Teori Belajar yang Mendasari Pembelajaran IPS melalui Model Time

Sulaiman 2011, kelebihan penggunaan media slide bersuara sebagai berikut. 1 Gambar yang di proyeksikan secara jelas akan lebih menarik perhatian. 2 Pemakaian tidak terikat oleh waktu. 3 Urutan gambar film bingkai dapat diubah-ubah sesuai dengan kebutuhan. 4 Film bingkai dapat digunakan sendiri atau digabung dengan suara rekaman. 5 Film bingkai dapat menyajikan peristiwa masa lalu atau peristiwa di tempat lain. Peneliti menyimpulkan bahwa menggunakan media slide bersuara ini dapat membantu penyampaian materi yang abstrak dapat menjadi konkrit, dengan bantuan dua indra, yaitu indra penglihatan dan indra pendengaran. Pada penelitian ini menggunakan tiga slide dalam tiga siklus pembelajaran, meliputi: usaha-usaha persiapan proklamasi; peran BPUPKI, PPKI, perumusan Dasar Negara; dan tokoh-tokoh proklamator.

2.1.8. Teori Belajar yang Mendasari Pembelajaran IPS melalui Model Time

Token Berbantuan Audiovisual Salah satu landasan teoritik pendidikan modern termasuk dalam model Time Token berbantuan audiovisual adalah teori pembelajaran kognitif dan konstruktivisme. Pendekatan ini pada dasarnya menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar lebih diwarnai student centered dari pada teacher centered. Teori belajar yang mendasari pembelajaran IPS melalui model Time Token berbantuan audiovisual adalah: 1. Teori belajar kognitif Piaget Teori kognitif lebih menekankan proses belajar dari pada hasil belajar, sehingga belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon melainkan melibatkan proses berfikir yang kompleks Siregar. 2014: 30. Sedangkan menurut pe ndapat Piaget dalam Rifa’I 2011: 26 menyatakan bahwa perkembangan kognitif manusia terdiri dari empat tahap, sebagai berikut. 1 Tahap sensorimotorik sensorimotor intelligence, yang terjadi dari lahir sampai usia 2 tahun. Pada tahap ini bayi menyusun pemahaman indera dan gerakan motorik mereka. Bayi hanya memperlihatkan pola reflektif untuk beradaptasi dengan dunia dan menjelang akhir tahap ini bayi menunjukkan pola sensorimotorik yang lebih kompleks. 2 Tahap praoperasional preoperational thought, yang terjadi dari usia 2 sampai 7 tahun. Pada tahap ini lebih bersifat simbolis, egoisentris dan intuitif, sehingga tidak melibatkan pemikiran operasional. Pemikiran tahap ini terbagi menjadi dua sub-tahap, yaitu simbolik dan intuitif. Bayi belum mampu berpikir konseptual namun perkembangan kognitif telah dapat diamati. 3 Tahap operasional kongkrit concrete operation, yang terjadi dari usia 7 sampai 11 tahun. Pada tahap ini anak mampu mengoperasionalkan berbagai logika, namun masih dalam bentuk benda kongkrit. Pada tahap ini juga berkembang daya mampu anak berpikir logis untuk memecahkan masalah kongkrit. 4 Tahap operasional formal formal operation, yang terjadi dari usia 7 sampai 15 tahun. Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak, idealis, dan logis. Kecakapan kognitif mencapai puncak perkembangan. Anak mampu memprediksi, berpikir tentang situasi hipotesis, tentang hakekat berpikir serta mengapresiasi struktur bahasa dan berdialog. Bergaul, mendebat, berdalih adalah sisi bahasa remaja yang merupakan cerminan kecakapan berpikir abstrak dalam atau melalui bahasa. 2. Teori belajar konstruktivisme Teori konstruktivisme menyatakan bahwa peserta didik harus menemukan dan menstransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri. Teori ini memberikan implikasi bahwa peserta didik harus terlibat aktif dalam kegiatan pem belajaran Rifa’i, 2011: 137. Menurut pendapat Siregar 2014: 39 menyatakan bahwa teori konstruktivisme memahami belajar sebagai proses pembentukan konstruksi pengetahuan oleh si belajar secara individu. Siregar juga menambahkan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada siswanya, melainkan membutuhkan usaha siswa untuk dapat memahami pelajaran yang diberikan oleh seorang guru. Gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat dirangkum sebagai berikut Suprijono, 2014: 30. 1 Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. 2 Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. 3 Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang. Struktur konsep membentuk pengetahuan jika konsep itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman-pengalaman seseorang. Ciri –ciri teori belajar konstruktivisme yang dikemukakan oleh Driver dan Oldham dalam Siregar. 2014: 39 seperti berikut. 1 Orientasi Siswa diberi kesempatan untuk dapat mengembangkan motivasi untuk mempelajari sebuah topik pelajaran dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan observasi. 2 Elisitasi Siswa diberi kesempatan untuk menggungkapkan segala bentuk ide yang dipunyainya dengan diskusi secara berkelompok, menulis, atau pun membuat sebuah poster. 3 Restrukturisasi ide Siswa diberi kesempatan untuk dapat menelaah ide baru dari orang lain serta mengevaluasi ide yang telah dimilikinya. 4 Penggunaan ide baru Siswa diberi kesempatan untuk mengaplikasikan ide baru yang didapatnya. 5 Review Siswa diberi kesempatan untuk mengaplikasikan ide yang didapat perlu direvisi dengan menambahkan atau mengubah ide tersebut. Disimpulkan bahwa sebelum merancang pembelajaran, seorang guru harus menguasai sejumlah teori tentang belajar. Penguasaan teori itu dimaksudkan agar guru mampu mempertanggung jawabkan secara ilmiah perilakunya dalam mengajar, dan apa yang akan diajarkannya pada peserta didik. Dalam penelitian ini teori yang mendukung model Time Token berbantuan audiovisual diantaranya adalah teori kognitif dan konstruktivisme. Teori kognitif dalam model Time Token berbantuan audiovisual menyatakan bahwa siswa belajar melalui partisipasi aktif untuk memperoleh pengalaman dan menemukan konsep dan prinsip pengetahuan sendiri melalui diskusi secara kelompok. Teori konstruktivisme dalam model Time Token berbantuan audiovisual, siswa harus mengamati dan mentransformasikan materi yang disajikan melalui media audiovisual melalu diskusi serta dapat membangun pemahaman sehingga dapat berpartisipasi aktif dalam diskusi. Dalam hal ini siswa membangun sendiri pengetahuan mereka melalui keterlibatan aktif dalam proses belajar dan mengajar serta pemerataan keaktifan siswa.

