memasuki musim peralihan. Pada saat tersebut cuaca sangat baik , sedangkan pada bulan November dan Desember curah hujan dan gelombng sangat tinggi
sehingga mempengaruhi beberapa kualitas perairan seperti salinitas, suhu, substrat, kecepatan arus sehingga kerang banyak yang mati.
Salinitas pada musim timur, relatif stabil, sedangkan ketika memasuki musim barat terjadi penurunan salinitas, hal ini diduga karena adanya pengenceran
air laut dikarenakan curah hujan yang cukup tinggi. Demikian juga dengan suhu terjadi fluktuasi setiap bulan walaupun variasinya relatif kecil, namun perubahan
suhu diduga mempengaruhi proses metabolisme dari organism kerang. Pada bulan Oktober dan Desember terjadi gelombang yang sangat besar, yang
menyebabkan teraduknya substrat sebagai habitat kerang, sehingga keberadaan kerangpun menjadi terganggu.
Menurut Baron 1992 variasi salinitas dan suhu akan mempengaruhi siklus reproduksi pada moluska. Terdapat hubungan antara kelimpahan larva dan
kerang dengan penurunan salinitas, Lamanya musim penghujan menyebabkan terjadinya penurunan suhu di daerah intertidal yang berlumpur. Selain karena
curah hujan yang tinggi dan rendahnya salinitas, kematian kerang A. granosa umumnya disebabkan oleh predator gastropoda Natica maculosa dan Thais
Carinifera Broom 1982. Makrozoobenthos dari klas gastropoda cukup melimpah pada bulan November dan Desember khususnya pada zona II dan III.
4. Hubungan Lebar dan Berat
Panjang dan berat adalah dua komponen dasar biologi untuk tingkatan spesies, individu maupun populasi. Informasi tentang hubungan panjang–berat
adalah hal yang mendasar untuk pengujian dan pengelolaan dalam bidang perikanan, juga dapat dipakai untuk mengestimasi biomasa dari hasil analisis data.
Berdasarkan hasil analisis diperoleh persamaan yang menunjukkan bahwa hubungan lebar-berat A. granosa memiliki korelasi erat dan sangat erat. Korelasi
ini menunjukkan bahwa pertambahan lebar cangkang kerang diikuti oleh pertambahan berat tubuhnya. Secara keseluruhan berdasarkan nilai b pola
pertumbuhan kerang adalah allometrik negatif nilai b3 yaitu mengindikasikan bahwa pertumbuhan lebar lebih cepat dibandingkan berat Tabel 7.
Tabel 7. Hubungan lebar dan berat kerang A. granosa jantan dan betina pada tiap zona
Zona Jenis
kelamin Persamaan hubungan
Lebar- berat Nilai a
Nilai b Pola pertumbuhan
I - V N=6968
Jantan + betina
Jantan betina
W = 0.033H
1.676
r=0.736 W = 0.043H
1.578
r=0.706 W = 0.029H
1.734
r= 0.754 0,0333
0,043 0.029
1.676 1.578
1.734 Alometrik negatif
Alometrik negatif Alometrik negatif
I PLTU
N=1174 Jantan
betina W = 0.019H
1.901
r=0.842 W = 0.010H
2.128
r=0.876 0.019
0.010 1.901
2.128 Alometrik negatif
Alometrik negatif II
Tegal Papak N=615
Jantan betina
W = 0.002H
2.551
r=0.776 W = 0.001H
2.726
r=0.827 0.002
0.001 2.551
2.726 Alometrik negatif
Alometrik negatif III
Cibungur N=730
Jantan betina
W = 0.124H
1.211
r=0.721 W = 0.101H
1.316
r=0.730 0.124
0.101 1.211
1.316 Alometrik negatif
Alometrik negatif IV
Panimbang N=1167
Jantan betina
W = 0.122H
1.207
r=0.652 W = 0.118H
1.245
r=0.692 0.122
0.118 1.207
1.245 Alometrik negatif
Alometrik negatif V
Suladengan N=2382
Jantan betina
W = 0.015H
1.912
r=0.664 W = 0.027H
1.731
r=0.641 0.015
0.027 1.912
1.731 Alometrik negatif
Alometrik negatif
a. Berdasarkan Jumlah Kerang Keseluruhan Total
Hasil analisis hubungan lebar dan berat kerang secara total digambarkan melalui persamaan W= 0,003 H
1,678
W= berat, H= lebar dengan nilai a=0,003 dan b=1,678. Dari persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai slope b dari
total kerang yang diperoleh yaitu mempunyai nilai b3 maka pola pertumbuhan kerang secara keseluruhan baik jantan maupun betina adalah allometrik negatif.
Hal ini berarti pertambahan lebar cangkang lebih cepat bila dibandingkan dengan pertambahan berat A. granosa dan pertumbuhannya tidak seimbang. Dari
persamaan lebar dan berat diperoleh nilai korelasi r sebesar 0,736 yang menunjukkan bahwa korelasi antara lebar cangkang dengan dan berat jaringan
termasuk dalam kategori erat dengan arah hubungan positif yaitu sebesar 0,736 Gambar 23.
y = 0.033x
1.67 8
r = 0.736
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
b e
ra t
g
Le bar m m
Gambar 23. Hubungan lebar cangkang dan berat kerang secara total . Hubungan panjang berat dimaksudkan untuk menduga pola
pertumbuhan hewan-hewan tersebut, yang diestimasi melalui kecenderungan penyebaran data lebar dan berat yang diperoleh dari komponen morfometrik.
