2.1.4. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Model pembelajaran kooperatif dapat
menumbuhkan pembelajaran yang efektif dengan bercirikan: 1 memudahkan siswa belajar sesuatu yang bermanfaat, seperti fakta, keterampilan, nilai, konsep,
dan bagaimana dapat hidup berdampingan dengan sesama manusia; 2 pengetahuan, nilai dan keterampilan diakui oleh mereka yang berkompeten dalam
memberikan penilaian. Pembelajaran kooperatif tidak bisa disamakan dengan sekedar belajar dalam kelompok. Pelaksanaan prosedural model pembelajaran
kooperatif dengan benar akan menciptakan pengelolaan kelas lebih efektif Suprijono, 2014: 46.
Shoimin 2014: 216, pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang sesuai dengan fitrah manusia sebagai makhluk sosial yang penuh
ketergantungan dengan orang lain, mempunyai tujuan dan tanggung jawab bersama, pemberian tugas, dan rasa senasib. Dengan memanfaatkan kenyataan itu,
dalam belajar berkelompok secara kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, dan tanggung jawab. Kegiatan
pembelajaran dengan cara berkelompok untuk bekerja sama saling membantu mengkonstruksi konsep, menyelesaikan persoalan atau inquiri dengan anggota
kelompok 4 – 5 orang siswa.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang terdiri dari dua orang atau
lebih dimana keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan tiap anggota
kelompok yang memberi kesempatan bekerja sama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama.
2.1.5. Model Pembelajaran Time Token
Time Token adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif. Pengaplikasian model pembelajaran Time Token ini dengan cara berkelompok, yang dalam
pembelajaran ini mengajarkan keterampilan sosial untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau menghindari siswa diam sama sekali dalam
berdiskusi. Guru memastikan semua anggota kelompok telah menguasai materi pembelajaran yang diberikan. Kemudian siswa melaksanakan tes atas materi yang
diberikan dan mereka harus mengerjakan sendiri tanpa bantuan siswa lainnya Shoimin, 2014: 216.
Model pembelajaran Time Token menurut Aqib 2014: 33 adalah pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengajarkan keterampilan sosial,
selain itu juga untuk menghindari siswa mendominasi pembicaraan atau siswa diam sama sekali.
Langkah –langkah model pembelajaran Time Token yang diterapkan dalam
pembelajaran meliputi: 1
guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi; 2
guru memberi tugas kepada siswa; 3
guru memberi sejumlah kupon bicara dengan waktu ±30 detik per kupon pada setiap siswa;
4 guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara
atau memberi komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat
tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainya. siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus
bicara sampai semua kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua anak menyampaikan pendapatnya;
5 guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa
Shoimin, 2014: 216. Kelebihan model pembelajaran Time Token menurut Huda 2013: 241:
1 mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasi;
2 menghindari dominasi siswa yang pandai berbicara atau yang tidak sama
sekali; 3
membantu siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran; 4
meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi aspek berbicara; 5
melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya; 6
melatih siswa untuk terbiasa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberi masukan, dan memiliki keterbukaan terhadap kritik;
7 mengajak siswa untuk mencari solusi permasalahan secara bersama-sama;
8 tidak memerlukan banyak media pembelajaran.
Model Time Token digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan komunikasi dan sosial antar siswa. Guru memberikan kupon
berbicarakupon bicara pada setiap siswa dengan waktu yang sudah ditentukan. Sebelum berbicara siswa menyerahkan satu kupon untuk setiap kali berbicara.
Siswa dapat tampil kembali setelah bergiliran dengan siswa lain. Siswa yang
kupon bicaranya habis tidak boleh berbicara lagi, dan siswa yang masih mempunyai kupon bicara harus berbicara sampai kupon bicaranya habis.
2.1.6. Media Pembelajaran