2.1.9. Penerapan Model Time Token Berbantuan Audiovisual pada

Dokumen yang terkait

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Time Token Arends Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran IPS Terpadu (Quasi Eksperimen di SMPN 87 Jakarta)

0 8 204

PENERAPAN MODEL TERPADU TIME TOKEN ARENDS DAN STAD BERBANTUAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS KELAS V SDN TAMBAKAJI 02 SEMARANG

0 31 319

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL PADA SISWA KELAS VA SDN PURWOYOSO 03 KOTA SEMARANG

0 17 229

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN AUDIOVISUAL SISWA KELAS IV SDN PURWOYOSO 01 KOTA SEMARANG

0 8 306

PENERAPAN METODE MIND MAPPING BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS IV B SDN WONOSARI 03 KOTA SEMARANG

5 21 219

PENERAPAN MODEL NUMBERED HEADS TOGETHER BERBANTUAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA SISWA KELAS V SDN PURWOYOSO 01 KOTA SEMARANG

0 7 230

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS VC SDN PURWOYOSO 03 SEMARANG

0 9 255

PENERAPAN MODEL SIKLUS BELAJAR BERBANTUAN MEDIA AUDIOVISUAL UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS IVA SDN KALIBANTENG KIDUL 01 KOTA SEMARANG

0 5 407

MODEL NUMBER HEAD TOGETHER BERBANTUAN CD PEMBELAJARAN UNTUK MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS PADA SISWA KELAS IVB SDN PURWOYOSO 03 SEMARANG

0 17 319

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL KOOPERATIF TIPE STAD BERBANTUAN AUDIOVISUAL SISWA KELAS V SDN PURWOYOSO 01 KOTA SEMARANG

1 17 287