalanfy Growth VBGF untuk mendeterminasi jumlah pulsa per tahun dan kekuatan relatif setiap
pulsa.
7. Mortalitas dan Laju Eksploitasi E
Penentuan mortalitas total dengan menggunakan teknik Kuosien ZK dan modifikasinya dikembangkan oleh Beverton and Holt 1957. Metode ini
didasarkan pada asumsi bahwa sampel kerang diperoleh dari populasi yang stabil dengan penambahan baru dan laju mortalitas yang konstan serta mengikuti model
pertumbuhan von Bertalannfy. Nilai ZK dapat diduga jika nilai-nilai L
∞
, L
c
dan L diketahui dengan persamaan :
atau jika L’ diketahui dapat digunakan rumus :
Keterangan : K = Panjang asimtotik pada persamaan pertumbuhan Von Bertalannfy
L
∞
= Panjang asimtotik pada persamaan pertumbuhan Von Bertalannfy L = Rata-rata panjang kerang dalam kelompok umur tertentu
L
c
= Panjang kerang pertama tertangkap alat L’= Panjang kerang terkecil dalam sampel dengan jumlah sudah
dapat diperhitungkan.
Laju mortalitas alami M diduga menggunakan rumus empiris Pauly 1980 in Sparre dan Venema 1999 :
ln M = -0.0152-0,279 ln L
∞
+ 0.6543 ln K + 0.463 ln T M = e
lnM
Keterangan : M = Mortalitas alami
L
∞
= Panjang asimtotik pada persamaan pertumbuhan von Bertalannfy T = Rata-rata suhu permukaan air
o
C Laju mortalitas penangkapan F ditentukan dengan :
F = Z – M Laju eksploitasi ditentukan dengan menbandingkan mortalitas penangkapan F
terhadap mortalitas total Z Pauly, 1984
Laju mortalitas penangkapan F atau laju eksploitasi optimum menurut Gulland 1971 in Pauly 1984 adalah :
F
optimum
= M dan E
optumum
= 0.5
2. Reproduksi
Kajian reproduksi meliputi nisbah kelamin, tingkat kematangan gonad TKG, indeks kematangan gonad IKG dan ukuran pertama kali matang gonad.
a. Bahan dan alat