Pendugaan parameter b, koefisien hubungan panjang berat, dianalisis melalui Power Regression yang disederhanakan melalui transformasi linier Park dan Oh
2002. Dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan Park dan Oh 2002
menunjukkan bahwa pola isometrik pada beberapa kerang mempunyai nilai b yang berada pada kisaran nilai 2,83 – 3,06 dengan nilai r berkisar antara 0.911-
0,960, yang berarti mempunyai korelasi sangat erat. Sedangkan untuk pola allometrik positif nilai b 3,31 dan untuk allometrik negative nilai b 2,93.
Untuk nilai b pada kerang pola pertumbuhan isometrik pada kerang tidak secara signifikan menunjukkkan bahwa nilai b = 3.
Beberapa kerang dengan pola pertumbuhan isometrik ditemukan pada Patinopecten dengan b= 2,98 Yoo and Ryu, 1981; Scapharca subcrenata
dengan b=2,97 ; Ruditapes phillipinarum b=3,04; Cyclina sinensis b= 3,06 ; Mactra chinensis b= 2,83 Park dan Oh 2002 dan Meretrix lusoria b= 2,93 Kim
and Cho 1982. Untuk pola pertumbuhan allometrik positif ditemukan pada Scapharca broughtonii dengan b= 3,31 ; Fulvia mutica dengan b= 3,49 Park dan
Oh 2002. Sedangkan kerang dengan pola pertumbuhan allometrik negatif ditemukan pada Tegillarca granosa dengan b= 2,82 Park dan Oh 2002.; Pinnata
javonica b= 2,44 Choe 1980 ; Panope javonica b= 2,61 Lee at al. 1998 dan
Poymesoda erosa dengan b=2,472 Gimin et al. 2004. Mengacu pada beberapa hasil penelitian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa berdasarkan hubungan
panjang berat kerang A. granosa dengan nilai b berkisar antara 1.245 -2.726 mempunyai pola pertumbuhan allometrik negatif .
Hasil penelitian Pattikawa dan Ferdinandus 2009 menunjukkan pada kerang A. antiquata hanya kerang yang berukuran besar yang mempunyai pola
pertumbuhan isometric, hal ini dikarenakan individu dengan ukuran besar tingkat survivalnya lebih baik.
a. Berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil analisis data lebar dan berat kerang dapat dipisahkan menurut jenis kelamin, dan untuk kerang jantan secara keseluruhan dapat diekspresikan dengan
persamaan hubungan lebar dan berat W = 0,043H
1.578
dengan nilai r=0,706, nilai a= 0,043 dan b=1,578, sedangkan untuk betina secara keseluruhan W =
0,029H
1.734
dengan r= 0,754, nilai a=0,029 dan b=1,734. Hasil uji lanjut diperoleh bahwa nilai b lebih kecil dari 3. Gambar hubungan panjang berat berdasarkan
jenis kelamin secara total terlihat pada Gambar 24.
y = 0.043x
1.578
r = 0.706
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
b e
r a
t g
Lebar mm
y = 0.029x
1.7 34
r = 0.754
0.00 5.00
10.00 15.00
20.00 25.00
30.00 35.00
0.00 10.00
20.00 30.00
40.00 50.00
B e
r a
t g
Lebar m m
Gambar 24. Hubungan lebar dan berat kerang jantan dan betina secara keseluruhan total
Pola pertumbuhan pada kerang jantan berlaku juga pada kerang betina. Karena hasil analisis nilai b3 maka baik kerang jantan maupun betina secara
keseluruhan mempunyai pola pertumbuhan alometrik negatif, yang berarti bahwa pertambahan lebar lebih cepat bila dibandingkan dengan pertambahan berat
betina jantan
jaringan, hal ini berarti pula bahwa baik pada kerang jantan maupun kerang betina pertumbuhannya tidak seimbang. Dari persamaan tersebut pada kerang
jantan dan betina diperoleh nilai korelasi r masing-masing sebesar 0,706 dan 0,754, artinya bahwa antara pertambahan lebar dan berat menunjukkan korelasi
yang erat Gambar 24. Menurut McKinney et al. 2004 beberapa faktor dapat mempengaruhi
pertumbuhan jaringan kerang juga lebar cangkang, antara lain ketersediaan makanan, kepadatan antar lokasi, atau kelimpahan variasi makanan secara
temporal, Selain itu perubahan morfologi cangkang dapat juga disebabkan karena adanya variasi fenotif yang berdampak pada rasio hubungan panjanglebar
terhadap berat jaringan. Degradasi habitat juga berpengaruh terhadap kemampuan kerang dalam memperoleh kebutuhan makanan untuk pemenuhan persyaratan
nutrisi sebagai sumber energinya. Hasil analisis PCA terhadap nilai b menunjukkan bahwa parameter
lingkungan yang menjadi penciri utama baik pada kerang jantan maupun kerang betina adalah TSS, kecepatan angin, NH
3
, oksigen teralarut, Pb, Cd dan Hg. . TSS merupakan parameter penting berkorelasi dengan kekeruhan dan
oksigen terlarut yang dapat mempengaruhi aktifitas respirasi organisme, sedangkan kecepatan angin mempengaruhi kecepatan arus dan distribusi
makanan. Terakumulasinya ion-ion logam dalam sel-sel organisme perairan, akan menyebabkan terganggunya aktifitas enzim dan metabolisme, sehingga
perkembangan sel menjadi terhambat, sel-sel menjadi lisis dan bahkan akhirnya mati. Kerang-kerang yang tercemar logam berat menyebabkan terganggunya
perkembangan gamet dan biasanya gamet akan mengalami degenerasi Gosling 2003. Grafik hasil analisis PCA terlihat pada Lampiran 22.
b. Berdasarkan Zona